1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Kehamilan anembrionik dapat berakhir pada keguguran.
Kehamilan anembrionik terjadi ketika kantung kehamilan telah terbentuk tetapi sel telur yang sudah dibuahi tidak berkembang menjadi embrio. Ketiadaan embrio dalam kehamilan hanya akan menyisakan kantung kehamilan tanpa isi. Oleh sebab itu, kondisi ini juga dinamakan hamil kosong atau dalam istilah medis lainnya, blighted ovum.
Pada kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi akan menempel ke dinding rahim. Kemudian, sekitar lima hingga enam minggu setelahnya, sel telur tersebut seharusnya sudah berkembang menjadi embrio.
Namun, embrio pada kehamilan anembrionik tidak terbentuk dan sel telur di telur yang menempel akan kembali diserap oleh tubuh untuk selanjutnya dikeluarkan sebagai proses keguguran.
Kehamilan anembrionik merupakan penyebab utama dari keguguran pada 3 bulan (trimester) pertama kehamilan. Waktunya yang begitu dini, terkadang membuat para calon ibu yang mengalaminya tidak menyadari bahwa mereka hamil.
Penanganan kehamilan anembrionik dilakukan melalui perawatan keguguran pada trimester awal, dengan pemberian obat-obatan dan prosedur medis.
Kehamilan embrionik memiliki tanda dan gejala yang dialami oleh calon ibu. Gejala awalnya sama dengan saat pertama kali menyadari adanya kehamilan, yaitu tanda positif pada alat tes kehamilan atau tidak menstruasi. Namun kemudian diikuti dengan tanda-tanda keguguran, seperti
Tidak semua pendarahan pada 3 bulan pertama berujung pada keguguran. Pastikan untuk segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala-gejala di atas.
Baca juga: Perbedaan Darah Haid dan Darah Keguguran yang Penting Diketahui
Penyebab utama dari kehamilan anembrionik tidak diketahui secara pasti. Kemungkinan yang mengakibatkan tidak berkembangnya embrio adalah kelainan pada kromosom (pembawa gen) yang disebut kromosom 9.
Kelainan tersebut dapat disebabkan oleh sperma atau sel telur yang memiliki kualitas buruk. Selain itu, ada dugaan bahwa faktor genetik juga berperan dalam kejadian ini.
Jika mengalami kehamilan anembrionik berulang, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai analisis kromosom dari embrio. Seorang wanita dapat memiliki risiko tinggi mengalami kehamilan anembrionik jika menikah dengan pasangan yang masih ada hubungan darah, maupun sperma atau sel telur dengan kualitas buruk.
Meski embrio pada kehamilan anembrionik tidak berkembang, plasenta tetap menghasilkan hormon Human Chorionic Gonadotropin (hCG). Hormon tersebut dapat tetap terdeteksi pada tes kehamilan dan menghasilkan hasil positif. Akibatnya, banyak wanita dengan kehamilan anembrionik berpikir bahwa mereka menjalani kehamilan yang normal.
Oleh karena itu, seusai menggunakan test pack atau pun tes urine, pemeriksaan lanjutan berupa ultrasonografi (USG) tetap diperlukan untuk menegakkan diagnosis kehamilan anembrionik.
Baca jawaban dokter: Saya Hamil, Tetapi Kenapa USG masih kosong?
Advertisement
Setelah seorang wanita didiagnosis mengalami kehamilan anembrionik, dokter akan merekomendasikan beberapa pilihan penanganan medis.
Berikut ini adalah pilihan penanganan kehamilan anembrionik
Prosedur operasi ini dilakukan melalui pelebaran mulut rahim dan pengangkatan jaringan yang terdapat di dalam rahim. Tindakan medis tersebut bertujuan untuk membersihkan rahim dari jaringan sisa kehamilan tanpa embrio.
Penggunaan obat-obatan dapat menjadi pilihan. Namun, pemberian obat-obatan tidak berefek langsung layaknya tindakan medis. Tubuh membutuhkan beberapa hari untuk mengeluarkan keseluruhan jaringan pada metode ini. Obat yang digunakan pada prosedur ini, misalnya misoprostol, memiliki efek samping serius berupa perdarahan hebat apabila digunakan tanpa pengawasan dokter.
Perawatan yang dijalani pasien dapat berakibat pada komplikasi berupa:
Baca juga: Berdamai dengan Kesedihan Pasca-Keguguran dengan 4 Cara Ini
Kehamilan anembrionik tidak dapat dicegah. Kebiasaan dan gaya hidup dari calon ayah mau pun ibu tidak berperan pada kondisi ini. Namun, Anda bisa segera memeriksakan diri ke dokter setelah tes kehamilan menyatakan positif hamil, terlebih apabila memiliki faktor risiko terkait kehamilan anembrionik.
Dokter kandungan dapat menjalankan tes USG untuk memeriksa kemungkinan terjadinya kondisi ini dan memberikan pilihan pengobatan yang tepat. Umumnya kehamilan anembrionik hanya terjadi sekali. Banyak wanita yang kemudian sukses untuk kembali hamil dengan keadaan normal dan melahirkan bayi sehat.
Segera kunjungi dokter apabila Anda mengalami gejala keguguran seperti perdarahan hebat dan kram perut yang parah pada trimester pertama kehamilan.
Sebelum menjalani pemeriksaan oleh dokter, Anda dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut ini.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis kehamilan anembrionik agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved