1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Neuropati diabetik terjadi karena penyakit diabetes
Neuropati diabetik adalah kerusakan saraf akibat penyakit diabetes. Kondisi ini disebabkan oleh kadar gula darah terlalu tinggi yang berlangsung lama.
Kerusakan saraf ini paling sering menyerang saraf-saraf kakim dan biasanya berkembang perlahan-lahan hingga bertahun-tahun.
Tergantung saraf yang terkena, gejala neuropati diabetik bisa bervariasi. Mulai dari nyeri dan baal pada kaki hingga masalah pada sistem pencernaan, saluran kencing, pembuluh darah, serta jantung.
Pada sebagian penderita, gejala neuropati diabetik bisa bersifat ringan. Namun beberapa pasien lain, keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-hari bisa saja terjadi.
Diabetik neuropati termasuk komplikasi serius yang dapat dialami oleh 50 persen dari penderita diabetes. Namun kondisi ini dapat dicegah dan perkembangannya dihambar dengan mengendalikan kadar gula darah melalui pola hidup sehat.
Diabetes neuropatik erbagi dalam beberapa jenis berikut:
Neuropati perifer memicu kerusakan saraf tepi (perifer), yakni saraf di luar otak dan tulang belakang. Kaki merupakan bagian tubuh yang palig sering terkena.
Neuropati proksimal memengaruhi saraf di paha, pinggul, atau bokong. Jenis ini jarang ditemukan dan biasanya dialami oleh penderita diabetes pria yang berusia di atas 50 tahun.
Neuropati otonom memengaruhi sistem saraf otonom, yakni saraf yang mengendalikan fungsi tubuh. Conothnya, saraf di sistem pencernaan, saluran kemih, kelamin, atau kardiovaskular.
Neuropati fokal memengaruhi saraf atau kelompok saraf tertentu di tubuh. Jenis neuropati diabetik ini paling sering ditemukan pada tangan, kepala, atau kaki.
Pengidap diabetes perlu memeriksa kadar gula darahnya secara rutin dan segera menghubungi dokter apabila mengalami gejala neuropati.
Gejala neuropati diabetik bervariasi bergantung pada jenisnya di bawah ini:
Hingga saat ini, penyebab neuropati diabetik belum diketahui secara pasti. Diperkirakan kadar gula darah tinggi dan tidak terkontrol merusak saraf dan mengganggu kemampuannya untuk mengirimkan sinyal.
Kadar gula darah yang tinggi juga dapat melemahkan dinding pembuluh darah kecil (kapiler) yang menyuplai saraf dengan oksigen dan nutrisi.
Semua penderita diabetes dapat mengalami neuropati diabetik. Tetapi beberapa faktor di bawah ini bisa meningkatkan risikonya:
Kadar gula darah yang tidak terkendali akan membuat pasien lebih berisiko mengalami komplikasi diabetes, termasuk kerusakan saraf.
Semakin lama pasien mengalami diabetes, risiko neuropati diabetik akan meningkat. Terutama bila kadar gula darah pasien tidak terkendali.
Diabetes dapat merusak ginjal. Kerusakan ginjal akan menyebabkan keluarnya zat racun ke dalam darah yang memicu kerusakan saraf.
Pasien dengan berat badan berlebih dengan indeks massa tubuh (IMT) 25 atau lebih dapat lebih rentan mengalami neuropati diabetik.
Merokok akan membuat pembuluh darah menjadi lebih sempit dan keras, sehingga mengurangi aliran darah ke kaki dan tungkai. Hal ini akan membuat luka sulit sembuh dan merusak saraf perifer.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan meninjau gejala dan riwayat medis pasien. Dokter lalu memeriksa kekuatan otot secara keseluruhan, refleks tendon, serta sensitivitas terhadap sentuhan dan getaran.
Dokter juga akan memeriksa kaki pasien untuk melihat ada tidaknya luka, kulit pecah-pecah, melepuh, serta gangguan tulang dan sendi.
Sembari melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga bisa melaksanakan beberapa tes khusus di bawah ini untuk membantu dalam menentukan diagnosis neuropati diabetik:
Dokter akan menyikat serat nilon lembut (monofilamen) di atas area kulit untuk menguji sensitivitas terhadap sentuhan.
Tes ini digunakan untuk mengetahui bagaimana saraf merespon getaran dan perubahan suhu.
Tes ini mengukur seberapa cepat saraf lengan dan kaki dalam menghantarkan sinyal listrik pada otot.
Sering dilakukan bersama dengan pemeriksaan konduksi saraf. EMG mengukur muatan listrik yang dihasilkan di otot.
Jika pasien memiliki gejala neuropati otonom, tes khusus mungkin dilakukan untuk menentukan bagaimana tekanan darah pasien berubah ketika berada di posisi yang berbeda, dan apakah pasien berkeringat secara normal.
Advertisement
Tidak ada cara mengobati neuropati diabetik yang bisa menyembuhkannya. Penanganan penyakit ini bertujuan memperlambat perkembangannya, dan umumnya berupa:
Menjaga kadar gula darah agar kembali normal merupakan cara terbaik untuk mengurangi risiko neuropati diabetik dan mencegah perkembangannya. Berhenti merokok dan berolahraga secara teratur juga perlu dilakukan.
Obat-obatan dapat digunakan untuk mengurangi nyeri akibat neuropati diabetik. Diskusikan dengan dokter tentang pilihan obat yang tersedia serta efek sampingnya.
Beberapa jenis obat yang dapat direkomendasikan untuk mengurangi nyeri antara lain:
Beberapa jenis obat antikejang juga dapat meredakan nyeri pada saraf. Contohnya, pregabalin dan gabapentin.
Namun efek samping obat antikejang perlu diwaspadai. Misalnya, pusing, bengkak, dan rasa kantuk.
Obat antidepresan jenis trisiklik pun dapat meredakan nyeri saraf. Amitryptiline, desipramine, dan imipramine merupakan contohnya.
Selain antidepresan trisiklik, obat jenis serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI) juga dapat diberikan oleh dokter. Misalnya, duloxetine dan venlafaxine.
Obat antidepresan dan antikejang kerap dikombinasikan oleh dokter untuk mengatasi nyeri apda pengidap neuropati diabetik. Tak hanya itu, obat pereda rasa nyeri seperti paracetamol dan ibuprofen pun bisa diberikan jika dinilai bisa membantu.
Terapi alternatif, seperti akupuntur, dapat memberikan bantuan ketika digunakan bersamaan dengan obat-obatan.
Bergantung pada jenis neuropati diabetik, dokter akan menyarankan obat-obatan, terapi dan perubahan gaya hidup yang dapat membantu mengatasi gejala dan mencegah komplikasi.
Bila terus dibiarkan, neuropati diabetik dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Kadar gula darah di bawah 70 mg/dL (hipoglikemia) umumnya menyebabkan jantung berdebar, berkeringat, dan gemetar. Namun pengidap neuropati diabetik tidak akan menyadari gejala-gejala tersebut, sehingga membahayakan.
Kerusakan saraf dapat menyebabkan sensasi baal pada kaki. Akibatnya, luka kecil bisa muncul tanpa disadari dan akhirnya berkembang menjadi borok karena tak diobati.
Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke tulang atau menyebabkan kematian jaringan. Bila ini terjadi, amputasi mungkin diperlukan.
Bila saraf yang mengendalikan kandung kemih mengalami kerusakan, pasien akan merasa kesulitan mengosongkan kandung kemih. Bakteri juga dapat menumpuk di kandung kemih dan ginjal, menyebabkan infeksi saluran kemih.
Kerusakan saraf juga akan mengganggu rasa ingin buang air kecil sehigga pasien dapat mengalami inkontinensia urine, yakni tidak mampu menahan buang air kecil (mengompol).
Kerusakan saraf yang mengendalikan aliran darah dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah menurun drastis ketika pasien berdiri setelah duduk, yang memicu pusing dan pingsan.
Kerusakan saraf yang memengaruhi sistem pencernaan bisa menyebabkan diare, konstipasi, serta gastroperesis.
Neuropati kerap merusak saraf yang mempengaruhi organ seksual. Pria dapat mengalami disfungsi ereksi dan wanita bisa kesulitan mencapai orgasme.
Kerusakan saraf dapat mengganggu kerja kelenjar keringat dan mengganggu pengaturan suhu tubuh.
Cara mencegah neuropati diabetik dilakukan dengan mengendalikan kadar gula darah. Apa sajakah caranya?
Hubungi dokter jika Anda mengalami:
Gejala-gejala tersebut memang tidak selalu menandakan adanya kerusakan saraf. Namun keluhan ini dapat menjadi tanda-tanda dari kondisi lain yang memerlukan pemeriksaan medis.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Anda juga dapat meminta keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis neuropati diabetik. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved