1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
MERS bisa ditandai dengan demam, batuk, dan sulit bernapas
Middle East respiratory syndrome atau MERS adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). Namun jenis virus corona penyebabnya berbeda dari virus yang memicu penyakit serupa, yaitu SARS dan COVID.
MERS pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012. Sejak itu, penyakit ini menyebar ke negara-negara Timur Tengah lainnya, kemudian ke seluruh dunia.
Sebagian besar kasus MERS ditularkan melalui turis yang datang ke Timur Tengah. Namun masyarakat Timur Tengah yang melancong ke luar negeri juga bisa menyebarkan virus ini.
Kebanyakan penderita infeksi MERS-CoV mengalami infeksi saluran pernapasan bawah yang menyerupai pneumonia, dengan gejala demam, batuk, dan sesak napas.
MERS dapat menyebabkan gagal napas atau gagal ginjal, dan sering mematikan. Sekitar 3 hingga 4 dari 10 pasien MERS dilaporkan meninggal dunia karena penyakit ini.
Oleh sebab itu, waspadalah jika Anda baru saja pulang dari Timur Tengah dan mengalami gangguan pernapasan. Khususnya bagi kalangan lanjut usia (lansia).
MERS (Middle East Respiratory Syndrome) | |
---|---|
Dokter spesialis | Dokter Penyakit Dalam, Dokter Paru |
Gejala | Demam, batuk, sesak napas |
Faktor risiko | Bepergian ke Timur Tengah dan sekitarnya, lansia, sistem imun lemah |
Metode diagnosis | Tes darah, PCR, rontgen dada |
Pengobatan | Istirahat, obat pereda nyeri, infus |
Obat | Paracetamol, ibuprofen, vasopressor |
Komplikasi | Pneumonia, gagal napas, gagal ginjal |
Kapan harus ke dokter? | Demam dan gangguan pernapasan dalam 14 hari setelah pulang dari Timur Tengah dan sekitarnya |
Gejala MERS mirip dengan gejala influenza, dan biasanya muncul pada 5-6 hari setelah infeksi virus. Akan tetapi, gejala ini juga bisa muncul 2-14 hari pascainfeksi.
Pada beberapa kasus, MERS bahkan tidak menimbulkan gejala apapun. Namun bila bergejala, keluhan yang dialami oleh pengidap bisa berupa:
Infeksi virus MERS-CoV juga dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut. Contohnya, gagal organ (terutama ginjal) dan pneumonia.
Pada beberapa kasus, MERS dapat menyebabkan gangguan napas berat dan penderita mungkin membutuhkan alat bantu napas, yaitu ventilator.
Baca juga: Kapan Ventilator Dibutuhkan oleh Pasien?
Penyebab MERS adalah Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). Namun jenis virus corona ini berbeda dari virus yang memicu penyakit serupa, yaitu SARS dan COVID-19.
Penularan virus MERS-CoV dapat terjadi melalui dua cara di bawah ini:
MERS-CoV dapat menginfeksi unta, dan unta ini kemudian menularkan virus ke manusia. Penularan dapat terjadi lewat kontak dekat dan konsumsi susu atau daging unta yang tidak dimasak hingga benar-benar matang.
MERS juga dapat menular antarmanusia. Namun penyebaran penyakit MERS tidaklah semudah influenza.
Virus MERS-CoV menyebar di antara manusia melalui percikan air liur atau ingus di udara saat penderita bersin maupun batuk.
Namun penularan MERS tidak semudah influenza. Penyakit ini menular ketika ada kontak dekat, misalnya orang yang merawat atau tinggal serumah dengan penderita.
Hinga kini, para ilmuwan masih terus meneliti proses penyebaran MERS-CoV di antara manusia.
Beberapa faktor berikut juga bisa mempertinggi risiko Anda untuk terkena MERS maupun mengalami komplikasinya:
Orang yang melancong ke wilayah Timur Tengah dan sekitarnya lebih berisiko untuk mengalami MERS, terutama jika ia juga menunjukkan gejala gangguan pernapasan.
Kalangan lansia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami MERS.
Orang yang mengalami gangguan medis kronis tertentu bisa memiliki risiko penularan dan komplikasi MERS yang lebih tinggi. Misalnya, pengidap penyakit paru kronis, diabetes, masalah ginjal, serta kanker.
Sebagian besar penderita MERS yang meninggal berasal dari pasien yang mengalami penyakit kronis tertentu.
Sistem imun yang lemah juga termasuk faktor risiko MERS. Contohnya. pengidap HIV/AIDS, orang menjalani prosedur kemoterapi untuk menangani kanker, serta orang yang mengonsumsi obat penekan imun (imunosupresan).
Untuk menentukan diagnosis MERS, dokter akan melakukan langkah-langkah di bawah ini:
Advertisement
Cara mengobati MERS belum tersedia secara spesifik hingga sekarang. Dokter akan menganjurkan langkah penanganan untuk meringankan gejala serta mencegah komplikasi.
Beberapa metode pengobatan MERS yang mungkin dianjurkan oleh dokter meliputi:
Beristirahat sebanyak-banyaknya agar proses penyembuhan berjalan lancar
Pemberian obat pereda sakit dan demam, misalnya paracetamol dan ibuprofen
MERS dengan gejala berat biasanya membutuhkan penanganan di rumah sakit. Selama rawat inap, dokter akan memberikan:
Infus berisi cairan diberikan untuk mencegah dehidrasi pada pasien
Pasien yang mengalami sesak napas berat akan memerlukan tambahan oksigen, misalnya melalui masker napas maupun ventilator.
Vasopressor adalah obat untuk meningkatkan tekanan darah. Obat ini diberikan jika tekanan darah pasien dinilai terlalu rendah.
Jika tidak ditangani dengan benar, MERS bisa memicu komplikasi-komplikasi berikut:
Baca juga: Syok Septik, Penyebab Kematian pada Penderita Sepsis
Sampai saat ini, vaksin MERS masih dalam tahap pengembangan. Namun Anda bisa menghindari penularannya dengan cara-cara di bawah ini:
Apabila Anda mengalami demam dan gejala gangguan pernapasan dalam waktu 14 hari setelah pulang bepergian dari negara di Timur Tengah dan sekitarnya, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bisa menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis MERS. Dengan ini, pengobatan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved