1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Perdarahan subarachnoid terjadi di ruang antara otak dan jaringan yang melapisinya
Pendarahan subarachnoid terjadi di dalam ruang subarachnoid yang merupakan ruang antara otak dan jaringan yang menutupi otak.
Ruang subarachnoid merupakan tempat cairan serebrospinal (cairan otak) mengalir dan bertanggung jawab untuk melindungi otak dari cedera, dengan berperan sebagai bantalan. Pendarahan di dalam ruangan ini dapat menyebabkan koma, kelumpuhan, bahkan kematian.
Perdarahan subarachnoid terjadi dengan cepat, dan seringkali merupakan hasil dari trauma kepala. Sekitar 80% kasus pendarahan yang terjadi tanpa trauma kepala, seringkali disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah (aneurisma) otak.
Selain itu, pendarahan subarachnoid dapat disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal pada otak (arteriovenous malformation-malformasi arteri-vena), dan vaskulitis (peradangan pembuluh darah).
Gejala pendarahan subarachnoid yang utama adalah sakit kepala tiba-tiba dan berat yang seringkali digambarkan sebagai sakit kepala yang luar biasa. Gejala lain pendarahan subarachnoid di antaranya adalah:
Gejala perdarahan subarachnoid datang tiba-tiba, dan penderitanya dapat kehilangan kesadaran dengan cepat. Kondisi ini merupakan kondisi darurat yang memerlukan penanganan medis dengan segera. Terutama apabila Anda mengalami gejala di atas disertai dengan sakit kepala hebat.
Penyebab perdarahan subarachnoid dapat berupa:
Hampir 80% kasus perdarahan subarachnoid terjadi karena pecahnya aneurisma otak. Aneurisma adalah pembengkakan pada pembuluh darah karena adanya kelemahan pada dinding pembuluh darah.
Ketika tekanan darah meningkat, pembuluh darah mengembang seperti balon dan semakin lama meningkatkan risiko pecahnya aneurisma tersebut.
Aneurisma otak yang menyebabkan perdarahan subarachnoid sering ditemukan pada kelompok pembuluh darah arteri yang menyuplai darah ke otak. Kelompok pembuluh darah arteri ini dikenal dengan nama circle of Willis.
Pada beberapa orang, kelainan genetik dapat memicu adanya aneurisma. Sementara pada orang lain, merokok, konsumsi alkohol berlebih, dan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat memicu terjadinya aneurisma.
Malformasi arteriovena (arteriovenous malformation-AVM )merupakan kondisi medis yang ada sejak lahir. Pada kondisi ini, pembuluh darah arteri dan vena pasien menjadi tidak normal, sehingga mempengaruhi pembuluh darah di saraf tulang belakang, batang otak, atau di dalam otak.
AVM tidak menimbulkan gejala apapun hingga perdarahan terjadi.
Selain itu, cedera kepala hebat juga dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko perdarahan subarachnoid meliputi:
Untuk memastikan diagnosis perdarahan subarachnoid, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
Perdarahan subarachnoid seringkali terdeteksi ketika melakukan pemeriksaan fisik. Adanya kaku kuduk (kaku pada leher), gangguan penglihatan dan terjadinya sakit kepala yang sangat parah dan mendadak, bisa menjadi tanda adanya perdarahan subarachnoid.
Pemeriksaan tambahan lain diperlukan untuk menentukan beratnya perdarahan subarachnoid yang terjadi.
CT scan merupakan pemeriksaan pencitraan yang dapat mendeteksi perdarahan pada otak. Bila diperlukan, dokter dapat menyuntikkan zat pewarna kontras untuk melihat pembuluh darah pasien dengan detail yang lebih baik. Pemeriksaan ini dikenal dengan CT angiogram.
Pemeriksaan pencitraan ini juga dapat mendeteksi perdarahan otak. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan MR angiogram dengan menyuntikkan zat pewarna kontras ke dalam pembuluh darah untuk melihat arteri dan vena lebih jelas.
Angiografi serebral menggunakan kateter (selang panjang tipis) yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah arteri di kaki. Kateter diarahkan hingga mencapai pembuluh darah otak, lalu zat pewarna kontras disuntikkan ke dalam pembuluh darah otak agar tampak jelas di bawah pemeriksaan X-Ray.
Pemeriksaan ini digunakan untuk membantu dokter mendapatkan gambar yang lebih rinci dan mengidentifikasi penyebab perdarahan subarachnoid, atau jika pemeriksaan lainnya tidak jelas.
Sebanyak 22% kasus perdarahan subarachnoid aneurisma tidak dapat terdiagnosis pada pemeriksaan awal. Jika pemeriksaan awal tidak menunjukkan perdarahan, dokter akan melakukan tes tambahan berupa:
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil cairan serebrospinal dan memeriksanya lebih lanjut untuk melihat adanya darah yang dapat menandakan terjadinya perdarahan subarachnoid.
Pemeriksaan pencitraan ini dapat diulang beberapa hari setelah pemeriksaan awal.
Advertisement
Cara mengobati perdarahan subarachnoid dapat meliputi tindakan untuk menyelamatkan nyawa pasien, meringankan gejala, memperbaiki pembuluh darah yang pecah, dan mencegah komplikasi.
Pengobatan kondisi ini berfokus untuk menstabilkan kondisi pasien, dan dilakukan berdasarkan penyebab perdarahan serta tingkat kerusakan otak yang terjadi. Berikut penjelasannya:
Jika perdarahan disebabkan oleh aneurisma otak yang pecah, dokter akan menyarankan beberapa upaya pengobatan berikut:
Dokter akan membuat sayatan pada lapisan tengkorak dan akan menempatkan klip logam pada ujung aneurisma untuk menghentikan aliran darah.
Dokter bedah akan memasukkan kateter pada pembuluh darah arteri di selangkangan yang diarahkan menuju otak.
Gelungan yang terbentuk dari platina dimasukkan lewat kateter hingga mencapai aneurisma. Gelungan ini mengisi aneurisma dan akan mengurangi aliran darah ke kantong aneurisma yang menyebabkan darah menggumpal.
Aneurisma tertentu dapat diobati dengan teknik endovaskular lainnya, seperti menggunakan stent atau balon yang mengalihkan aliran darah.
Jika perdarahan subarachnoid menyebabkan koma, penanganan menggunakan alat penunjang hidup seperti ventilator (alat bantu napas), perlindungan jalan napas, dan penempatan selang untuk mengeluarkan cairan dari otak supaya tekanan pada otak berkurang.
Obat-obatan dapat diberikan untuk mengatur tekanan darah dan mencegah penyempitan pembuluh darah arteri (nimodipine). Selain itu, obat-obatan penghilang rasa sakit bisa meringankan gejala dari sakit kepala berat.
Prosedur endovaskular kadang perlu dilakukan secara berulang. Pemantauan akan dilakukan secara teratur oleh dokter untuk melihat perubahan. Pasien mungkin akan memerlukan terapi fisik, terapi okupasi, maupun terapi wicara.
Komplikasi perdarahan subarachnoid yang paling sering terjadi adalah perdarahan berulang. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kematian. Koma akibat perdarahan subarachnoid juga dapat menyebabkan kematian.
Selain itu, pasien dapat mengalami kejang atau stroke setelah pengobatan perdarahan subarachnoid.
Satu-satunya cara mencegah perdarahan subarachnoid adalah mendeteksi kelainan dalam otak. Deteksi dini dan pengobatan aneurisma pada otak bisa mencegah perdarahan di dalam ruang subarachnoid.
Segera hubungi dokter apabila mengalami gejala perdarahan subarachnoid.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Anda juga dapat meminta keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis perdarahan subarachnoid. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved