1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Limfoma Hodgkin terjadi apda sistem limfatik
Limfoma Hodgkin adalah kanker darah yang berasal dari sistem limfatik. Sistem limfatik merupakan bagian dari imunitas tubuh.
Sistem limfatik tersusun atas kelenjar, pembuluh dan cairan getah bening. Cairan getah bening mengalir di dalam pembuluh getah bening dan mengandung sel darah putih (limfosit).
Pada limfoma Hodgkin, terjadi gangguan pada sel darah putih limfosit tipe B. Limfosit yang rusak diproduksi dalam jumlah berlebihan dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya, penderita menjadi rentan terkena infeksi.
Limfoma Hodgkin dapat menyerang orang pada segala usia. Namun mayoritas penderitanya berusia 20 hingga 40 tahun, atau 55 tahun ke atas.
Secara umum, tanda dan gejala limfoma Hodgkin meliputi:
Penyebab utama limfoma Hodgkin adalah mutasi pada DNA sel limfosit tipe B. Mutasi ini menyebabkan sel tidak dapat berfungsi dengan baik dan memperbanyak diri secara berlebihan.
Limfosit yang tidak normal tersebut awalnya hanya ada di satu atau beberapa kelenjar getah bening di area tertentu. Misalnya, di leher, ketiak, dan selangkangan.
Beberapa waktu kemudian, sel-sel ini bisa menyebar ke organ lain. Mulai dari sumsum tulang, hati, hingga paru-paru.
Penyebab pasti dari mutasi DNA belum diketahui hingga saat ini. Namun para pakar menduga bahwa beberapa faktor di bawah ini bisa berpengaruh:
Berbagai kondisi yang menurunkan sistem kekebalan tubuh berpotensi meningkatkan risiko limfoma Hodgkin. Contohnya, menderita penyakit HIV/AIDS atau mengonsumsi obat penurun kekebalan tubuh (imunosupresan) karena menerima transplantasi organ.
Limfoma non-Hodgkin termasuk dalam kelompok kanker darah. Peningkatan risiko limfoma Hodgkin pada orang yang pernah menderita limfoma non-Hodgkin mungkin disebabkan oleh kemoterapi atau radioterapi.
Orang yang pernah terinfeksi virus ini berisiko lebih tinggi untuk menderita limfoma Hodgkin. EBV seringkali menyebabkan penyakit demam kelenjar (glandular fever).
Kelebihan berat badan atau obesitas bisa meningkatkan risiko limfoma Hodgkin, terutama pada wanita.
Dokter menentukan diagnosis limfoma Hodgkin melalui tanya jawab, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Dokter akan menanyakan keluhan Anda serta riwayat medis Anda maupun keluarga.
Dokter akan mengecek ada tidaknya pembengkakan kelenjar getah bening di tubuh Anda.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang akan diminta adalah:
Biopsi dilakukan dengan mengambil sebagian kecil kelenjar getah bening yang bermasalah. Sampel ini kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat ada tidaknya sel-sel kanker atau tidak.
Melalui biopsi, dokter juga bisa menentukan jenis limfoma Hodgkin. Hal ini penting untuk menentukan jenis pengobatan yang akan diberikan.
Pemeriksaan darah bertujuan memeriksa jumlah sel darah putih, sel darah merah, keping darah, serta zat lainnya. Dengan ini, fungsi hati dan ginjal pun bisa dinilai.
Selain untuk mendukung diagnosis, tes darah juga digunakan untuk melihat keefektifan terapi pengobatan yang dijalani oleh pasien.
Pada lumbal pungsi, dokter akan menggunakan jarum panjang untuk mengambil cairan dari dalam sumsum tulang. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan bius lokal.
Pemindaian yang dapat dianjurkan meliputi rongten dada, CT scan, MRI, serta PET scan. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk mendeteksi stadium serta penyebaran kanker.
Sama seperti kanker pada umumnya, limfoma juga memiliki beberapa stadium di bawah ini:
Kanker hanya menyerang satu kelompok kelenjar getah bening, misalnya hanya kelenjar getah bening di leher.
Kanker menyerang dua atau lebih kelenjar getah bening. Pada stadium 2, kanker dapat terjadi pada kelanjar getah bening di bagian atas atau bawah diafragma, tapi tidak keduanya.
Kanker menyerang kelompok getah bening yang ada di atas dan di bawah diafragma.
Kanker telah menyebar melalui pembuluh getah bening ke organ lain atau sumsum tulang.
Advertisement
Pengobatan limfoma Hodgkin tergantung pada tingkat keparahan dan tipe limfoma Hodgkin. Kondisi kesehatan maupun pilihan Anda juga akan jadi pertimbangan.
Beberapa pilihan pengobatan yang bisa dianjurkan oleh dokter meliputi:
Kemoterapi dilakukan dengan memberikan obat yang dapat membunuh sel-sel kanker. Obat ini dapat diberikan melalui pil, infus, atau keduanya. Kemoterapi sering kali diberikan bersama dengan radioterapi.
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat apa yang diberikan. Namun secara umum, efek sampingnya bisa berupa rasa mual dan rambut rontok.
Dalam jangka panjang, kemoterapi juga berisiko menyebabkan penyakit jantung, kerusakan paru-paru, gangguan kesuburan, dan kanker lain (seperti leukemia).
Radioterapi menggunakan sinar berenergi besar untuk membunuh sel-sel kanker. Durasi terapi yang akan dijalani oleh pasien tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya. Umumnya, terapi ini berlangsung selama 30 menit dan dilakukan lima kali seminggu.
Efek samping radioterapi meliputi kemerahan pada kulit dan kerontokan rambut pada area yang disinari. Beberapa penderita bisa pula merasa lemas setelah terapi.
Selain itu, terapi radiasi juga memiliki berisiko untuk menyebabkan penyakit jantung, gangguan tiroid, infertilitas, dan kanker lain (seperti kanker payudara atau kanker paru-paru).
Pada transplantasi ini, sebagian sel punca atau stem cell akan diambil dan disimpan. Penderita kemudian akan menjalani terapi radiasi dan kemoterapi yang bertujuan untuk membunuh sel kanker.
Setelah itu, stem cell yang disimpan tadi akan dimasukkan kembali ke dalam tubuh Anda melalui pembuluh darah. Sel punca ini akan membantu dalam pembentukan sumsum tulang yang sehat.
Namun sama seperti operasi lain, transplantasi sel punca juga memiliki risiko komplikasi. Salah satu komplikasinya adalah infeksi.
Bila terus dibiarkan, penyakti ini bisa memicu kompliksi berupa:
Karena penyebabnya belum diketahui dengan pasti, pencegahan limfoma Hodgkin juga belum bisa dilakukan secara pasti.
Yang bisa Anda lakukan adalah menghindari faktor-faktor risiko limfoma Hodgkin. Contohnya, mencegah penularan HIV/AIDS dengan tidak menggunakan obat-obatan terlarang dan menerapkan seks bebas.
Anda sebaiknya berkonsultasi dengan Dokter jika mengalami pembengkakan kelenjar getah bening. Pasalnya, kondisi ini bisa saja menandakan gejala limfoma Hodgkin atau gangguan medis serius lainnya.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bisa menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis limfoma Hodgkin. Dengan ini, penyebabnya bisa diketahui agar pengobatan segera bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved