logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kembali ke Daftar Penyakit

Rabies

26 Jul 2023

| Dina Rahmawati

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

Rabies adalah penyakit zoonosis yang disebabkan infeksi virus rabies

Virus rabies menular melalui gigitan hewan dan menyerang otak serta sistem saraf.

Pengertian rabies

Rabies adalah infeksi virus yang ditularkan pada manusia melalui gigitan, cakaran, atau kontak langsung dengan selaput lendir atau mukosa (misalnya mata, mulut, atau luka terbuka) dari hewan yang terinfeksi.

Gangguan kesehatan yang juga disebut penyakit anjing gila ini dapat menyerang hewan peliharaan maupun hewan liar, seperti anjing, kucing, kelelawar, rakun, rubah, dan lainnya. 

Dari tahun 2017 hingga Agustus 2022, dilaporkan ada 442.187 kasus orang digigit hewan penular rabies di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia juga mencatat bahwa hingga April 2023, sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies, serta 11 kasus kematian akibat rabies di dalam negeri.

Tingginya kasus rabies di Indonesia perlu menjadi perhatian. Apalagi, penyakit ini hampir selalu menyebabkan kematian bagi penderitanya jika terlambat mendapat penanganan.

Tanda dan gejala rabies

Seiring waktu, virus rabies akan berpindah dari luka yang terinfeksi ke otak dan menimbulkan gejala-gejala tertentu. Gejala ini akan berbeda dalam tiap fase perkembangannya. Berikut penjelasannya:

1. Fase awal rabies

Fase awal atau masa inkubasi adalah periode antara waktu digigit hewan yang terinfeksi hingga timbul gejala. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), masa inkubasi rabies biasanya sekitar 2-3 bulan, tapi bisa bervariasi dari 1 minggu sampai 1 tahun. Durasi ini tergantung pada faktor-faktor tertentu, seperti lokasi masuk serta jumlah virus.

Di masa awal rabies, penderita tidak akan mengalami gejala apa pun sehingga merasa baik-baik saja. Namun, ketika sistem kekebalan tubuh mencoba melawan virus tersebut, proses ini dapat memicu timbulnya tanda-tanda yang mirip gejala flu. 

Penderita bisa mengalami demam, sakit kepala, lemas, nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk, mual, muntah, dan diare. Selain itu, timbul rasa nyeri, sensasi terbakar, atau mati rasa di area bekas gigitan hewan. Gejala ini dapat berlangsung selama berhari-hari.

2. Fase neurologis akut

Fase neurologis akut dimulai ketika virus rabies memasuki sistem saraf. Fase ini dibedakan menjadi 2, yaitu tahap agresif dan tahap kelumpuhan. Berikut penjelasannya:

  • Tahap agresif

Pada tahap agresif, virus mulai merusak otak dan sumsum tulang belakang. Sekitar dua pertiga penderita rabies mengalami gejala berupa agresi, kejang, dan delirium (kebingungan atau linglung parah). 

Gejala lain pada tahap ini meliputi halusinasi, kecemasan, insomnia, kejang, kedutan otot, demam, jantung berdebar, laju pernapasan cepat, kelumpuhan wajah, kelebihan air liur atau mulut berbusa, gangguan menelan, ukuran pupil berbeda, takut terhadap air (hidrofobia), dan takut udara (aerofobia). Kondisi ini dapat berlangsung selama 2-10 hari.

  • Tahap kelumpuhan

Tahap rabies ini dapat bertahan hingga 1 bulan. Penderita bisa mengalami gejala berupa demam, leher kaku, sakit kepala, kelemahan dan kelumpuhan yang berkembang dari area bekas gigitan ke seluruh tubuh, serta kesemutan atau sensasi aneh lain.

3. Koma dan kematian

Pada fase akhir rabies, penderita dapat mengalami koma. Sebab, infeksi ini menyebabkan peradangan otak yang luas.

Tanpa perawatan suportif yang intensif, kematian bahkan bisa terjadi hanya dalam hitungan jam atau hari.

Gejala rabies pada hewan

Di Indonesia sendiri, penyebab rabies masih didominasi oleh penularan dari anjing peliharaan dibanding anjing liar.

Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala dari hewan yang telah terinfeksi rabies dan mungkin saja ada di lingkungan sekitar. Beberapa di antaranya meliputi:

  • Terlihat lesu
  • Demam
  • Muntah-muntah
  • Penurunan nafsu makan
  • Gangguan keseimbangan tubuh
  • Lumpuh
  • Perilaku abnormal, seperti agresif bahkan menggigit tubuhnya sendiri hingga terluka

Penyebab rabies

Virus rabies adalah penyebab penyakit rabies. Virus ini menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi. Hewan tersebut dapat menularkan virus dengan menggigit hewan lain atau manusia.

Rabies juga bisa menyebar ketika air liur yang terinfeksi masuk ke luka terbuka atau selaput lendir, seperti mulut atau mata. Hal ini dapat terjadi saat hewan yang terinfeksi menjilat luka terbuka pada tubuh hewan lain maupun manusia.

Setiap mamalia dapat menularkan virus rabies. Hewan yang dapat menyebarkan virus rabies kepada manusia meliputi:

  • Anjing (paling umum)
  • Kelelawar
  • Musang
  • Kucing
  • Sapi
  • Kambing
  • Kuda
  • Kelinci
  • Berang-berang
  • Rubah
  • Monyet
  • Rakun
  • Sigung

Setelah digigit hewan yang terinfeksi, virus rabies akan menyebar melalui saraf ke otak. Gigitan atau cakaran di area kepala atau leher diduga mempercepat virus mencapai otak dan sumsum tulang belakang.

Ketika berada di otak, virus akan berkembang biak dengan cepat. Hal ini bisa menyebabkan radang otak dan sumsum tulang belakang yang parah, bahkan memburuk dengan cepat serta berujung pada kematian.

Walaupun jarang terjadi, virus rabies dapat ditularkan ke dalam jaringan dan organ transplantasi melalui organ yang telah terinfeksi.

Faktor risiko rabies

Faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya rabies meliputi:

  • Riwayat perjalanan

Bepergian atau tinggal di negara berkembang dengan angka kasus rabies tinggi, termasuk negara-negara di Afrika dan Asia Tenggara.

  • Aktivitas tertentu

Menjalani aktivitas yang mungkin menimbulkan kontak dengan hewan liar yang mungkin tertular rabies. Misalnya, menjelajahi gua atau berkemah tanpa persiapan yang baik untuk menghalau binatang iiar.

  • Profesi tertentu

Orang yang bekerja di laboratorium dan dokter hewan yang memiliki kontak atau menangani  virus rabies memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit tersebut.

  • Luka

Memiliki luka gigitan hewan di kepala atau leher dapat membuat virus rabies menyebar ke otak dengan lebih cepat.

Diagnosis rabies

Belum ada pemeriksaan khusus untuk mendiagnosis tahap awal infeksi rabies. Penyakit ini hanya dapat dideteksi ketika gejalanya muncul. 

Namun, jangan tunggu gejala muncul dan segera periksakan diri ke dokter jika Anda digigit atau dicakar oleh hewan yang dicurigai mengidaprabies.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat luka gigitan atau cakaran untuk menentukan seberapa besar risiko infeksi rabies. Kategori luka tersebut meliputi:

  • Kategori luka risiko rendah jika kontak dengan hewan hanya berupa sentuhan atau jilatan di kulit tanpa luka terbuka.
  • Kategori luka risiko sedang jika kontak dengan hewan berupa gigitan kecil di kulit yang memiliki luka terbuka, atau cakaran yang tidak menyebabkan perdarahan.
  • Kategori luka risiko tinggi jika kontak berupa gigitan atau goresan yang menembus lapisan kulit, jilatan pada luka terbuka, serta jilatan pada selaput lendir (mukosa).

Sementara, apabila pasien sudah menunjukkan gejala, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut yang berupa:

  • Tes air liur untuk mencari ada tidaknya virus rabies dalam ludah
  • Biopsi kulit, yakni mengambil sedikit sampel jaringandari kulit di belakang leher untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium
  • Lumbal pungsi yang mengambil sampel cairan serebrospinal dari dalam tulang punggung bagian bawah, yang kemudian diperiksa di laboratorium
  • Tes darah untuk menemukan ada tidaknya virus rabies dalam darah pasien
  • Prosedur MRI untuk mengambil gambar otak dengan lebih jelas

Advertisement

Cara mengobati rabies

Ketika Anda atau ada orang di sekitar Anda yang dicakar atau digigit hewan yang dicurigai mengalami rabies, segera bawa ke dokter. Namun jangan lupa juga untuk menerapkan pertolongan pertama pada rabies secepatnya.

Pertolongan pertama pada rabies

Sementara menunggu bantuan medis, Anda dapat melakukan pertolongan pertama guna menurunkan risiko rabies. Langkah-langkah ini meliputi:

  • Basuh luka secara perlahan dengan sabun dan air bersih yang mengalir selama 15 menit
  • Berikan antiseptik pada luka, seperti povidone iodine, alkohol 70%, dan zat antiseptik lainnya

Penanganan medis dari dokter

Setelah sampai di rumah sakit, dokter bisa memberikan penanganan yang tepat berdasarkan kategori luka yang dialami oleh pasien. Berikut penjelasannya:

  • Kategori luka risiko rendah: Pembersihan luka yang menggunakan cairan desinfektan secara menyeluruh
  • Kategori luka risiko sedang: Pembersihan luka dan vaksinasi rabies
  • Kategori luka risiko tinggi: Pembersihan luka, vaksinasi rabies, serta imunoglobulin rabies

Vaksin antirabies dapat diberikan sebanyak 2 kali atau lebih, tergantung pada pasien pernah menerima imunisasi rabies atau tidak.

Apabila pasien pernah menerima imunisasi rabies, dokter biasanya akan memberikan vaksin rabies sebanyak 2 kali. Vaksin ini akan diberikan dalam kurun waktu 7 hari.

Sedangkan untuk pasien yang belum pernah divaksin, dokter bisa menganjurkan vaksin rabies sebanyak 4 kali dalam kurun waktu 2 minggu.

Di samping vaksin antirabies, ada pengobatan rabies yang berupa imunoglobulin rabies atau disebut juga serum antirabies. Serum ini dapat diberikan segera setelah pasien terpapar virus rabies (di hari yang sama). Penyuntikan imunoglobulin rabies dilakukan di sekitar luka. Serum ini memberikan antibodi untuk memberantas virus hingga kekebalan tubuh mengambil alih fungsi tersebut.

Imunoglobulin rabies hanya diperlukan jika Anda belum pernah mendapatkan vaksin rabies atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. 

Sementara, apabila virus rabies telah mencapai susunan saraf pusat atau seseorang yang terinfeksi sudah menunjukkan gejala, tidak ada cara mengatasi rabies yang efektif diberikan pada tahap ini. Itulah kenapa pengobatan rabies harus dilakukan secepat mungkin dan sebelum bergejala.

Komplikasi rabies

Penyakit rabies dapat menimbulkan sejumlah komplikasi berupa:

  • Kejang
  • Fasikulasi, yaitu kontraksi otot yang terjadi tiba-tiba dan berulang
  • Psikosis, yakni sulit membedakan kenyataan dan imajinasi
  • Afasia, yaitu gangguan komunikasi akibat kerusakan otak
  • Ketidakstabilan fungsi saraf otonom
  • Kelumpuhan
  • Koma
  • Kematian

Cara mencegah rabies

Rabies termasuk penyakit yang bisa dicegah. Langkah utama yang dapat dilakukan untuk mencegah rabies adalah dengan melakukan vaksinasi.

Vaksin rabies

Pastikan untuk mendapatkan vaksin rabies apabila Anda berisiko tinggi terkena penyakit ini isalnya akan melakukan perjalanan ke negara di mana rabies umum terjadi, memiliki profesi yang melibatkan kontak dengan hewan, atau bekerja di laboratorium yang terdapat virus rabies.

Jadwal pemberian vaksin rabies dengan dosis 0,5 ml bagi orang yang berisiko tinggi adalah hari ke-0 (1 dosis), hari ke-7 (1 dosis), serta hari ke-21 atau 28 (1 dosis). Penyuntikan vaksin rabies dilakukan di area otot lengan.

Jika digigit atau dicakar hewan yang mungkin terinfeksi, Anda juga disarankan untuk mendapatkan vaksin rabies sebelum gejala muncul. Vaksin akan mendorong tubuh untuk menghancurkan virus rabies sebelum masuk ke otak.

Cara mencegah rabies lainnya

Anda juga bisa menerapkan beberapa langkah pencegahan rabies di bawah ini:

  • Memberikan vaksin rabies pada hewan peliharaan
  • Mencegah hewan peliharaan berkeliaran di luar rumah tanpa pengawasan
  • Menghindari kontak dengan hewan liar
  • Melaporkan tanda-tanda hewan terinfeksi rabies ke lembaga berwenang
  • Segera ke dokter jika digigit atau dicakar oleh hewan liar atau hewan yang terinfeksi rabies

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter

Jika Anda telah mengalami kontak dengan, digigit, atau dicakar binatang, terutama hewan liar atau yang dicurigai mengalami rabies, periksakan diri secepatnya ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan memutuskan perawatan yang tepat.

Penyakit rabies harus ditangani dengan cepat karena bisa berakibat fatal. Idealnya, Anda harus mendapat vaksin rabies dalam waktu 24-48 jam setelah terjadi paparan.

Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Berkonsultasi dengan Dokter

Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:

  • Buat kronologis mengenai kontak, gigitan, atau cakaran dari hewan yang mungkin terinfeksi.
  • Catat pertanyaan-pertanyaan yang ingin Anda ajukan pada dokter.
  • Mintalah keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.

Apa yang Akan Dilakukan Dokter pada Saat Konsultasi

Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:

  • Apa jenis binatang yang menggigit atau mencakar Anda?
  • Apa ada gejala yang Anda rasakan?
  • Kapan gejala pertama muncul?
  • Apakah Anda memiliki faktor risiko terkait rabies?
  • Apakah Anda rutin mengonsumsi obat-obatan tertentu?
  • Apakah Anda pernah mencari bantuan medis? Bila iya, apa saja pengobatan yang telah Anda coba?

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis rabies.

Advertisement

rabieskesehatan otakinfeksi virushewan peliharaan

Bagikan

Penyakit Terkait

Artikel Terkait

no image

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved