1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Neuritis optik merupakan peradangan di saraf optik
Neuritis optik adalah kondisi peradangan pada saraf mata (saraf optik). Saraf optik berfungsi mengirim informasi dari mata ke otak.
Kondisi neuritis optik dapat terjadi tiba-tiba akibat infeksi, penyakit autoimun, maupun gangguan saraf tertentu.
Neuritis optik sering dialami oleh orang yang tinggal di dataran tinggi. Contohnya, Amerika Utara, Eropa Barat dan Timur, Selandia Baru, serta Australia Selatan.
Peradangan saraf optik ini dapat menyebabkan hilangnya penglihatan untuk sementara pada salah satu mata. Setelah radang sembuh, kemampuan penglihatan biasanya dapat kembali pulih.
Namun pada beberapa kasus, gangguan penglihatan bisa terjadi secara permanen. Oleh karena itu, gejala neuritis optik harus diwaspadai dan segera ditangani.
Secara umum, gejala neuritis optik meliputi:
Mungkin saja ada tanda dan gejala neuritis optik yang tidak disebutkan. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.
Penyebab utama neuritis optik belum diketahui secara pasti sampai sekarang. Namun ada sederet faktor yang diperkirakan turut andil dalam meningkatkan risiko penyakit ini.
Beberapa faktor risiko tersebut meliputi:
Pada kondisi autoimun, kekebalan tubuh malah menyerang struktur yang melapisi saraf mata (mielin atau myelin). Akibatnya, peradangan dan kerusakan terjadi pada mielin.
Mielin berfungsi membantu aliran rangsang listrik dari mata ke otak agar bisa diubah menjadi informasi visual. Dengan ini, seseorang dapat melihat dengan jelas.
Tetapi pada neuritis optik, fungsi mielin tersebut terganggu dan menyebabkan masalah penglihatan. Beberapa jenis penyakit autoimun yang diduga bisa memicu neuritis optik meliputi:
Multiple sclerosis membuat sistem autoimun menyerang mielin yang menutupi serabut saraf di otak dan sumsum tulang belakang.
Neuromyelitis optica adalah kondisi peradangan di saraf optik dan sumsum tulang belakang.
MOG antibody disorder menyebabkan peradangan pada saraf mata, sumsum tulang belakang, atau otak.
Penyakit autoimun lainnya juga bisa menjadi penyebab neuritis optik. Misalnya, sarkoidosis dan lupus.
Beberapa jenis infeksi juga berpengaruh dalam bertambahnya kemungkinan neuritis optik. Contohnya, penyakit lyme, sifilis, campak, gondongan, serta herpes.
Ada sederet obat yang bisa meningkatkan risiko neutiris optik, contohnya kina dan beberapa jenis antibiotik.
Neuritis optik lebih umum terjadi pada orang berusia 20-40 tahun.
Kaum wanita lebih berisiko untuk mengalami neuritis optik daripada pria.
Orang dengan keturunan ras Kaukasia memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena neuritis optik.
Diagnosis neuritis optik dapat dipastikan dengan cara-cara berikut:
Dokter akan menanyakan gejala yang muncul, riwayat penyakit pasien dan keluarga, serta faktor risiko neuritis optik yang dimiliki oleh pasien.
seperti: pemeriksaan ketajaman penglihatan, pemeriksaan kemampuan melihat dan membedakan warna, dan pemeriksaan lapang pandang penglihatan
Pemeriksaan oftalmoskopi menggunakan alat khusus untuk menyinari mata pasien. Dengan ini, dokter spesialis mata bisa mengecek struktur bagian belakang mata seperti retina dan saraf mata.
Pada penderita neuritis optik, diskus optik di retina akan terlihat membengkak.
Dokter akan menyinari pupil pasien untuk menilai reaksinya terhadap cahaya terang. Neuritis optik bisa menyebabkan pupil penderita tidak mengecil saat melihat cahaya sebaik pupil pada mata normal, sehingga pasien sering merasa silau.
Melalui pemeriksaan ini, dokter mata akan mengukur kemampuan pandang tepi (perifer) pada mata pasien. Dengan ini, kondisi hilangnya penglihatan bisa diketahui.
Dokter mungkin akan menyuntikkan cairan pewarna kontras sebelum prosedur MRI. Cairan ini akan menerangi saraf-saraf mata dan bagian lain otak agar terlihat lebih jelas pada foto X-ray.
Tes darah bertujuan mendeteksi tanda infeksi dan ada tidaknya infeksi spesifik yang menandakan kondisi autoimun. Pengidap neuritis optik berat juga mungkin disarankan untuk menjalani tes ini guna mendeteksi kondisi neuromyelitis optica.
Tes ini dilakukan untuk mengukur ketebalan lapisan saraf pada retina.
Visual evoked response dapat membantu dokter dalam menentukan sinyal listrik di otak pasien lebih lambat dari normal atau tidak, akibat kerusakan saraf mata.
Advertisement
Cara mengobati neuritis optik umumnya tergantung pada tingkat keparahan dan seberapa lama pasien sudah mengalaminya. Beberapa pilihan penanganan yang dianjurkan bisa meliputi:
Pilihan obat-obatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi neuritis optik meliputi:
Apabila neuritis optik tidak kunjung membaik setelah pasien menggunakan obat-obatan, dokter mungkin merekomendasikan terapi penggantian plasma (plasma exchange).
Terapi penggantian plasma dilakukan untuk membantu agar kemampuan penglihatan bisa diperbaiki.
Jika tidak ditangani dengan benar dan saksama, neuritis optik dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Sampai sekarang, cara mencegah neuritis optik belum tersedia secara spesifik. Pasalnya, penyebabnya juga belum diketahui dengan pasti.
Namun pasangan yang memiliki faktor risiko neuritis optik sebaiknya menjalani konseling genetika sebelum memiliki keturunan. Dengan ini, kemungkinan Anda untuk mewariskannya pada sang anak bisa diketahui.
Segera berkonsultasi dengan dokter apabila Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala-gejala berikut
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan pada mata dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis neuritis optik agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved