1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Gejala penyakit menular seksual bisa berlainan pada pria dan wanita
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang bisa menular lewat hubungan intim. Kondisi yang juga dikenal dengan infeksi menular seksual (IMS) ini dapat menyebar melalui kontak seksual lewat vagina, anus, atau mulut tanpa proteksi dengan penderita.
Terdapat lebih dari 20 jenis penyakit menular seksual. Beberapa jenisnya yang umum meliputi klamidia, herpes genitalis, gonore, HIV/AIDS, kutil kelamin, sifilis, hepatitis B, dan trikomoniasis.
Bila dialami oleh ibu hamil, penyakit menular seksual bahkan dapat menyebabkan kondisi medis serius pada bayinya, terutama saat persalinan.
Gejala penyakit menular seksual berbeda-beda pada wanita dan pria. Bahkan pada beberapa kasus, penyakit ini bisa saja tidak menimbulkan gejala.
Baca Juga: Vagina Sakit saat Berhubungan Intim? Ini Ragam Penyebabnya
Penyakit menular seksual bisa terjadi akibat infeksi virus, bakteri, maupun parasit. Karena itu, jenis infeksi menular seksual sangat beragam.
Ada beberapa jenis penyakit menular seksual yang sering terjadi. Apa sajakah itu?
Penyakit menular seksual ini lebih sering menyerang wanita daripada pria. Penyebabnya adalah infeksi bakteri Chlamydia trachomatis, yang dapat menyebar lewat hubungan seks. Namun klamidia juga bisa ditularkan oleh ibu hamil pada bayinya melalui persalinan.
Gejala klamidia meliputi keputihan abnormal, cairan abnormal dari penis, dan rasa perih seperti terbakar saat buang air kecil. Namun ada pula penderita yang sama sekali tidak mengalami keluhan.
Herpes genitalis disebabkan oleh virus bernama herpes simplex virus (HSV). Penyakit ini juga disebut herpes kelamin.
Terdapat dua jenis HSV, yaitu HSV-1 dan HSV-2. Virus-virus ini bisa menular lewat kontak seksual maupun kontak kulit.
HSV-1 menyerang mulut dan ditularkan melalui air liur atau luka terkait herpes pada bibir. Virus ini juga bisa menyebar ke alat kelamin melalui seks oral. Sementara HSV-2 terjadi pada kelamin dan anus.
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini juga disebut kencing nanah karena inilah gejala utamanya.
Gonore sangat menular dan dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya bila tidak ditangani dengan tepat. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual lewat mulut (seks oral), vagina, atau anus (seks anal).
Jika mengenai mata, gonore bisa menyebabkan konjungtivitis (peradangan pada selaput mata). Sedangkan ibu hamil dapat menularkannya pada anak saat bersalin.
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Infeksi HIV menyebabkan penderita lebih rentan mengalami infeksi menular seksual lainnya. Tanpa pengobatan, infeksi akan semakin parah lalu berkembang menjadi AIDS, dan menyebabkan komplikasi yang dapat berujung pada kematian.
Kutil kelamin disebabkan oleh virus bernama human papillomavirus (HPV). Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak kulit atau kontak seksual.
HPV akan menyebabkan munculnya kutil pada kelamin, mulut, maupun tenggorokan. Meski kutil sudah sembuh, virus ini akan terus ada dalam tubuh orang yang pernah terinfeksi.
Sifilis adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Di Indonesia, penyakit ini juga dikenal dengan nama raja singa.
Gejala sifilis yang pertama ditemukan umumnya adalah luka bulat tidak nyeri pada kelamin, anus, atau mulut. Jika dibiarkan, penyakit ini akan menimbulkan gejala stadium lanjut yang bisa menyerang otak, saraf tulang belakang, hingga jantung.
Hepatitis B dapat menyebabkan infeksi jangka panjang dan merusak organ hati. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B dan bisa menular lewat hubungan seks atau penggunaan jarum suntik yang sudah terkontaminasi. Virus hepatitis B dapat ditemukan dalam air mani, darah, serta cairan tubuh lain dari penderita.
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit yang menyebar melalui hubungan intim. Penyakit ini juga jarang menimbulkan gejala, tapi penderita tetap bisa menularkannya pada orang lain. Bila bergejala, keluhannya bisa berbeda pada wanita dan pria.
Penderita wanita bisa mengalami keputihan berbau amis, nyeri saat berkemih, serta gatal-gatal di vagina dan sekitarnya. Sakit perut bawah juga bisa terjadi.
Sementara pada pria, gejala trikomoniasis bisa berupa sakit saat buang air kecil atau ejakulasi, lebih sering pipis, kepala penis yang bengkak dan tampak merah, serta keluar cairan putih yang bukan sperma dari penis.
Kutu kelamin atau pedikulosis pubis terjadi karena ada serangga kecil yang berdiam di rambut-rambut kemaluan. Penderita juga dapat menemukan kutu atau telur kutu di sekitar ujung rambut kemaluannya. Sama seperti kutu di kepala dan bagian tubuh lain, kutu ini hidup dengan mengisap darah.
Gejala kutu kelamin yang umum dialami pasien meliputi gatal di sekitar kemaluan atau anus, benjolan kecil kemerahan di sekitar kemaluan, demam ringan, tubuh lemas dan tidak bertenaga, serta lebih mudah tersinggung.
Vaginosis bakteri adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan bakteri dalam vagina.
Sebagian wanita dengan vaginosis bakteri tidak bergejala. Bila ada, gejalanya dapat berupa rasa terbakar saat berkemih, rasa gatal pada kemaluan, bau amis yang semakin kuat ketika berhubungan intim, dan adanya keputihan berwarna putih, abu-abu, atau kehijauan.
Chancroid adalah infeksi bakteri Haemophilus ducreyi. Kondisi ini menyebabkan luka terbuka di organ kemaluan laki-laki maupun perempuan.
Luka tersebut dapat menghasilkan cairan yang dapat menularkan bakteri melalui hubungan seksual, baik oral, anal, maupun vaginal. Chancroid juga dapat ditularkan lewat kontak kulit dengan orang yang terinfeksi.
Lymphogranuloma venereum atau LGV merupakan penyakit menular seksual akibat bakteri Chlamydia trachomatis. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada pria.
Gejala LGV dapat muncul pada beberapa hari hingga satu bulan setelah infeksi bakteri terjadi. Keluhan pada penderita bisa berupa luka kecil tanpa rasa nyeri di kemaluan, benjolan atau kemerahan pada kulit kemaluan, atau pembesaran kelenjar getah bening di sekitar kemaluan.
Granuloma inguinale merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Klebsiella granulomatis dan memicu luka di area anus serta kemaluan. Luka ini dapat muncul kembali bahkan setelah diobati dan sembuh.
Gejala penyakit yang juga dikenal dengan sebutan donovanosis ini diawali adanya benjolan pada kulit kemaluan. Makin lama, benjolan tersebut dapat berkembang menjadi luka yang makin luas dan dalam. Pada stadium akhir, luka dapat membentuk jaringan parut.
Moluskum kontagiosum merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh virus Molluscum contagiosum. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya benjolan pada lapisan atas kulit.
Benjolan berukuran sangat kecil, memiliki cekungan di bagian tengah, tidak terasa nyeri, dan dapat menghilang dengan sendirinya. Benjolan dapat ditemukan di semua bagian tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Virus ini dapat menyebar melalui kontak kulit dan aktivitas seksual.
Kudis alias skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh kutu. Gejalanya berupa ruam pada kulit yang dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Ruam tersebut biasa mulai muncul di sela-sela jari dan menimbulkan gatal malam hari. Karena dapat menyebar melalui kontak seksual, pasangan seksual penderita dalam delapan minggu terakhir juga perlu menjalani pengobatan.
Di samping jenisnya, ada pula sederet faktor yang bisa meningkat risiko seseorang untuk terkena penyakit menular seksual. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
Baca Juga: Ketahui Macam-Macam Narkoba Berdasarkan Efeknya
Bila riwayat medis dan gejala mengarah pada penyakit menular seksual, dokter akan melakukan pemeriksaan laboratorium guna memastikan diagnosis dan penyebabnya. Pemeriksaan tersebut umumnya meliputi:
Tes darah dapat memastikan keberadaan virus, parasit, maupun bakteri dalam darah pasien. Pemeriksaan ini juga dapat mengonfirmasi diagnosis HIV atau sifilis stadium lanjut.
Beberapa jenis penyakit menular seksual dapat dipastikan melalui pemeriksaan sampel urine pasien.
Bila terdapat cairan atau luka terbuka pada kelamin, sampel cairan maupun jaringan dari luka ini akan diambil untuk diperiksa lebih lanjut di bawah mikroskop.
Advertisement
Cara mengobati penyakit menular seksual tergantung pada penyebab infeksi yang diderita oleh pasien. Perlu diperhatikan bahwa pasien dan pasangan seksualnya perlu berobat secara tuntas sebelum kembali diizinkan berhubungan intim dengan siapapun.
Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri dan parasit akan ditangani dengan obat antibiotik. Obat ini harus dihabiskan sesuai dengan dosis dan durasi penggunaan dari dokter.
Apabila penggunaan obat dihentikan tanpa konsutasi dengan dokter, bakteri bahkan bisa menjadi tahan (resistan) terhadap antibiotik. Kondisi ini disebut resistansi antibiotik.
Jika terjadi resistansi antibiotik, pasien akan membutuhkan jenis obat antibiotik yang lebih keras untuk menangani infeksi.
Pada penyakit menular seksual akibat infeksi virus, gejala biasanya dapat hilang tanpa pengobatan. Penanganan yang diberikan bertujuan meredakan gejala dan mengurangi risiko penularan.
Meski begitu, virus penyebab penyakit menular seksual tersebut mungkin saja tetap ada dalam tubuh penderita. Misalnya, HPV.
Infeksi jamur seperti kandidiasis memang tidak termasuk penyakit menular seksual. Pasalnya,penyakit ini dapat dialami tanpa kontak seksual.
Meski begitu, infeksi jamur dapat ditularkan melalui hubungan intim. Penyakit ini dapat ditangani dengan obat-obatan antijamur seperti fluconazole.
Karena banyak penyakit menular seksual yang tidak menimbulkan gejala, skrining atau deteksi dini diperlukan untuk mencegah komplikasi. Sederet komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
Upaya pencegahan penyakit menular seksual dapat dilakukan dengan:
Karena sebagian besar penyakit menular seksual tidak bergejala, orang dengan faktor risiko penyakit ini perlu melakukan konsultasi ke dokter. Anda juga bisa rutin menjalani pemeriksaan kesehatan agar dapat mengetahui kondisi Anda degan saksama.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis penyakit menular seksual. Dengan ini, pengobatan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved