1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Adanya sumbatan batu empedu menyebabkan peradangan pada kantong empedu.
Kolesistitis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan pada kantong empedu. Kantong empedu merupakan organ kecil berbentuk buah pir di sisi kanan perut, tepatnya di bawah hati.
Organ tersebut berfungsi menampung cairan empedu, yakni cairan yang dihasilkan oleh hati dan berperan membantu proses pencernaan.
Pada saat makan, kantong empedu berkontraksi dan cairan empedu akan dialirkan dari kantong empedu melewati saluran empedu menuju usus halus. Di usus halus, cairan ini bercampur dengan makanan untuk membantu dalam mencerna lemak.
Ketika saluran yang menghubungkan kantong empedu dan usus halus tersumbat, cairan empedu akan terperangkap di kantong empedu dan menumpuk. Kondisi ini kemudian memicu iritasi dan tekanan pada kantong empedu, yang dikenal dengan istilah kolesistitis.
Pada kebanyakan kasus, saluran empedu tersumbat karena adanya batu empedu. Sedangkan penyebab lainnya meliputi kelainan pada struktur saluran empedu, tumor, kondisi medis, dan infeksi tertentu.
Gejala kolesistitis tergantung pada jenisnya di bawah ini:
Kolesistitis akut adalah peradangan kantong empedu yang terjadi secara mendadak. Kondisi ini ditandai dengan:
Penderita bisa merasa kurang nyaman pada ulu hati atau perut kanan atas, di dekat lokasi kantong empedu serta hati.
Pada beberapa pasien, rasa sakit dapat menjalar hingga ke bahu kanan. Gejala ini biasanya mulai muncul setelah penderita makan.
Demam sering disertai menggigil.
Gejala kolesistitis akut lainnya adalah mual, muntah, atau keduanya.
Warna kuning bisa muncul pada kulit atau bagian putih mata penderita kolesistitis akut. Kondisi ini disebut sakit kuning alias jaundice.
Selain itu, warna urine penderita juga bisa lebih gelap, sementara warna tinjanya justru pucat keabu-abuan sepeti dempul.
Kolesistitis kronis adalah peradangan kantong empedu jangka panjang. Gejala utamanya dapat berupa sakit perut yang hilang dan timbul.
Akan tetapi, beberapa penderita tidak mengalami gejala apapun, atau hanya merasakan nyeri perut yang ringan. Karena itu, kolesistitis kronis mungkin tidak terdeteksi hingga penderita mengalami serangan mendadak atau gejala lain yang lebih berat.
Bila dibiarkan, kerusakan pada dinding kantong empedu dapat terjadi akibat menyebabkan penebalan dan luka. Pada akhirnya, organ ini bisa menyusut dan kehilangan kemampuannya dalam menampung serta mengeluarkan cairan empedu.
Penyebab kolesistitis bisa beragam kondisi di bawah ini:
Kolesistitis dapat terjadi karena adanya partikel-partikel keras yang berkembang di kantong empedu alias batu empedu. Batu ini bisa menyumbat saluran empedu, sehingga cairan empedu akan dan berujung pada peradangan.
Tumor dapat menghambat cairan empedu keluar dari kantong empedu dan menyebabkan penumpukan empedu maupun peradangan.
Jaringan parut dalam saluran empedu dapat memicu peradangan berupa kolesistitis.
AIDS dan infeksi virus tertentu dapat memicu peradangan kandung empedu.
Penyakit yang parah dapat merusak pembuluh darah dan menurunkan aliran darah ke kantong empedu, yang kemudian menyebabkan kolesistitis.
Karena paling sering disebabkan oleh batu empedu, risiko kolesistitis pun akan meningkat seiring bertambahnya kemungkinan terbentuknya batu empedu. Beberapa faktor tersebut meliputi:
Persalinan yang lama juga dapat merusak kantong empedu dan meningkatkan risiko kolesistitis dalam beberapa minggu setelahnya.
Diangosis kolesistitis dapat ditentukan berdasarkan beberapa metode di bawah ini:
Tes darah bertujuan mencari gejala-gejala infeksi dan masalah pada kandung empedu.
Pencitraan dapat menunjukkan struktur kantong empedu dengan lebih jelas. Misalnya, USG abdomen, endoskopi, atau CT scan.
Hepatobiliary iminodiacetic acid (HIDA) scan akan memperlihatkan pergerakan cairan empedu ke seluruh tubuh.
Pemindaian ini akan melibatkan penyuntikan cairan kontras radioaktif ke dalam tubuh pencerita. Cairan ini lalu menempel pada sel-sel penghasil empedu, sehingga dapat terlihat saat empedu bergerak melalui saluran-salurannya.
Rontgen perut dapat menunjukkan kondisi organ, tulang, dan jaringan internal perut.
Advertisement
Cara mengobati kolesistitis biasanya akan melibatkan perawatan di rumah sakit. Langkah ini bertujuan mengendalikan peradangan pada kantong empedu. Pada beberapa kasus, operasi juga mungkin dibutuhkan.
Selama di rumah sakit, dokter akan melakukan beberapa langkah di bawah ini guna mengendalikan gejala kolesistitis yang dialami oleh pasien:
Pasien tidak diperbolehkan untuk makan atau minum terlebih dahulu untuk meringankan beban kerja kantong empedu.
Cairan infus akan diberikan untuk membantu dalam mengatasi dehidrasi.
Bila kantong empedu sudah mengalami infeksi, dokter akan memberikan obat antibiotik.
Obat antinyeri akan membantu dalam meredakan sakit hingga kondisi peradangan di kantong empedu membaik.
Beberapa pasien dengan batu empedu yang menyumbat saluran empedu mungkin membutuhkan prosedur ERCP guna mengangkat batu empedu.
Gejala kolesistitis umumnya membaik dalam 2-3 hari. Namun peradangan kantong empedu dapat kembali terjadi alias kambuh. Pasien dengan kolesistitis berulang membutuhkan operasi untuk mengangkat kantong empedu.
Operasi pengangkatan kantong empedu atau kolesistektomi dapat dilakukan dengan tiga cara berikut:
Dalam operasi ini, dokter akan memasukkan instrumen bedah lewat beberapa sayatan kecil pada perut pasien.
Kantong empedu akan diangkat lewat satu sayatan yang biasanya dibuat dekat pusar.
Prosedur pengangkatan kantong empedu ini dilaksanakan dengan sayatan besar pada perut pasien. Karena itu, durasi pemulihan pasien biasanya akan lebih lama daripada operasi laparoskopi.
Setelah kantong empedu diangkat, cairan empedu akan langsung dialirkan dari hati ke usus halus tanpa disimpan dahulu di kantong empedu. Namun jangan cemas karena tanpa kantong empedu pun, pasien dapat hidup dengan normal.
Bila dibiarkan, kolesistitis yang serius dapat terjadi dan memicu beberapa komplikasi di bawah ini:
Bila cairan empedu menumpuk dalam kantong empedu dan memicu kolesistitis, kantong empedu juga dapat mengalami infeksi.
Tanpa pengobatan yang benar, kolesistitis bisa memicu terbentuknya jaringan mati (gangrene) di kantong empedu.
Gangrene merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan, terutama pada pasien berusia tua, memiliki diabetes, dan menunda pengobatan. Kondisi kematian jaringan ini dapat menyebabkan kantong empedu robek atau pecah.
Perforasi kantong empedu dapat menyebabkan pembengkakan, infeksi, atau kematian jaringan.
Sebagai cara mencegah kolesistitis dan mengurangi risikonya, Anda bisa melakukan beberapa langkah berikut:
Hubungi dokter jika Anda mengalami gejala kolesistitis yang mengkhawatirkan. Bila sakit perut terasa sangat parah dan mengganggu aktivitas Anda, segera ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis kolesistitis. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved