1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Myotonia congenita ditandai dengan otot kaku dan lemah
Myotonia congenita adalah kelainan genetik langka yang ditandai dengan kekakuan dan kelemahan otot. Kondisi ini menyebabkan penderita sulit melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, makan, bahkan berbicara.
Gejala myotonia congenita biasanya muncul sejak penderita masih anak-anak dan bervariasi pada tiap pengidap. Penyakit ini bisa dikelompokkan menjadi dua jenis berikut:
Penyakit Becker adalah jenis myotonia congenita yang paling sering terjadi. Gejala biasanya mulai muncul saat anak berusia 4 hingga 12 tahun.
Penyakit ini ditandai dengan adanya kelemahan otot yang mendadak, terutama pada otot tangan dan lengan.
Penyakit Thomsen adalah jenis myotonia congenita yang jarang terjadi. Gejala biasanya mulai muncul saat anak berusia beberapa bulan hingga 2 atau 3 tahun. Otot yang terkena umumnya meliputi otot kaki, tangan, dan kelopak mata.
Myotonia Congenita | |
---|---|
Dokter spesialis | Dokter Penyakit Dalam |
Gejala | Kekakuan otot, susah bangkit dari duduk, susah naik tangga |
Faktor risiko | Genetik |
Metode diagnosis | Pemeriksaan fisik, EMG, tes darah |
Pengobatan | Obat-obatan, modifikasi aktivitas |
Obat | Mexiletine, fenitoin, dantrolene |
Komplikasi | Susah menelan, susah berbicara, kelemahan otot |
Kapan harus ke dokter? | Anak mengalami gejala myotonia congenita |
Gejala myotonia congenita yang utama adalah kekakuan otot. Ketika mencoba bergerak setelah diam untuk waktu lama, otot akan mengejang dan menjadi kaku.
Otot kaki merupakan bagian otot yang paling sering terkena. Namun otot di area tubuh lain juga dapat terserang. Misalnya, otot wajah dan tangan.
Penderita juga akan myotonia congenita mengalami kesulitan dalam melakukan beberapa aktivitas di bawah ini:
Pengidap myotonia congenita bisa mengalami kondisi yang dinamakan ‘pemanasan’, yaitu membaiknya kekakuan setelah otot digerakkan untuk beberapa saat.
Pada penyakit Becker, penderita juga dapat mengalami gejala lain yang berupa kelemahan otot dan hipertrofi (keadaan otot membesar secara berlebihan). Sementara pada penyakit Thomsen, tidak ditemui adanya kelemahan otot pada penderita, namun hipertrofi ringan dapat terjadi.
Penyebab myotonia congenita adalah mutasi pada gen CLCN1. Gen ini berfungsi menghasilkan protein yang dapat memicu kontraksi dan relaksasi otot.
Karena gangguan tersebut, otot akan berkontraksi terlalu sering dan tidak bisa mengalami relaksasi secara normal.
Karena tergolong penyakit langka, diagnosis myotonia congenita cukup sulit dipastikan. Dokter akan melakukan tanya jawab terkait riwayat medis dan gejala pasien kemudian melakukan pemeriksaan fisik yang berupa:
Dokter juga akan melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang di bawah ini untuk memastikan diagnosis:
Pemeriksaan EMG dilakukan untuk mengecek aktivitas listrik ketika otot mengalami kontraksi dan relaksasi.
Dokter akan memeriksa kadar enzim kreatinin kinase melalui tes darah. Kadar enzim kreatinin kinase yang tinggi akan menandakan adanya kerusakan otot.
Dokter juga dapat mengecek keberadaan gen CLCN1 yang bisa mengkonfirmasi apakah anak Anda menderita myotonia congenita atau tidak.
Dalam pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan otot untuk diperiksa lebih lanjut di bawah mikroskop.
Advertisement
Penanganan myotonia congenita tergantung pada gejala dan tingkat keparahan penyakitnya.
Penderita dengan gejala myotonia congenita ringan mungkin hanya memerlukan modifikasi aktivitas. Akan tetapi, anak dengan gejala yang lebih berat kemungkinan memerlukan pengobatan untuk mengurangi keluhan.
Beberapa pilihan obat yang dapat diberikan oleh dokter meliputi:
Obat jenis ini merupakan pilihan pertama bagi pasien myotonia congenita. Sodium channel blocker (seperti mexiletine) dapat mengurangi kekakuan otot secara signifikan.
Beberapa obat anti kejang dapat mengurangi gejala pada beberapa kasus. Contohnya, fenitoin atau karbamazepin.
Obat pelemas otot (seperti dantrolene), obat antimalaria (seperti kina), atau obat diuretik (seperti acetazolamide) juga dapat diresepkan oleh dokter guna mengurangi gejala myotonia congenita.
Jika tidak ditangani dengan saksama, penyakit ini bisa memicu komplikasi berupa:
Apabila Anda memiliki riwayat keluarga dengan myotonia congenita, Anda dapat berkonsultasi ke konselor genetik guna melakukan tes darah dan menentukan seberapa besar risiko Anda untuk memiliki anak dengan penyakit ini.
Segera hubungi dokter apabila anak Anda mengalami gejala myotonia congenita.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis myotonia congenita. Dengan ini, pengobatan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved