1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Bakteri, virus, dan parasit pada makanan, bisa menyebabkan Anda mengalami keracunan makanan
Keracunan makanan adalah masuknya penyakit yang dibawa oleh makanan. Kondisi ini terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Kontaminasi bisa berasal dari racun, bahan kimia, atau penyebab infeksi.
Penyebab infeksi yang bisa terbawa makanan antara lain bisa berupa bakteri, virus, parasite, maupun prion. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang merugikan kondisi tubuh bagian dalam.
Gejala keracunan makanan yang paling umum adalah mual, muntah, dan diare. Gejala keracunan makanan muncul dalam beberapa jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Organ lain yang mungkin terlibat akibat keracunan makanan antara lain ginjal, otak, dan otot.
Gejala keracunan makanan bervariasi, tergantung pada sumber infeksi. Waktu kemunculan gejala tergantung pada sumber infeksi, biasanya berkisar dari 1 jam hingga 28 hari. Kasus keracunan makanan yang umum terjadi umumnya mencakup setidaknya tiga dari gejala berikut ini.
Gejala keracunan makanan yang berpotensi mengancam jiwa, di antaranya adalah:
Penyebab utama keracunan makanan, di antaranya adalah:
Bakteri, termasuk salmonella, merupakan penyebab yang paling sering ditemukan pada kasus keracunan makanan. Bakteri lain yang mengakibatkan keracunan makanan adalah campylobacter dan C. botulinum (botulism), yang berpotensi mematikan dan dapat masuk ke dalam makanan.
Keracunan makanan yang disebabkan oleh parasit, berbeda dari keracunan makanan akibat bakteri. Toksoplasma merupakan parasit penyebab keracunan makanan, yang biasanya ditemukan di tempat kotoran kucing.
Parasit dapat hidup di saluran pencernaan tanpa terdeteksi selama bertahun-tahun. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan wanita hamil, berisiko tinggi mengalami efek samping serius, jika parasit menetap di usus mereka.
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh virus, seperti norovirus, atau dikenal sebagai virus Norwalk. Namun kasus keracunan makanan akibat virus ini ini jarang terjadi.
Beberapa faktor risiko kondisi ini meliputi:
Orang tua lebih rentan mengalami sakit jika keracunan makanan. Hal ini wajar mengingat sistem kekebalan tubuh tidak seceketan saat masih muda ketika merespon organisme penyebab keracunan.
Perempuan hamil berisiko mengalami keracunan makanan sebab mengalami perubahan metabolisme dan sirkulasi. Meski jarang, janin dalam kandungan bisa juga mengalami sakit akibat makanan yang dikonsumsi ibu telah terkontaminasi.
Bayi dan anak-anak juga berisiko sakit saat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Sebab, pada usia mereka sistem kekebalannya berlum berkembang sempurna.
Mereka yang menderita penyakit kronis juga lebih rentan sakit saat mengonsumsi makanan terkontaminasi. Adapun penyakit kronis tersebut di antaranya adalah diabetes, penyakit liver, atau AIDS.
Selain itu, kondisi ini juga rentan diderita orang dengan imun lemah karena menjalani kemoterapi atau terapi radiasi.
Dokter akan mendiagnosis keracunan makanan berdasarkan riwayat kesehatan pasien. Termasuk jangka waktu sakit dan gejala yang dialami pasien. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan mencari tanda-tanda dehidrasi.
Jika diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan lain berupa tes darah, tes tinja, atau tes parasit untuk mengidentifikasi penyebab keracunan.
Advertisement
Pengobatan keracunan makanan bisa dilakukan melalui rawat inap atau pemberian obat. Rawat inap dapat dilakukan jika pasien memiliki kondisi medis yang membuat ketidakstabilan cairan atau elektrolit dalam tubuh.
Penanganan keracunan makanan melalui rawat inap bertujuan untuk menjaga tubuh agar tetap terhidrasi.
Cara mengatasi keracunan makanan juga bisa dengan konsumsi obat. Obat-obatan dapat diresepkan oleh dokter untuk membantu meredakan mual dan muntah atau mengurangi frekuensi diare. Dokter juga dapat meresepkan antibiotik sebagai obat keracunan makanan untuk sebagian besar kasus.
Komplikasi keracunan makanan yang paling serius adalah kehilangan cairan tubuh alias dehidrasi. Pada kelompok rentan di atas, kondisi ini mungkin membuat mereka harus menjalani rawat inap guna mendapatkan cairan melalui infus. Dehidrasi ekstrim bisa saja membuat penderita kehilangan nyawa.
Risiko komplikasi serius bisa juga menerpa kelompok tertentu, di antaranya:
Komplikasi paling parah dari keracunan makanan karena Listeria bisa mendera janin dalam kandungan. Jika terjadi di awal masa kehamilan, infeksi ini berpotensi menyebabkan keguguran.
Selain itu, infeksi Listeria juga bisa menyebabkan anak lahir mati, kelahiran prematur, atau infeksi fatal saat anak telah lahir. Bayi yang selamat dari infeksi ini berisiko menderita kerusakan neurologis jangka panjang dan tertunda perkembangannya.
Sindrom uremik hemolitik adalah komplikasi serius jika keracunan makanan disebabkan strain E. coli. Kerusakan lapisan pembuluh darah kecil di ginjal hingga gagal ginjal bisa terjadi akibat sindrom ini. Orang tua, anak-anak, dan pemilik imun rendah lebih rentan mengalami sindrom uremik.
Cara terbaik untuk mencegah keracunan makanan adalah dengan memastikan keamanan makanan yang dikonsumsi, dan menghindari makanan yang tidak layak dikonsumsi.
Beberapa makanan dapat menyebabkan keracunan makanan, karena proses produksinya. Daging sapi, unggas, telur, dan kerang, dapat menyebabkan infeksi. Jika makanan dikonsumsi dalam bentuk mentah, tidak dimasak dengan benar, atau tidak membersihkan tangan sebelum memasak, bisa mengakibatkan keracunan.
Makanan yang cenderung menyebabkan keracunan makanan adalah:
Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah memasak atau makan. Pastikan makanan tertutup rapat dan disimpan di tempat yang benar. Masak daging dan telur hingga matang.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan produk mentah, harus disanitasi sebelum digunakan untuk menyiapkan makanan lain. Pastikan juga untuk selalu mencuci buah dan sayuran sebelum disajikan.
Jika Anda mengalami salah satu dari gejala berikut ini, segera cari bantuan medis.
Sebelum melakukan kunjungan ke dokter, persiapkan beberapa hal di bawah ini:
Sebelum mendiagnosis keadaan Anda, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan, seperti:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis keracunan makanan agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved