1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
NHl menyerang sistem limfatik atau kelenjar getah bening sebagai bagian sistem imun
Limfoma non-Hodgkin (NHL) adalah jenis kanker yang menyerang sistem limfatik, yang menjadi bagian dari sistem imun. Kondisi ini bermula saat tumor tumbuh dari limfosit yang merupakan sel darah putih.
Limfoma atau kanker getah bening terdiri dari dua jenis, yaitu limfoma non-Hodgkin dan limfoma Hodgkin. NHL merupakan limfoma yang lebih umum terjadi dibandingkan tipe limfoma Hodgkin.
Limfoma Hodgkin berbeda dari limfoma non-Hodgkin. Limfoma Hodgkin memiliki sel Reed-Sternberg, dan limfoma non-Hodgkin tidak.
Banyak jenis kanker yang dapat menyebar ke kelenjar getah bening. Namun, hanya kanker yang bermula pada kelenjar atau jaringan getah bening lah yang disebut sebagai limfoma.
Penanganannya diberikan berdasarkan tipe maupun jenis limfoma. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui jenis limfoma yang diderita. Jenis-jenis penyakit ini adalah:
Ada beberapa gejala limfoma non-hodgkin dapat muncul. Beberapa di antaranya meliputi:
Penyebab utama limfoma non-Hodgkin adalah mutasi atau perubahan DNA pada sel darah putih bernama limfosit. Pencetus mutasi DNA ini belum diketahui secata pasti.
DNA berfungsi untuk mengatur pertumbuhan sel. Apabila terjadi mutasi DNA sel-sel khususnya limfosit akan berkembang secara tidak terkendali.
Limfosit yang tidak sehat dapat berkembang pada satu kelenjar getah bening atau lebih, misalnya pada kelenjar getah bening leher, ketiak, atau selangkangan. Secara perlahan, penyakit ini dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain seperti:
Namun untuk beberapa kasus, NHL terjadi pada organ tubuh selain kelenjar getah bening. Para pakar memperkirakan mutasi DNA menyebabkan NHL biasanya terjadi akibat paparan terhadap radiasi, kemoterapi, infeksi dan bahan kimia yang karsinogenik (menyebabkan kanker).
Meski demikian, seringkali perubahan genetik ini terjadi tanpa sebab yang jelas. Kondisi ini tampaknya lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia, sehingga NHL memang kerap ditemukan pada orang berusia lanjut.
Beberapa faktor risiko terjadinya limfoma non-Hodgkin adalah:
Dokter akan menanyakan mengenai gejala yang Anda alami dan faktor risiko limfoma non-Hodgkin yang Anda miliki.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memantau ukuran dan kondisi kelenjar getah bening dan ada tidaknya pembesaran organ hati serta limpa.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menentukan ada tidaknya infeksi serta mengevaluasi fungsi hati dan ginjal. Misalnya, tes darah dan tes urine.
Dokter juga mungkin menganjurkan pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus tertentu, seperti hepatitis B, hepatitis C, atau HIV. Pasalnya, infeksi virus ini akan mempengaruhi metode pengobatan yang akan diberikan.
Tes pencitraan umumnya digunakan untuk membantu mendiagnosis gejala Limfoma non-Hodgkin dengan mengetahui lokasi tumor dan penyebaran sel-sel kanker. Beberapa tes pencitraan yang mungkin disarankan dokter meliputi X-ray, CT scan, MRI, dan PET scan.
Biopsi adalah cara paling akurat untuk mengonfirmasi dan menegakkan diagnosis penyakit ini. Pada saat biopsi, dokter akan mengambil sampel jaringan dari kelenjar limfe.
Sampel tersebut kemudian diperiksa di laboratorium untuk menentukan diagnosis serta stadium limfoma ini.
Berdasarkan pemeriksaan biopsi dan pencitraan, limfoma non Hodgkin terbagi menjadi empat stadium di bawah ini:
Limfoma hanya terjadi pada satu kelenjar getah bening, atau satu organ limfoid seperti tonsil (amandel).
Limfoma terjadi pada dua kelompok kelenjar getah bening atau lebih pada zona yang sama. Seseorang dikatakan mengalami NHL stadium 2 jika terjadi limfoma ada pada zona yang sama, cotohnya leher dan ketiak.
Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di dua zona yang berbeda atau limfoma muncul di kelenjar getah bening di zona atas diafragma serta pada organ limpa.
Limfoma sudah menyebar ke setidaknya satu organ selain organ atau kelenjar getah bening, seperti sumsum tulang, hati, atau paru.
Advertisement
Cara mengobati limfoma non-Hodgkin umumnya akan tergantung dari tingkat keparahannya dan seberapa lama Anda sudah mengalami kondisi tersebut. Beberapa metode penanganan limfoma non-Hodgkin antara lain:
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat yang disuntikkan, maupun pil untuk mematikan sel kanker. Kemoterapi dapat dilakukan tersendiri atau digabungkan dengan terapi lainnya.
Terapi radiasi atau radioterapi menggunakan sinar bertenaga tinggi untuk membunuh sel-sel kanker atau tumor. Terapi ini dapat dikombinasikan dengan pengobatan lainnya.
Dokter akan menggunakan kemoterapi berdosis tinggi untuk membunuh sel-sel punca dan sel kanker.Dokter kemudian melakukan transplantasi sel punca, untuk membuat sel sehat berkembang di dalam tubuh.
Transplantasi sel punca dapat dilaksanakan menggunakan sel dari tubuh pasien sendiri maupun pendonor.
Obat-obatan berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker seperti rituximab dan ibrutinib dan obat-obatan yang mengantarkan isotop radioaktif untuk mengikat sel-sel kanker seperti ibritumomab tiuxetan.
Limfoma non-Hodgkin tidak selalu membutuhkan penanganan khusus. Dokter akan mempertimbangkan untuk menunda pengobatan dan mengevaluasi limfoma apabila limfoma membesar secara lambat dan tidak menyebabkan gejala.
Walaupun begitu tidak serta merta berarti dokter membiarkan saja. Dokter akan menjadwalkan pemeriksaan rutin tiap beberapa bulan sekali untuk memonitor kondisi Anda dan untuk memastikan tidak terjadi penyebaran tumor.
Limfoma non-Hodgkin yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi berupa penyebaran sel kanker ke organ tubuh lainnya.
Belum ada cara mencegah limfoma non-Hodgkin yang pasti. Pasalnya, sebagian besar penderita tidak mempunyai faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Namun ada beberapa cara untuk mengurangi risiko terkena limfoma non-Hodgkin. Salah satunya dengan melindungi diri dari infeksi tertentu dan menjaga tubuh sebaik mungkin supaya mempunyai sistem imun yang sehat.
Sebagai contoh, infeksi HIV diketahui dapat meningkatkan risiko NHL. Jadi menekan risiko terinfeksi HIV termasuk langkah untuk menurunkan potensi terserang NHL. Misalnya dengan menghindari seks bebas tanpa kondom serta penyalahgunaan obat-obat terlarang terutama bentuk suntik.
Orang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas pun lebih berisiko untuk mengalami limfoma non Hodgkin. Demikian pula dengan diet tinggi lemak dan banyak mengonsumsi daging. Oleh sebab itu, menjaga berat badan agar tetap ideal dan menjalani pola makan sehat bisa menurunkan risiko limfoma non-Hodgkin.
Segeralah berkonsultasi dengan dokter apabila Anda mengalami gejala-gejala berikut:
Anda juga perlu memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami tanda dan gejala lain yang terasa mencurigakan.
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis limfoma non-Hodgkin agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved