1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Terkadang anak yang mengalami kejang demam akan menjadi sangat kaku atau berkedut hanya dalam satu area tubuh.
Kejang demam adalah kejang pada anak yang disebabkan oleh suhu tubuh yang tinggi, sering akibat infeksi. Kondisi ini terjadi pada anak-anak dengan perkembangan normal tanpa riwayat gejala neurologis (penyakit saraf).
Kejang akibat demam dapat terlihat menakutkan. Namun kondisi ini biasanya tidak berbahaya dan tidak menunjukkan masalah kesehatan yang serius.
Kejang demam biasanya terjadi ketika anak mengalami demam di atas 380C. Kejang umumnya berlangsung selama beberapa menit dan berhenti dengan sendirinya. Demam bisa berlanjut selama beberapa waktu. Beberapa anak akan tampak mengantuk setelah episode kejang demam, sementara anak lainnya tidak mengalami efek apapun.
Kondisi ini dialami oleh anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Paling sering ditemukan pada balita berusia 12-18 bulan. Kejang demam bukanlah epilepsi, dan kejang demam hanya memiliki risiko kecil untuk berkembang menjadi epilepsi.
Gejala kejang demam paling sering terjadi dalam 24 jam sejak permulaan demam, dan dapat menjadi tanda pertama bahwa anak mengalami sakit.
Biasanya, seorang anak yang mengalami kejang demam akan mengalami gemetar hebat pada seluruh tubuh dan kehilangan kesadaran. Terkadang anak akan menjadi sangat kaku atau berkedut hanya dalam satu area tubuh.
Gejala kejang demam antara lain:
Perlu diingat bahwa gejaala pada setiap anak berbeda-beda. Seorang anak mungkin hanya mengalami beberapa gejala, sementara anak lainnya mengalami beberapa gejala di atas.
Terdapat dua jenis kejang demam, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Berikut penjelasannya:
Kejang demam sederhana adalah tipe kejang demam yang paling umum terjadi dan berlangsung beberapa detik sampai 15 menit. Kejang demam sederhana tidak akan muncul kembali dalam kurun waktu 24 jam dan tidak spesifik terjadi pada satu bagian tubuh.
Tipe ini berlangsung lebih dari 15 menit, dan terjadi lebih dari satu kali dalam 24 jam atau terjadi pada satu sisi tubuh anak.
Penyebab kejang demam tidak diketahui, meskipun biasanya diawali dengan demam, dengan suhu yang mencapai 38°C atau lebih. Risiko terhadap kejang demam meningkat, jika anak memiliki anggota keluarga dengan riwayat tersebut.
Dalam banyak kasus, demam tinggi disebabkan oleh infeksi. Contohnya adalah cacar air, flu, infeksi telinga bagian tengah, dan tonsilitis.
Dalam kasus yang langka, kejang demam dapat terjadi setelah anak mendapatkan vaksinasi. Penelitian menunjukkan bahwa 1 dari 3.000-4.000 anak mengalami kejang demam setelah mendapatkan vaksin MMR. Sementara itu, 1 dari 11.000-16.000 anak berpotensi mengalami kejang demam sesudah mendapatkan vaksin DtaP/IPV/Hib.
Anak bisa mengalami demam setelah vaksin. Suhu rendah pun tetap berpotensi memicu kejang demam.
Faktor risiko kejang demam adalah sebagai berikut:
Kejang demam biasanya dialami oleh anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Anak berusia 12-18 bulan memiliki risiko lebih tinggi.
Beberapa anak mewarisi kecenderungan untuk mengalami kejang demam. Sejumlah penelitian mengaitkan gen tertentu dengan kerentanan terhadap kejang demam.
Kejang demam dapat timbul pada anak dengan pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Riwayat penyakit dan riwayat tumbuh kembang anak diperlukan untuk melihat faktor risiko lain terhadap epilepsi. Pada anak dengan tumbuh kembang normal, mengidentifikasi penyebab dari kejang demam adalah tahap pertama dalam penanganan kejang demam.
Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan jenisnya.
Anak yang mengalami kejang demam pertama setelah vaksinasi tidak memerlukan pemeriksaan. Sebab, diagnosis dapat ditentukan dari riwayat medis. Pada anak dengan imunisasi terlambat atau sistem kekebalan tubuh yang lemah, diperlukan pemeriksaan untuk menemukan infeksi berat, dengan cara:
Untuk menunjang diagnosis kejang demam kompleks, pasien akan disarankan untuk menjalani pemeriksaan electroencephalogram (EEG). Tujuannya, untuk memeriksa aktivitas otak,
Dokter juga akan menyarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut dengan MRI untuk memeriksa otak anak, terutama bila anak memiliki kondisi seperti:
Advertisement
Kebanyakan kejang demam berhenti dengan sendirinya dalam beberapa menit. Jika anak mengalaminya, tetap tenang dan lakukan penanganan kejang pada anak berikut ini:
Jika anak mengalami kejang demam yang bertahan selama lebih dari 5 menit atau mengalami kejang yang berulang, segera cari pertolongan medis darurat.
Pemberian obat mungkin diperlukan untuk menghentikan kejang demam yang berlangsung lebih dari 5 menit. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah ketika anak kejang adalah diazepam rektal yang diberikan lewat dubur. Dosisnya adalah 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.
Selain itu, pemberian obat juga perlu diberikan pada saat demam untuk mencegah kejang. Obat yang dapat diberikan antara lain obat pereda demam seperti parasetamol.
Anak-anak mungkin akan dirawat inap untuk observasi jika mengalami kondisi seperti berikut ini:
Kebanyakan kejang demam tidak menghasilkan efek yang berkelanjutan. Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kerusakan pada otak, penurunan kecerdasan maupun kesulitan belajar. Kejang demam juga tidak mengindikasikan kondisi serius medis lainnya.
Kejang demam adalah suatu kejang yang dipicu oleh demam, dan tidak menandakan anak menderita epilepsi. Epilepsi merupakan kejang berulang yang terjadi tanpa pemicu, melainkan karena adanya sinyal listrik yang abnormal dalam otak.
Komplikasi kejang demam yang paling umum terjadi adalah kejang demam berulang, dan anak berisiko lebih tinggi mengalaminya apabila:
Kebanyakan demam kejang muncul dalam beberapa jam pertama saat demam, ketika mulai terjadi selama kenaikan suhu tubuh.
Pemberian acetaminophen atau ibuprofen pada permulaan demam dapat membuat anak lebih nyaman. Namun, obat tersebut tidak dapat mencegah kejang. Perhatikan saat memberikan aspirin kepada anak atau remaja.
Aspirin diperbolehkan penggunaannya bagi anak berusia lebih dari 3 tahun. Namun, anak dan remaja yang sembuh dari cacar air atau gejala seperti flu, tidak diperkenankan mengonsumsi aspirin. Sebab, aspirin berkaitan dengan sindrom reye, yaitu suatu sindrom yang jarang terjadi, tapi berisiko mengancam nyawa anak.
Walaupun jarang, obat anti convulsant (antikejang) dapat diresepkan untuk mencegah kejang demam. Namun obat ini dapat mengakibatkan efek samping yang serius, lebih besar daripada manfaat yang didapatkan.
Rectal diazepam (diazepam yang dimasukkan melalui anus) atau nasal midazolam (midazolam yang dimasukkan melalui hidung) mungkin diresepkan untuk digunakan sesuai kebutuhan anak yang cederung mengalami kejang demam yang lebih lama dari 5 menit, atau jika anak mengalami lebih dari satu kali kejang dalam 24 jam.
Namun obat ini tidak dapat digunakan untuk mencegah kejang demam.
Segera bawa anak ke dokter setelah mengalami kejang untuk pertama kalinya walau hanya berlangsung beberapa detik. Langsung bawa anak ke UGD jika kejang berlangsung lebih dari lima menit atau disertai dengan muntah, kaku kuduk, masalah pernapasan, dan kesulitan tidur.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Anda juga dapat meminta keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis kejang demam. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved