1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Kecanduan alkohol membuat seseorang tidak bisa berhenti minum-minum
Kecanduan alkohol adalah kondisi yang ditandai dengan terlalu banyak dan terlalu sering mengonsumsi alkohol. Seseorang dikatakan mengalaminya jika mengkonsumsi terlalu banyak alkohol pada satu waktu dan minum terlalu sering dalam seminggu.
Konsumsi alkohol diukur dalam satuan unit. Satu unit alkohol terdiri dari 10 ml alkohol murni.
Pasien yang tidak dapat berhenti minum alkohol lama-kelamaan akan merusak hubungan pribadi dan sosial, kinerja yang berkaitan dengan profesi, rutinitas, serta area lain dalam kehidupan.
Kecanduan alkohol termasuk masalah yang serius. Kecanduan ini dapat berlanjut pada kondisi ketergantungan secara fisik terhadap alkohol.
Selain itu, terlalu banyak mengonsumsi alkohol dalam satu waktu bisa menyebabkan keracunan alkohol.
Beberapa gejala kecanduan alkohol bisa meliputi:
Gejala kecanduan atau ketergantungan alkohol terkadang sulit untuk dikenali. Tidak seperti obat-obatan terlarang (kokain atau heroin), alkohol tersedia secara bebas di beberapa negara dan diterima dalam banyak budaya. Alkohol juga sering ditemukan pada acara-acara sosial serta berhubungan erat dengan perayaan atau pesta.
Oleh karena itu, akan sukar untuk membedakan orang yang suka minum alkohol pada acara tertentu dengan orang yang benar-benar kecanduan.
Kecanduan alkohol merupakan suatu penyakit kronis dan berhubungan erat dengan kemunculan gejala putus zat (withdrawal syndrome), kehilangan kontrol, atau toleransi terhadap alkohol.
Tingkat kecanduan alkohol biasanya memburuk seiring berjalannya waktu, sehingga deteksi dini tahap awal kecanduan alkohol sangat penting. Jika diidentifikasi dan diobati dengan tepat, komplikasi yang tidak diinginkan dapat dihindari.
Penyebab kecanduan alkohol dapat berupa kombinasi dari berbagai faktor. Beberapa faktor yang berperan meliputi faktor genetik atau keturunan, faktor psikologis, dan faktor lingkungan.
Menurut sejumlah penelitian, faktor penyebab terbanyak adalah faktor keturunan. Sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti tempat tinggal dan pola hidup.
Berbeda dengan penyakit lainnya, tidak ada satu gen khusus yang dapat menentukan apakah seseorang akan mempunyai masalah dengan alkohol atau tidak. Tetapi ada banyak gen yang bisa saja meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini.
Sedangkan faktor lingkungan dapat menyingkirkan atau menurunkan efek dari faktor genetik tersebut.
Konsumsi alkohol bisa muai terjadi sejak remaja, tapi penyalahgunaan alkohol paling sering ditemukan pada usia 20 dan 30an. Meski beberapa penyebab kecanduan alkohol tidak diketahui dengan pasti, banyak kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.
Beberapa faktor risiko kecanduan alkohol tersebut meliputi:
Rutin minum terlalu banyak alkohol untuk waktu lama, dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan alkohol. Contohnya bila mengonsumsi alkohol lebih dari 15 kali per minggu pada laki-laki dan 12 kali per minggu pada wanita, atau lebih dari lima kali per hari setidaknya sekali dalam seminggu.
Risiko kecanduan alkohol lebih tinggi pada orang yang memiliki orang tua atau kerabat dekat yang juga mengalami kondisi sama. Tinggal di rumah atau lingkungan yang memiliki kebiasaan konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan risiko ini.
Orang yang mulai mengonsumsi minuman keras, terutama mengikuti pesta minum sejak usia dini, memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami kecanduan alkohol.
Kecanduan alkohol banyak ditemukan pada orang dengan gangguan kesehatan mental. Misalnya, gangguan kecemasan, depresi, skizofrenia, atau gangguan bipolar.
Pasien yang mengalami stres berat lebih berisiko untuk terjerumus dalam kecanduan alkohol.
Kalangan dewasa muda yang mengalami tekanan sosial dari pertemanan dan kurang percaya diri akan lebih rentan untuk terkena kecanduan alkohol.
Orang yang pernah mengalami trauma emosional atau trauma lainnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kecanduan alkohol.
Operasi bariatrik adalah pembedahan lambung untuk mengatasi kondisi obesitas. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa operasi ini mungkin dapat meningkatkan risiko kecanduan alkohol atau risiko kambuh.
Memiliki teman atau pasangan yang minum alkohol secara teratur, juga bisa menambah risiko kecanduan alkohol.
Banyak orang mengalami kecanduan alkohol dan memiliki masalah dalam kehidupan mereka. Umumnya, dokter akan percaya bahwa seseorang mengalami ketergantungan alkohol ketika:
Untuk memastikan diagnosis kecanduan alkohol, dokter juga dapat melakukan sederet pemeriksaan di bawah ini:
Terdapat banyak tanda fisik yang bisa mengindikasikan adanya komplikasi dari penggunaan alkohol.
Walau tidak ada pemeriksaan medis khusus untuk mendiagnosis kecanduan alkohol, pola abnormal tertentu dari hasil pemeriksaan laboratorium dapat menandakan munculnya kondisi ini. Misalnya, tes darah dan tes urine.
Dokter juga dapat menganjurkan pemeriksaan untuk mengenali gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol. Contohnya, kerusakan pada organ tubuh tertentu.
Evaluasi ini mencakup pertanyaan mengenai gejala, pola pikir, perasaan, dan pola tingkah laku penderita.
Diagnostic and statistical manual of mental disorders atau DSM adalah kriteria yang kerap digunakan oleh psikiater untuk mendiagnosis gangguan kesehatan mental. Kondisi penyalahgunaan atau kecanduan alkohol dapat didiagnosis bila sudah memenuhi dua atau lebih dari 11 kriteria dalam waktu 12 bulan.
Adapun, kriteria-kriteria tersebut meliputi:
Berikut tahap-tahap hingga seseorang dapat mencapai kecanduan alkohol:
Tahap pertama penyalahgunaan alkohol adalah konsumsi alkohol untuk coba-coba pada waktu tertentu, misalnya pesta. Biasanya, tahap ini dialami oleh dewasa muda yang ingin menguji toleransi mereka terhadap alkohol.
Binge drinking juga umum dilakukan oleh penderita. Kebiasaan ini adalah mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar pada satu waktu.
Tahap 2 terjadi ketika seseorang menjadi lebih sering mengonsumsi alkohol. Tidak hanya pada waktu-waktu tertentu, kebiasaan ini menjadi lebih rutin, misalnya seminggu sekali.
Alasan untuk mengonsumsi alkohol juga bertambah, seperti konsumsi alkohol untuk bersosialisasi, mengurangi stres, mengatasi rasa bosan, dan pelarian dari rasa sedih dan kesepian.
Konsumsi alkohol yang rutin dan tidak terkendali sering menimbulkan masalah. Gejala seperti cemas, depresi, dan sulit tidur dapat dialami, dan masalah pada relasi sosial dengan orang lain, juga mungkin terjadi.
Pada tahap ini, pengguna alkohol dapat mengalami ikatan terhadap alkohol yang sudah mengganggu aktivitas sehari-hari. Ia tahu efek sampingnya, namun tidak dapat mengendalikan konsumsi alkohol.
Orang pada alcohol dependence juga mengalami toleransi tinggi terhadap alkohol. Akibatnya, ia membutuhkan lebih banyak alkohol untuk merasakan efeknya.
Gejala putus zat pun akan dialami oleh penderita. Contohnya, mual, berkeringat, tremor, mudah marah, jantung berdebar, dan sulit tidur.
Tahap terakhir adalah kecanduan alkohol. Pada tahap ini, penderita sudah tidak bisa mengendalikan konsumsi alkohol sama sekali.
Terdapat keinginan fisik dan fisiologis untuk minum alkohol yang tidak terkontrol. Pasien juga kerap mengalami kecanduan terhadap substansi atau obat-obat terlarang lain.
Advertisement
Cara mengobati kecanduan alkohol akan tergantung dari tingkat kecanduan dan keinginan pasien. Misalnya, apakah pasien hanya ingin mengurangi jumlah konsumsi atau berhenti total dari mengonsumsi alkohol.
Penanganan kecanduan alkohol dapat dilakukan dengan cara-cara di bawah ini:
Psikoterapi biasanya dilakukan bila penderita khawatir akan kebiasaan minum alkoholnya, atau pernah menderita cedera maupun kecelakaan yang berkaitan dengan kebiasaan ini.
Terapi ini bisa dijalani bersama psikolog atau psikiater, baik sendiri maupun berkelompok. Misalnya, kelompok swadaya atau support group khusus pecandu alkohol. Dengan begitu, penderita akan terbantu untuk memahami kecanduannya.
Selama konseling, penderita akan:
Dukungan dari pasangan, keluarga, dan teman dekat sangat diperlukan oleh penderita selama menjalani proses pengobatan.
Keluarga dan pasangan juga bisa diminta untuk ikut menjalani terapi bersama penderita. Pasalnya, mereka pun akan mengalami dampak tertentu dari ketergantungan alkohol ini.
Pantang di sini berarti mengurangi konsumsi alkohol secara bertahap atau berhenti total. Jenis penanganan ini termasuk pilihan yang dapat dilakukan apabila penderita:
Berhenti total dari minum alkohol akan mempunyai keuntungan yang lebih baik bagi kesehatan. Namun mengurangi konsumsi alkohol secara bertahap merupakan cara yang lebih mudah, atau dapat menjadi tahap pertama dalam menghentikan kebiasaan ini.
Sementara pantang konsumsi alkohol total sangat disarankan pada:
Apabila memilih untuk menghentikan konsumsi alkohol secara bertahap, pasien akan disarankan untuk menghadiri sesi konseling lebih lanjut. Langkah ini bertujuan menilai kemajuan penderita dan mempertimbangkan perlu tidaknya penanganan lebih lanjut.
Kecantuan alkohol juga bisa memicu gejala putus zat. Karena itu, ia juga akan dianjurkan untuk mencari dokter yang ahli dalam menangani keluhan ini.
Gejala putus zat akan terasa berat dalam 48 jam pertama. Kondisi putus zat biasanya akan berlangsung antara tiga hingga tujuh hari sejak penderita berhenti minum alkohol.
Tapi kondisi pasien umumnya akan membaik setelah tubuh membuang kandungan alkohol secara perlahan-lahan dan beradaptasi tanpa alkohol.
Cara dan lokasi detoksifikasi akan tergantung pada tingkat keparahan kecanduan alkohol pasien. Berikut penjelasannya:
Pada tingkat ringan, detoksifikasi dapat dilakukan di rumah tanpa penggunaan obat-obatan karena gejala putus zat yang dialami juga akan tergolong ringan.
Bila konsumsi alkohol termasuk tinggi (lebih dari 20 unit dalam sehari) atau pernah mengalami gejala putus zat, detoksifikasi memang dapat dilakukan di rumah. Tapi langkah ini akan membutuhkan bantuan obat penenang klordiazepoksida guna meringankan gejala.
Sementara pada tingkat kecanduan alkohol yang berat, detoksifikasi sebaiknya dilakukan di rumah sakit atau klinik. Pasalnya, gejala putus zat juga akan lebih parah dan memerlukan bantuan dari tenaga medis profesional.
Selama menjalani proses detoksifikasi, pastikan pasien minum cairan sekitar 3 liter dalam sehari. Misalnya, air putih atau jus buah.
Namun pasien harus menghindari konsumsi minuman berkafein dalam jumlah banyak, termasuk teh dan kopi. Minuman jenis ini akan memperburuk gangguan tidur dan menyebabkan gangguan kecemasan.
Penderita juga tidak disarankan untuk mengemudi atau mengoperasikan mesin berat apabila mengonsumsi obat-obatan yang membantu meringankan gejala putus zat. Obat-obatan ini dapat menyebabkan kantuk.
Terdapat beberapa obat yang direkomendasikan untuk menangani ketergantungan alkohol, seperti acamprosate, disulfiram, atau naltrexone. Obat-obatan ini dipakai untuk membantu proses pemulihan dan pemakaiannya harus dipantau oleh dokter. Berikut penjelasannya:
Naltroxene hanya digunakan setelah penderita menjalani proses detoksifikasi alkohol. Obat jenis ini bekerja dengan menghambat reseptor tertentu di otak yang terkait dengan efek ‘high’ akibat alkohol.
Penggunaan naltroxene bersamaan dengan konseling dapat menurunkan kecanduan pasien terhadap alkohol.
Acamprosate berperan mengembalikan kondisi zat kimia pada otak menjadi seperti sebelum kecanduan. Obat ini juga harus dikombinasikan dengan terapi lainnya.
Disulfiram adalah obat yang dapat menyebabkan timbulnya gejala fisik (mual, muntah, atau nyeri kepala) setiap pasien mengonsumsi alkohol.
Mengobati kecanduan alkohol merupakan proses yang rumit dan dapat menjadi tantangan tersendiri. Penderita tidak dapat dipaksa untuk berhenti minum apabila ia belum siap.
Supaya pengobatan dapat berjalan dengan baik, penderita harus mempunyai keinginan dari dalam dirinya sendiri untuk sembuh dari ketergantungannya. Karena itu, tingkat kesuksesan penyembuhan sangat tergantung pada faktor ini.
Proses pemulihan dari alkoholisme merupakan komitmen jangka panjang atau seumur hidup. Tidak ada jalan pintas sebagai cara mengobati kecanduan alkohol, dan perlu perawatan sehari-hari. Jadi banyak orang yang menyebut ondisi ini sebagai penyakit yang takkan pernah sembuh.
Bila terus dibiarkan, kecanduan alkohol dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi di bawah ini:
Cara mencegah kecanduan alkohol dapat dilakukan dengan membatasi konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol diukur dalam satuan unit.
Satu unit alkohol terdiri dari 10 ml alkohol murni. Ukuran ini kira-kira sekitar:
Untuk menjaga risiko kecanduan alkohol tetap rendah, jumlah alkohol yang disarankan meliputi:
Sementara upaya pencegahan kecanduan alkohol para remaja yang bisa dilakukan oleh orang tua meliputi:
Konsumsi alkohol yang normal dengan kecanduan alkohol mungkin sulit dibedakan. Langkah yang dapat Anda lakukan adalah menanyakan beberapa pertanyaan berikut:
Bila jawabannya adalah ya, Anda kemungkinan besar mengalami kecanduan alkohol.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis kecanduan alkohol. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved