1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Penderita koma tetap hidup, namun tidak sadarkan diri
Kondisi koma akan membuat para penderitanya tidak sadarkan diri dan mengalami aktivitas otak yang sangat sedikit. Mereka hidup namun tidak dapat dibangunkan dan tidak menunjukkan tanda-tanda kesadaran.
Mata seseorang yang koma akan tertutup dan tidak responsif terhadap lingkungan. Beberapa kasus koma memerlukan mesin untuk membantu pernapasan.
Seiring berjalannya waktu, penderita koma akan secara bertahap akan kembali kesadarannya. Beberapa pasien akan sadar setelah beberapa minggu. Sementara itu, yang lain memerlukan waktu lebih lama.
Pada umumnya, gejala koma meliputi:
Terdapat berbagai macam penyebab koma. Beberapa di antaranya meliputi:
Untuk menentukan diagnosis koma dan penyebabnya, dokter bisa melakukan beberapa metode pemeriksaan berikut:
Dokter membutuhkan informasi dari pengantar pasien koma mengenai beberapa hal. Contohnya, kejadian sebelum koma, tanda dan gejala penyerta, riwayat penyakit dan obat-obatan pasien.
Dokter akan melakukan tes gerakan, refleks, respons terhadap nyeri, dan ukuran pupil pasien.
Pemeriksaan laboratorium akan dilakukan melalui tes darah lengkap. Langkah ini bertujuan mengetahui ada tidaknya potensi penyalahgunaan obat-obatan, keracunan karbon monoksida, serta kondisi fungsi ginjal, fungsi hati, kadar elektrolit, kadar gula darah, dan kadar hormon tiroid dalam tubuh pasien.
Pemeriksaan pencitraan juga dapat dilakukan. Misalnya, CT scan, elektroensefalografi (EEG), dan MRI.
Dokter akan menilai tingkat kesadaran pasien dengan Glasgow coma scale. Tingkat koma akan terus dipantau untuk mengetahui tanda-tanda perbaikan maupun pemburukan kondisi pasien. Skala ini menilai tiga hal berikut:
Skor 1 berarti tidak membuka mata, dan 4 berarti membuka mata secara spontan.
Skor 1 berarti tidak ada respons, dan skor 5 berarti siaga dan mampu berbicara.
Skor 1 berarti tidak ada respon dan skor 6 berarti mematuhi perintah.
Kebanyakan penderita koma akan memiliki skor total 8 atau kurang. Semakin rendah skor ini, semakin parah pula kerusakan otak yang terjadi dan semakin kecil kemungkinan pasien untuk pulih.
Advertisement
Penanganan koma harus dilakukan di ruang unit perawatan intensif atau ICU. Perawatan ini ditujukan untuk memastikan fungsi tubuh pasien tetap stabil, termasuk pernapasan dan tekanan darah.
Sebagai cara mengobati koma jangka panjang, perawatan suportif akan dilakukan di ruang perawatan biasa. Penanganan ini meliputi penyediaan nutrisi (bisa melalui infus serta selang makan) dan pencegahan infeksi.
Posisi tubuh pasien juga akan diubah secara rutin untuk mencegah luka tekan. Dokter juga akan menganjurkan fisioterapis atau perawat untuk menggerakkan tubuh pasien dengan teratur guna melatih sendi agar tidak kaku.
Komplikasi koma yang paling buruk adalah kematian. Beberapa pasien mungkin bisa sembuh dari kondisi ini, tapi akan hidup dengan kondisi cacat (baik ringan maupun berat).
Kondisi koma juga rentan menyebabkan luka tekan (bedsores), infeksi saluran kemih, pembekuan darah di kaki, dan masalah lainnya. Namun banyak juga pasien yang bisa pulih secara bertahap.
Koma termasuk keadaan darurat medis, jadi segera bawa pasien ke rumah sakit.
Sebelum melakukan kunjungan ke dokter, persiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter kemungkinan akan mengajukan pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis komai agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved