1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Anak yang mengalami pubertas dini berisiko mengalami tubuh pendek dan masalah sosial serta emosi
Pubertas dini adalah pubertas yang terjadi lebih awal dari usia normalnya. Pubertas atau akil balig yang dimulai sebelum usia 8 tahun untuk anak perempuan dan sebelum usia 9 tahun pada anak laki-laki dianggap sebagai pubertas dini.
Pubertas adalah serangkaian perubahan hormonal yang menandakan seseorang telah berkembang menjadi dewasa berdasarkan fungsi seksualnya. Melalui proses ini, seorang anak akan mengalami perubahan fisik dan emosional.
Indikasinya antara lain berupa pertumbuhan yang cepat pada tulang dan otot, perubahan bentuk dan ukuran tubuh, pertumbuhan rambut, perubahan suara, mulai muncul jerawat serta perilaku psikologis.
Pubertas dini dapat memicu dampak-dampak negatif seperti memiliki tubuh yang pendek ketika sudah dewasa, mengalami masalah emosional dan sosial, terlibat dalam aktivitas seksual dini dan risiko akibat kondisi kesehatan lainnya.
Penyebab pubertas dini masih belum ditemukan. Namun beberapa kondisi seperti infeksi, kelainan hormon, tumor, ketidaknormalan otak, maupun luka, dapat menyebabkan pubertas dini, meski sangat jarang.
Obat-obatan dapat digunakan dalam perawatan pubertas dini untuk memperlambat perkembangannya. Selain itu, pendampingan orangtua dan tenaga kesehatan dapat membantu anak dalam menghadapi kondisi ini.
Gejala pubertas dini pada anak perempuan adalah:
Sementara itu pada anak laki-laki, gejalanya mencakup:
Pada anak perempuan mau pun laki-laki, gejala berikut ini dapat muncul sebagai tanda pubertas dini:
Pubertas adalah suatu tahap normal yang akan dilalui semua orang. Kondisi pubertas disebabkan oleh pembentukan Gonadotropine-Releasing Hormone (GnRH).
Hormon ini akan memicu kelenjar pituitary untuk mengeluarkan Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang pada akhirnya akan mendorong ovarium untuk memproduksi estrogen pada anak perempuan, dan testis untuk memproduksi testosteron pada anak laki-laki.
Kedua hormon tersebut bertanggung jawab pada perkembangan seksual pada anak, sehingga terjadi perubahan bentuk dan fungsi tubuh. Ada dua jenis pubertas dini, yaitu pubertas dini sentral dan pubertas dini periferal.
Pada pubertas dini sentral, otak terlalu awal melepaskan GnRH dan belum diketahui penyebab pastinya. Namun, gangguan pada otak dan sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat) berikut ini dapat memicu terjadinya pubertas dini sentral.
Pubertas dini periferal, disebut juga sebagai pubertas prekoks perifer, terjadi akibat adanya peningkatan kadar estrogen dan testosteron yang bukan dipengaruhi oleh GnRH. Peningkatan kadar hormon ini dapat disebabkan oleh gangguan atau kelainan pada ovarium, testis, atau kelenjar pituitari.
Pada anak perempuan dan laki-laki, pubertas dini periferal dapat dipicu oleh:
Pada anak perempuan, pubertas prekoks perifer juga dapat dikaitkan dengan:
Pada anak laki-laki, pubertas prekoks perifer bisa disebabkan oleh:
Gangguan langka yang disebut gonadotropin-independent familial sexual precocity, akibat kecacatan gen. Kondisi ini menyebabkan produksi awal testosteron pada anak laki-laki, biasanya pada usia 1-4 tahun.
Berikut ini kondisi yang menjadi faktor risiko anak terhadap pubertas dini.
Untuk mendiagnosis pubertas dini, dokter akan:
X-ray dari tangan dan pergelangan tangan anak juga sangat penting untuk mendiagnosis pubertas dini. X-ray dapat membantu dokter menentukan usia tulang anak untuk mengetahui kemungkinan pertumbuhan tulang yang terlalu cepat.
Pemeriksaan juga dilakukan untuk mencari tahu tipe pubertas dini. Dokter akan memberikan tes stimulasi hormon gonadotropin dan mengambil sampel darah anak.
Pada anak dengan pubertas dini sentral, hormon gonadotropin ini akan menyebabkan kadar hormon lainnya meningkat. Sementara itu pada anak dengan pubertas dini sebagian, kadar hormon lainnya akan tetap sama. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan tes tiroid menjadi pemeriksaan tambahan untuk kasus pubertas dini.
MRI otak biasanya dilakukan untuk anak yang memiliki pubertas dini sentral. Tujuannya, untuk memeriksa kondisi abnormal pada pada otak yang menyebabkan pubertas lebih awal.
Dokter akan memeriksa fungsi tiroid anak jika menunjukkan fungsi yang melambat seperti kelelahan, kelesuan, dan peningkatan sensitivitas terhadap dingin, konstipasi, pucat atau kulit yang kering.
Tes lain yang juga dibutuhkan dengan pubertas dini periferal untuk mengetahui penyebab kondisi tersebut.
Dokter akan menjalankan tes darah tambahan untuk memeriksa kadar hormon lain pada laki-laki., maupun tes ultrasound (USG) untuk mencari kista ovarium atau tumor, pada perempuan.
Advertisement
Pengobatan diberikan berdasarkan penyebab pubertas dini. Tujuan utama dari pengobatan ini adalah memungkinkan anak dengan pubertas dini tumbuh secara normal hingga dewasa, terutama dalam hal tinggi badan.
Anak dengan pubertas dini sentral tanpa disertai dengan kondisi medis, dapat ditangani secara efektif dengan menggunakan terapi analog GnRH yaitu leuprolide. Terapi ini bertujuan menghambat perkembangan proses pubertas selanjutnya.
Oleh karena itu, saat menjalani terapi, dokter akan memantau secara berkala perkembangan pubertas, kecepatan pertumbuhan, dan pematangan tulang pasien.
Suntikan leuprolide diberikan setiap bulan sampai anak mencapai usia pubertas normal. Setelah suntikan dihentikan, proses pubertas akan kembali berjalan 16 bulan kemudian.
Untuk pubertas dini yang disebabkan oleh kondisi medis, penanganannya berfokus untuk mengatasi kondisi medis yang ada, agar proses pubertas terhenti. Misalnya pada penanganan pubertas yang disebabkan oleh tumor, setelah tumor diangkat melalui operasi, kemungkinan besar proses pubertas akan berhenti.
Selain perubahan fisik, pubertas dini juga memengaruhi psikologis anak. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk membimbing anak dalam menjalani perubahan yang dialami.
Beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua adalah:
Anak-anak mungkin merasakan kebingungan dan ketidaknyamanan dengan perubahan yang terjadi. Jelaskan mengenai pubertas dan perubahan seperti tumbuhnya rambut, berubahnya suara dan tanda lainnya sebagai hal yang normal. dan dialami semua orang. Hanya saja waktunya berbeda-beda pada tiap individu.
Pubertas dapat menyebabkan tumbuhnya rambut, bau badan, maupun jerawat. Karenanya, Anda dapat menyarankan berbagai produk yang cocok untuk mengatasinya, seperti deodoran, krim jerawat atau alat cukur. Katakan bahwa anak sudah mencapai usia yang dibutuhkan untuk memakai produk-produk tersebut.
Perubahan hormonal dari pubertas dapat mengakibatkan naik-turunnya emosi pada anak. Hal ini dapat membuat anak kebingungan dengan emosi-emosi baru yang dirasakan. Hal yang sebelumnya tidak menganggu, kini terasa sebaliknya. Berdiskusilah dan dengarkan yang anak rasakan dan ajarkan untuk mengenali emosi tersebut.
Mulailah berkenalan teman-teman anak Anda. Jika ada teman yang berkunjung ke rumah, tetaplah berada pada jangkauan mereka. Perhatikan pola interaksi anak dan teman-temannya.
Perubahan fisik yang terjadi ketika pubertas dapat menjadikan anak sasaran untuk diejek atau digoda oleh lawan jenis. Ajari anak cara melindungi diri dan katakan padanya untuk melapor jika diejek atau mengalami perlakuan tidak mengenakkan lainnya.
Orang tua dapat memperkaya pengetahuan tentang serba-serbi pubertas dengan membaca buku atau website terkait.
Baca juga: Tips Jitu Bicarakan Menstruasi Pertama dengan Anak Tanpa Canggung
Tanpa perawatan maupun pendampingan yang tepat, anak yang mengalami pubertas dini, berpotensi mengalami komplikasi berikut ini.
Anak dengan pubertas dini akan tumbuh dengan cepat pada awalnya, dan lebih tinggi dibandingkan dengan teman seusianya. Namun, pertumbuhan ini juga dapat berhenti lebih dini karena tulangnya lebih cepat matang.
Akibatnya, ketika mencapai usia dewasa, orang tersebut akan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan orang dewasa lainnya. Perawatan awal untuk pubertas dini, khususnya ketika terjadi pada anak yang masih sangat kecil, akan membantunya tumbuh lebih tinggi dibandingkan jika tanpa perawatan.
Perempuan dan laki-laki yang memulai pubertas jauh sebelum waktunya akan cenderung lebih menyadari perubahan yang terjadi pada tubuh mereka. Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan meningkatkan risiko depresi atau penyalahgunaan obat-obatan.
Baca jawaban dokter: Mudah marah saat pubertas apa wajar?
Beberapa faktor yang berisiko terhadap pubertas dini seperti jenis kelamin dan etnis, tidak dapat dihindari. Namun, ada hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan anak mengalami pubertas dini, yaitu:
Baca juga: 7 Cara Mendidik Anak Agar Tak Jadi Tukang Bully di Sekolah
Berkonsultasilah dengan dokter jika anak mengalami gejala pubertas dini.
Sebelum mengantarkan anak untuk menjalani pemeriksaan oleh dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut ini.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis pubertas dini agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved