Penderita psikosis dapat mengalami halusinasi dan/atau delusi
Psikosis adalah gangguan kejiwaan yang membuat para penderitanya kesulitan dalam mempersepsikan realita. Indra-indra mereka tampak mendeteksi hal yang tidak ada, sehingga seringkali kesulitan membedakan kenyataan dan khayalan.Kondisi tersebut membuat penderitanya menafsirkan kehidupan sekitar secara berbeda dari orang lain. Misalnya, dalam suatu episode psikosis, penderitanya sering mengaku bahwa mereka percaya ada seseorang atau organisasi khusus yang mengincar dan ingin membunuhnya.Orang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa dirinya mengidap psikosis karena delusi seperti itu terasa nyata. Akibatnya, penderita psikosis bisa sangat terbebani dalam menjalani hidup normal. Terkadang, psikosis dapat menyebabkan penderitanya melukai diri sendiri.Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan kondisi ini, tetapi berbagai pilihan perawatan untuk mengurangi risiko terjadinya episode psikosis telah tersedia.
Psikosis
Dokter spesialis
Jiwa, Psikolog
Gejala
Berhalusinasi, sulit berkonsentrasi, menarik diri dari lingkungan
Faktor risiko
Genetik, menderita kondisi mental lain, penyalahgunaan obat
Obat-obatan, terapi psikologi, bergabung dengan grup pendukung
Obat
Obat anti psikotik
Komplikasi
Tidak mampu bekerja, mengurung diri, melukai diri, bunuh diri
Kapan harus ke dokter?
Mengalami gejala dan sudah mencoba bunuh diri
Seseorang dengan gangguan mental psikosis menunjukkan beberapa gejala berupa:
Tanda dan gejala awal
Awalnya, penderita psikosis akan mulai berpikir atau melihat dunia di sekitarnya secara berbeda, yang ditandai dengan:
Kesulitan berpikir jernih atau berkonsentrasi
Mencurigai atau merasa tidak nyaman jika berada di sekitar orang lain
Kurang merawat diri atau tidak memperhatikan kebersihan diri
Menghabiskan lebih banyak waktu sendirian dari biasanya
Mengeluarkan emosi yang berlebihan
Tidak mengeluarkan emosi sama sekali
Gejala awal tersebut akan berkembang lebih jauh menjadi delusi maupun halusinasi.
Delusi
Kondisi ini membuat penderitanya memiliki keyakinan yang kuat dan tidak masuk akal. Penderita dapat memercayai sesuatu yang tidak nyata. Delusi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu delusi paranoia (paranoia/persecutory delusion), delusi mengenai keagungan (grandiose delusion), dan delusi somatik (somatic delusion).
Pada delusi paranoia, penderitanya memiliki kecurigaan atau ketidakpercayaan terhadap orang lain yang tidak rasional. Misalnya, percaya bahwa sekelompok orang berkonspirasi untuk membunuhnya.
Sementara pada delusi mengenai keagungan, penderitanya meyakini bahwa dirinya memiliki suatu kekuatan, benda, atau kemampuan yang istimewa, menjadi orang yang terkenal, memiliki koneksi dengan orang-orang penting, ataupun berhubungan kuat dengan suatu agama atau mitos tertentu. Contohnya, meyakini bahwa dirinya adalah titisan anak dewa.
Pada delusi somatik, penderitanya percaya bahwa bagian tubuhnya cacat atau terjangkit suatu penyakit tertentu. Contohnya, meyakini bahwa tangannya terjangkiti kusta padahal secara medis sehat-sehat saja.
Halusinasi
Kondisi ini mengakibatkan penderitanya mendengar, melihat, merasa, ataupun mencicipi yang sebenarnya tidak nyata. Kasus halusinasi yang sering terjadi biasanya berupa mendengar suara-suara (halusinasi auditori)
Kombinasi dari halusinasi dan delusi dapat membuat seseorang menjadi depresi dan menunjukkan perubahan perilaku. Gejala lainnya yang dapat dirasakan oleh penderita psikosis adalah:
Psikosis biasanya didiagnosis melalui evaluasi oleh psikiater (dokter kejiwaan) dan psikolog yang menjalankan pemeriksaan berupa:
Penelusuran riwayat pasien
Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan seputar gejala, perilaku, dan perasaan pasien. Informasi tentang riwayat medis, keluarga dan latar belakang budaya pasien pun akan dianalisis. Pasalnya, budaya seseorang mencerminkan sederet keyakinan, nilai, dan praktik yang dianut. Pemikiran delusi dan halusinasi harus dipertimbangkan dalam konteks budaya yang spesifik. Yang dianggap delusi dalam satu budaya mungkin normal di budaya lain.
Pemeriksaan fisik dan mental
Dokter akan memeriksa fisik pasien melalui kondisi tekanan darah, pola gerakan pasien dan tanda lainnya. Dokter juga akan memeriksa penyakit pasien yang mungkin menyebabkan psikosis.Sementara itu untuk pemeriksaan mental, dokter akan mengamati pasien dari riwayat kesehatannya, perilaku secara umum, suasana hati, ucapan dan proses berpikir pasien.
Tes laboratorium
Ketika tanda dan gejala psikosis pasien menunjukkan pemicu berupa kondisi medis tertentu, tes laboratorium yang dapat dilakukan, antara lain:
Tes pencitraan di bagian otak menggunakan MRI biasanya dilakukan bagi pasien psikosis yang mengeluhkan sakit kepala parah atau baru mengalami benturan yang keras di kepala.
Penanganan bagi penderita psikosis diberikan berdasarkan kebutuhan pasien. Perawatan psikosis dapat bervariasi tergantung penyebab yang mendasarinya. Umumnya, perawatannya berupa pemberian obat-obatan, terapi, serta dukungan dari keluarga dan komunitas.
Pemberian obat-obatan antipsikotik
Obat antipsikotik biasanya direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk psikosis. Jenis obat ini bekerja dengan cara memblokir efek dopamin, zat kimia yang mentransmisikan pesan di otak.Antipsikotik biasanya dapat mengurangi perasaan cemas dalam beberapa jam setelah penggunaan, tetapi perlu waktu beberapa hari atau minggu untuk mengurangi gejala halusinasi atau pikiran delusi pada psikotik.Antipsikotik dapat diminum (secara oral) atau diberikan melalui suntikan. Contoh obat golongan ini adalah klorpromazin, perisiazin atau trifluoperazin. Penggunaan obat antipsikotik harus dipantau secara ketat oleh dokter.
Terapi psikologis berupa terapi perilaku kognitif
Terapi ini dilakukan bersama psikolog, konselor, atau psikiater, untuk mengubah pemikiran dan perilaku penderita psikosis. Terapi ini efektif dalam memberikan perubahan yang permanen dan membantu penderita menghadapi gangguan yang dialami. Terkadang, perawatan ini efektif untuk penderita psikotik yang tidak dapat ditangani dengan obat-obatan.
Dukungan keluarga dan komunitas
Ketika tanda dan gejala psikosis pasien menunjukkan pemicu berupa kondisi medis tertentu, tes laboratorium yang dapat dilakukan, antara lain:
Intervensi keluarga
Dukungan dari anggota keluarga diharapkan dapat membantu penderita menangani gangguan yang dialami. Intervensi ini meliputi kegiatan diskusi mengenai kondisi yang dialami dan penanganan yang dapat dilakukan, mencari cara yang dapat digunakan untuk mendukung penderita psikosis, dan menemukan cara menyelesaikan masalah praktis karena gangguan mental tersebut. Contohnya seperti membuat perencanaan sebagai antisipasi saat psikosis kambuh di kemudian hari.
Support group
Penderita dapat berdiskusi dan bercerita di komunitas atau kelompok dengan anggota-anggota yang memiliki kondisi serupa.
Kebanyakan penderita psikosis tidak menyadari bahwa dirinya mengalami kondisi tersebut. Oleh karena itu, penderita gangguan tersebut terkadang tidak merasa perlu untuk menemui dokter dan ahli kesehatan mental lainnya.Oleh karenanya, penting bagi orang-orang di sekitarnya untuk menyadari gangguan yang dialami oleh penderita dan mendukung serta merujuknya untuk melakukan konsultasi dengan psikiater maupun psikolog.
Ketika Anda atau orang-orang terdekat mengalami gejala-gejala psikosis seperti yang disebutkan di atas, atau memiliki keinginan untuk bunuh diri, segeralah berkonsultasilah dengan dokter dan psikolog.Penanganan dini dapat membantu dokter dan ahli kesehatan mental lainnya memberikan pengobatan dan perawatan dengan efektif.
Sebelum pemeriksaan ke dokter atau psikolog, pasien atau keluarga pasien dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
Buat daftar seputar gejala yang pasien rasakan.
Catat riwayat penyakit yang pernah dan sedang pasien alami. Demikian pula dengan riwayat medis keluarga.
Catat semua obat, suplemen, obat herbal, atau vitamin yang pasien konsumsi.
Catat pertanyaan-pertanyaan yang ingin Anda ajukan pada dokter, seperti:
Apa penyebab gejala-gejala yang muncul?
Perawatan atau terapi apa yang cocok?
Berapa lama perawatan atau terapi tersebut harus dijalani?
Apa saja obat-obatan yang diperlukan serta efek samping dan kontraindikasi dari obat-obatan tersebut?
Apa yang harus dilakukan jika mengalami gejala-gejala tersebut?
Bantuan apa yang bisa diberikan keluarga dan orang-orang terdekat?
Apakah ada bahan bacaan sebagai referensi mengenai kondisi ini?
Mintalah keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi ke dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.
Dokter dan psikolog akan melakukan penilaian tentang potensi psikosis pada pasien. Dokter dan psikolog juga akan mencoba untuk mengetahui penyebab serta gejala-gejala dari gangguan yang dialami pasien. Beberapa pertanyaan yang mungkin akan diajukan adalah:
Bagaimana Anda beraktivitas sehari-harinya? Apakah Anda masih bekerja?
Bagaimana suasana hati Anda akhir-akhir ini? Apakah Anda pernah merasa murung?
Apakah Anda mengonsumsi obat-obatan tertentu?
Apakah Anda mengonsumsi zat-zat ilegal yang terlarang?
Apakah Anda memiliki anggota keluarga yang memiliki gangguan mental, seperti skizofrenia?
Apakah Anda merasakan gejala-gejala lainnya?
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis psikosis agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Healthline. https://www.healthline.com/health/psychosis Diakses pada 26 Oktober 2018Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/1154851-overview Diakses pada 11 Maret 2019WebMD. https://www.webmd.com/schizophrenia/qa/what-is-somatic-delusional-disorder Diakses pada 11 Maret 2019NHS. https://www.nhs.uk/conditions/psychosis/ Diakses pada 2 Oktober 2020NHS Inform. https://www.nhsinform.scot/illnesses-and-conditions/mental-health/psychosis# Diakses pada 2 Oktober 2020American Academy of Family Physicians. https://www.aafp.org/afp/2015/0615/p856.html#sec-4 Diakses pada 2 Oktober 2020BPOM. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat/42-psikosis-dan-gangguan-sejenis/421-antipsikosis Diakses pada 2 Oktober 2020