1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Tulang rawan yang rusak di sekitar membran sendi.
Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit peradangan pada sendi. Kondisi ini termasuk tidak dapat disembuhkan.
RA menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan kekakuan pada sendi. Gejala tersebut biasanya terjadi pada sendi tangan, pergelangan tangan, dan kaki.
Ada saat di mana gejala akan memburuk. Kondisi ini disebut flare atau flare-up. Flare cukup sulit diprediksi.
Tetapi dengan pengobatan yang saksama, frekuensi flare-up dapat dikurangi, sehingga meminimalisir atau mencegah kerusakan jangka panjang pada sendi.
RA termasuk karena kondisi autoimun. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem imun menyerang sel-sel yang sehat. Dalam hal ini, sendi.
Secara umum, gejala rheumatoid arthritis meliputi:
Gejala dapat bervariasi dari ringan sampai berat, sangat penting untuk tidak mengabaikan gejala meskipun bersifat hilang timbul.
Penyebab rheumatoid arthritis adalah sistem imun yang keliru dan menyerang sinovium, bagian dalam membran yang mengelilingi sendi. Hal ini menyebabkan peradangan pada sinovium, yang akan menghancurkan kartilago (tulang rawan) dan tulang dengan sendi.
Tendon dan ligamen yang menyangga sendi pun melemah dan meregang. Sendi lalu perlahan-lahan kehilangan bentuk dan konturnya.
Hingga kini, pemicu di balik serangan sistem imun tersebut diketahui. Namun ada beberapa faktor yang diduga berperan.
Para pakar menduga bahwa faktor-faktor di bawah ini kemungkinan memengaruhi risiko seseorang untuk mengalami rheumatoid arthritis:
Kaum wanita lebih rentan terkena radang sendi daripada pria.
Rheumatoid arthritis lebih sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun.
Jika memiliki keluarga kandung dengan rheumatoid arthritis, risiko seseoranng untuk mengalami penyakit yang sama juga akan meningkat.
Kebiasaaan merokok akan menambah risiko terjadinya rheumatoid arthritis.
Orang yang mengalami infeksi virus atau bakteri tertentu, memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terkena rheumatoid arthritis.
Orang yang kelebihan berat atau obesitas memiliki risiko lebih besar untuk mengalami rheumatoid arthritis.
Rheumatoid arthritis sulit untuk dideteksi pada tahap awal. Pasalnya, gejalanya kerap mirip dengan penyakit lain. Untuk memastikan diagnosis rheumatoid arthritis, dokter bisa melakukan serangkaian pemeriksaan di bawah ini:
Dokter akan menanyakan gejala, faktor risiko, serta riwayat medis pasien maupun keluarga.
Dokter lalu melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui tanda rheumatoid arthritis. Misalnya, pembengkakan, kemerahan, nyeri pada sendi, serta rasa hangat saat disentuh. Dokter juga akan mengecek refleks dan kekuatan otot.
Rheumatoid arthritis kerap ditandai dengan kenaikan kadar erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau C-reactive protein (CRP). Kedua senyawa ini merupakan penanda adanya peradangan dalam tubuh, dan kadarnya bisa diketahui melalui tes darah.
Pemeriksaan laboratorium ini juga dapat mendeteksi rheumatoid factor lain serta antibodi anti-cyclic citrullinated peptide (CCP).
Dokter akan merekomendasikan rontgen, MRI, atau USG untuk memeriksa perkembangan penyakit rheumatoid arthritis.
Advertisement
Cara mengobati rheumatoid arthritis umumnya tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan seberapa lama pasien sudah mengalaminya. Dokter biasa bisa menganjurkan beberapa langkah penanganan di bawah ini:
Pilihan obat yang biasa digunakan untuk mengatasi radang sendi adalah:
DMARD berfungsi mengurangi peradangan pada sendi dan dapat menghambat perkembangan rheumatoid arthritis. Contoh obat ini meliputi hidroksiklorokuin, leflunomid, metotreksat, sulfasalazin, dan minoksiklin.
Terapi ini menggunakan obat untuk menghambat jalur peradangan spesifik oleh sel imun tubuh. Dengan ini, radang sendi bisa dikurangi.
Dokter akan meresepkan obat biologis bila DMARD kurang efektif untuk mengatasi gejala rheumatoid arthritis. Namun obat ini tidak dianjurkan bagi orang dengan sistem imun lemah karena dapat meningkatkan risiko infeksi.
Contoh obat biologis meliputi rituximab, tocilizumab, anakinra, etanercept, infliximab, dan lain-lain.
Janus associated kinase inhibitor akan diresepkan bila obat biologis tidak memberikan hasil yang efektif dalam menangani rheumatoid arthritis. Contoh obat ini meliputi tofacitinib dan baricitinib.
Obat ini bekerja dengan mempengaruhi genetik dan aktivitas sel imun pasien, sehingga mencegah inflamasi serta menghentikan kerusakan pada sendi maupun jaringan tubuh.
Kortikosteroid bisa mengurangi peradangan sendi. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk suntikan maupun obat minum.
Namun obat ini tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang karena dapat menimbulkan banyak efek samping.
Obat pereda nyeri yang bisa digunakan adalah paracetamol dan golongan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seeprti ibuprofen.
Obat-obat tersebut memang tidak bisa menghentikan radang sendi. Namun obat ini bekerja mengurangi rasa nyeri sendi.
Selain paracetaol dan OAINS, dokter juga bisa memberikan obat oles untuk mengatasi nyeri sendi. Misalnya, capsaicin dan natrium diklofenak.
Sementara obat golongan opiod hanya diberikan bila penderita mengalami nyeri sendi yang hebat dan tidak dapat diatasi dengan obat antinyeri lain. Obat ini termasuk obat keras, jadi hanya boleh digunakan dengan resep dokter.
Fisioterapi dilakukan dengan tujuan menjaga kelenturan sendi. Pada sesi terapi fisik ini, terapis juga akan mengajarkan pasien rheumatoid arthritis agar bisa lebih mudah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Bila obat dan fisioterapi tidak efektif untuk memperlambat kerusakan sendi, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Jenis operasi ini bisa berupa:
Sinovektomi adalah operasi untuk mengangkat pembungkus sendi yang mengalami inflamasi pada lutut, siku, pergelangan tangan, jari tangan, serta panggul.
Peradangan dan kerusakan sendi dapat menyebabkan tendon di sekitar sendi robek. Dokter melakukan oeprasi untuk memperbaiki tendon ini.
Dalam operasi ini, dokter akan mengangkat bagian sendi yang rusak dan memasang sendi buatan (prostesis).
Prosedur fusi sendi bertujuan menstabilkan atau menyambung kembali sendi, sehingga nyeri bisa reda. Operasi ini menjadi pilihan ketika penggantian sendi tidak bisa dilakukan.
Jika terus dibiarkan tanpa penanganan, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Benjolan atau nodul reumatoid biasanya muncul pada kulit siku, lengan bawah, tumit, atau jari tangan. Tak hanya pada kulit, benjolan ini juga dapat tumbuh pada paru-paru dan jantung.
Rheumatoid arthritis dapat memicu peradangan pada bagian putih mata atau skleritis, sehingga terjadi gangguan penglihatan.
Sindrom Sjogren juga bisa menjadi komplikasi rheumatoid arthritis. Sindrom ini terjadi ketika sistem imun menyerang kelenjar air mata dan memicu mata kering dan tidak nyaman.
Bila tidak diatasi, rasa kering pada mata bisa menyebabkan infeksi dan terbentuknya jaringan parut pada konjungtiva.
Penderita rheumatoid arthritis juga bisa mengalami peradangan selaput pembungkus jantung. Kondisi ini disebut perikarditis.
Perikarditis akan menyebabkan selaput pembungkus jantung menebal dan menjadi kaku. Akibatnya, fungsi jantung akan terganggu.
Di samping itu, inflamasi otot jantung juga dapat menjadi komplikasi rheumatoid arthritis. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut miokarditis.
Komplikasi berupa radang pembuluh darah (vaskulitis) pun bisa terjadi pada pengidap rheumatoid arthritis. Kondisi ini akan menyebabkan kondisi mudah luka.
Tak hanya itu, rheumatoid arthritis bisa pula memicu anemia dan peningkatan jumlah trombosit. Kadar trombosit yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, atau sumbatan pada pembuluh darah.
Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan radang pada selaput pembungkus paru alias pleuritis. Kondisi ini bisa memicu gangguan pernapasan.
Nyeri dan peradangan yang terus-menerus terjadi bisa saja berdampak pada kondisi kejiwaan pasien, dan menyebabkan depresi.
Hingga saat ini, cara mencegah rheumatoid arthritis belum tersedia. Pasalnya, penyebab penyakit ini juga tidak diketahui secara pasti.
Namun Anda dapat mengurangi risiko kemunculan rheumatoid arthritis atau kekambuhannya dengan beberapa cara berikut:
Periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami gejala rheumatoid arthritis, seringan apapun keluhan ini. Jangan menunggu sampai gejala Anda bertambah parah.
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis rheumatoid arthritis agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved