1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Menjalani hidup sehat dapat mengurangi risiko gejala PMS yang mengganggu.
Premenstrual syndrome (PMS) adalah istilah dari berbagai keluhan yang dirasakan wanita sebelum menstruasi. Gejala PMS mencakup gangguan fisik maupun emosional yang terjadi setelah proses ovulasi (proses pelepasan sel telur dari indung telur) dan sebelum haid mulai.
Bagi beberapa wanita, gejala PMS bisa bersifat ringan atau bahkan sama sekali tidak terasa. Namun sebagian lainnya dapat mengalami gejala sindrom prahaid yang sangat parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala-gejala PMS bisa berupa perubahan suasana hati, payudara yang sensitif atau terasa keras, mengidam makanan tertentu, kelelahan, lekas marah, serta depresi.
Diperkirakan ada sekitar tiga dari empat wanita dapat mengalami beberapa bentuk sindrom pramenstruasi. Gejala PMS yang parah juga bisa menjadi tanda gangguan premenstrual disforik.
PMS akan berhenti terjadi saat seorang perempuan tidak lagi haid, misalnya ketika sudah menopause atau sedang hamil. Setelah proses kehamilan selesai, PMS dapat kembali muncul. Tapi gejalanya kemungkinan berbeda.
Wanita umumnya akan mengalami setidaknya satu gejala premenstrual syndrome setiap bulan. Namun keluhan ini bisa berbeda-beda pada tiap orang.
Seorang wanita dapat dikatakan mengalami PMS apabila merasakan salah satu atau lebih dari gejala-gejala di bawah ini:
Bagi beberapa wanita, gejala PMS yang dialami bisa lebih parah hingga mengganggu rutinitasnya. Terlepas dari tingkat keparahan sindrom prahaid, keluhan umumnya akan hilang dalam waktu empat hari setelah haid dimulai.
Hingga saat ini, penyebab premenstrual syndrome belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang diyakini bisa memengaruhi kemunculan kondisi ini.
Faktor-faktor risiko premenstrual syndrome tersebut meliputi:
Tanda-tanda PMS dapat berubah seiring fluktuasi kadar hormon di tubuh wanita, dan menghilang saat ia hamil atau mengalami menopause.
Perubahan kadar hormon serotonin (zat kimia dalam otak) dengan peran penting dalam mengatur suasana hati seseorang, dapat memicu munculnya gejala PMS. Kadar serotonin yang rendah bisa berhubungan dengan depresi premenstrual, kelelahan, dan masalah tidur.
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi PMS. Saat konsultasi, dokter akan menanyakan mengenai gejala yang timbul, waktu kemunculannya, serta dampaknya dalam keseharian pasien.
Seorang wanita mungkin dikatakan mengalami gejala premenstrual syndrome apabila keluhan:
Advertisement
Cara mengatasi premenstrual syndrome akan tergantung pada tingkat keparahan PMS yang dialami dan kondisi kesehatan apasien secara menyeluruh. Dokter bisa menyarankan sederet penanganan berikut:
Jika gejala PMS yang Anda alami tidak terlalu parah, perubahan gaya hidup atau pola makan dipercaya dapat membantu dalam meredakan kondisi tersebut. Apa sajakah itu?
Olahraga dapat meningkatkan detak jantung dan memperbaiki fungsi paru-paru. Pasien disarankan untuk melakukannya secara rutin, dan bukan hanya saat mengalami gejala PMS.
Lakukan aktivitas fisik ini setidaknya 30 menit per hari, atau 2,5 jam per minggu. Jenis olahraganya juga tidak perlu yang rumit, pasien bisa mencoba berlari, bersepeda, atau berenang.
Anda juga dapat mengubah pola makan untuk meredakan gejala PMS, dengan langkah berikut ini:
- Mengonsumsi makanan kaya karbohidrat kompleks untuk mengurangi mood swing dan mengatur nafsu makan, seperti roti gandum, nasi merah, atau kacang-kacangan
- Mengonsumsi makanan kaya kalsium, seperti yogurt dan sayuran hijau
- Mengurangi konsumsi makanan berlemak, gula, serta garam
- Menghindari konsumsi kafein serta alkohol
- Mengubah jadwal makan dengan komposisi tiga kali hidangan utama dan tiga kali camilan sehat, agar kadar gula darah lebih stabil sehingga meredakan gejala PMS
Apabila gejala sudah mengganggu rutinitas pasien, dokter bisa menganjurkan beberapa langkah berikut untuk mengurangi gejala premenstrual syndrome:
Dokter dapat memberikan obat antinyeri berupa obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Obat ini diberikan sebelum atau di awal datang bulan.
OAINS dapat mengurangi kram perut dan rasa tidak nyaman di payudara. Contoh obat ini meliputi ibuprofen atau naproxen sodium.
Antidepresan berupa selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) juga bisa diberikan. Contohnya, fluoxetine, paroxetine, dan sertraline.
SSRI merupakan pengobatan lini pertama untuk pasien PMS dan premenstrual dysphoric disorder (PMDD) yang parah. Fungsinya adalah mengatasi gangguan suasana hati.
Obat-obatan ini umumnya diminum setiap hari. Namun untuk beberapa wanita, penggunaannya mungkin terbatas pada dua minggu sebelum haid mulai.
Spironolactone adalah obat golongan diuretik yang dapat membantu meringankan beberapa gejala PMS seperti kembung. Namun obat ini hanya diberikan ketika olahraga dan pembatasan asupan garam tidak memberikan efek pada gejala PMS.
Obat kontrasepsi hormonal berfungsi menghentikan ovulasi, sehingga gejala PMS pun akan ikut mereda. Contohnya obat ini adalah pil KB.
Jika terus dibiarkan tanpa penanganan, premenstrual syndrome dapat menyebabkan komplikasi yang berhubungan dengan masalah perilaku maupun masalah dalam belajar dan bekerja.
Sebagai bentuk PMS yang jauh lebih parah, PMDD bahkan dikaitkan dengan meningkatnya risiko bulimia nervosa dan hipertensi.
Karena penyebabnya belum pasti, cara mencegah premenstrual syndrome juga beum tersedia. Namun perubahan gaya hidup berikut dikatakan bisa membantu dalam mengurangi risiko kemunculan kondisi ini:
Apabila telah mencoba berbagai cara untuk meredakan gejala PMS, tapi kondisi tersebut tak kunjung reda atau justru memburuk, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Berikut ini beberapa hal yang dapat Anda siapkan sebelum berkonsultasi dengan dokter:
Saat membuat janji dengan dokter, tanyakan apakah ada sesuatu yang harus Anda persiapkan sebelumnya.
Anda perlu mencatat semua gejala yang dialami, baik berkaitan dengan PMS maupun tidak. Demikian pula dengan tingkat keparahan PMS.
Pencatatan ini sebaiknya dilakukan selama beberapa bulan agar dokter bisa memastikan diagnosis premenstrual syndrome.
Saat ini, telah tersedia berbagai aplikasi untuk membantu pasien dalam mencermati dan mencatat gejala PMS dialami. Jangan lupa untuk membawa informasi tersebut saat berkonsultasi dengan dokter.
Catat semua penyakit yang pernah dan sedang Anda alami. Riwayat medis keluarga pun perlu dilengkapi.
Pasien perlu membuat daftar mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, baik obat dari dokter, suplemen, vitamin, maupun obat herbal.
Jangan lupa untuk mencatat informasi yang ingin ditanyakan pada dokter.
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter bisa melakukan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis PMS agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved