1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Kanker ovarium menyerang organ indung telur pada sistem reproduksi wanita.
Kanker ovarium adalah jenis kanker yang menyerang indung telur atau ovarium. Ovarium merupakan salah satu organ penting dalam sistem reproduksi wanita.
Ovarium berjumlah sepasang dan berfungsi menghasilkan hormon seperti estrogen dan progesteron, sekaligus sebagai tempat produksi sel telur.
Untuk mendiagnosis kanker ovarium, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Mulai dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul, tes laboratorium, hingga biopsi.
Kanker ovarium sulit untuk terdeteksi pada stadium awal. Penderita umumnya baru terdiagnosis pada stadium lanjut, ketika kanker sudah menyebar ke dalam panggul dan perut.
Kanker ovarium stadium awal lebih mungkin ditangani hingga tuntas. Sementara pada stadium lanjut, kanker ini lebih sulit untuk diatasi.
Kanker ovarium stadium awal sulit untuk terdeteksi. Kanker ovarium stadium lanjut dapat menimbulkan beberapa gejala yang tidak spesifik yang sering disalahartikan sebagai penyakit lain. Berikut gejala kanker ovarium:
Gejala-gejala tersebut dapat disebabkan oleh penyakit lain yang tidak serius. Namun jika gejala tersebut muncul dalam periode kurang dari 1 tahun dan dirasakan sering, lebih dari 12 hari tiap bulannya, maka perlu dicurigai adanya penyakit serius yang mengarah ke kanker.
Penyebab kanker ovarium hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Secara umum, kanker dimulai ketika sel bermutasi atau mengalami perubahan menjadi abnormal. Sel-sel abnormal terus hidup dan mendesak sel-sel sehat, menyerang jaringan di dekatnya dan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Kanker ovarium memiliki beberapa jenis di bawah ini:
Ada beberapa faktor risiko yang diketahui dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker ovarium, yaitu:
Kanker ovarium paling sering dialami oleh perempuan usia 50-60 tahun.
Mutasi gen breast cancer gene 1 (BRCA1) dan breast cancer gene 2 (BRCA2) yang dapat diturunkan dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Pemakaian terapi pengganti hormon estrogen yang biasa diberikan untuk perempuan usia menopause juga dapat meningkatkan risiko kanker ovarium.
Perempuan yang mengalami haid pertama lebih dini dan/atau usia mens terakhir yang lebih tua, dapat mengalami peningkatan risiko kanker ovarium.
Diagnosis kanker ovarium cukup sulit, karena ovarium terletak di dalam rongga perut sehingga adanya tumor mungkin tidak dirasakan pasien. Tidak ada pemeriksaan skrining rutin untuk mendeteksi kanker ovarium. Oleh karena itu, pasien perlu segera berkonsultasi dengan dokter bila mengalami gejala yang tidak umum dan menetap.
Bila dokter menduga pasien mengalami kondisi ini, beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis kanker ovarium meliputi:
Melalui pemeriksaan panggul, dokter dapat mendeteksi adanya kelainan pada panggul, meskipun kanker ovarium berukuran kecil sulit terdeteksi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu menentukan ukuran, bentuk dan struktur ovarium pasien. Pemeriksaan USG yang dilakukan adalah USG transvaginal. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk mendeteksi tumor pada organ reproduksi wanita, termasuk ovarium.
Akan tetapi, USG transvaginal tidak dapat mendeteksi apakah suatu tumor bersifat jinak atau ganas.
Selain USG, pemeriksaan CT scan juga dapat dilakukan. Bila pasien memiliki alergi terhadap zat pewarna kontras yang digunakan saat CT scan, pemeriksaan MRI panggul dapat menjadi alternatif.
Dokter juga akan melakukan pengujian darah pasien untuk mengetahui kadar penanda kanker ovarium dan kanker organ reproduksi lainnya, yaitu CA-125. Perlu diketahui bahwa menstruasi, mioma uteri, dan kanker rahim juga dapat mempengaruhi kadar CA-125 di dalam darah.
Biopsi adalah pemeriksaan dengan mengambil sampel jaringan ovarium untuk diperiksa di bawah mikroskop. Biopsi dilakukan untuk memastikan diagnosis kanker serta menentukan jenis kanker yang dapat memengaruhi terapi.
Setelah kanker ovarium terdeteksi, dokter akan menentukan stadium kanker ovarium. Terdapat 4 stadium kanker ovarium, yaitu:
Kanker ovarium stadium 1 memiliki tiga substadium:
Pada kanker ovarium stadium 2, kanker sudah menyebar ke struktur panggul lainnya. Kanker ovarium stadium 2 terdiri atas dua substadium:
Kanker ovarium stadium 3 terdiri atas tiga substadium:
Pada stadium 4, tumor sudah mengalami metastasis atau menyebar hingga ke luar panggul, perut, dan kelenjar getah bening di hati atau paru-paru. Kanker ovarium stadium 4 terdiri atas 2 substadium:
Advertisement
Cara mengobati kanker ovarium akan ditentukan oleh dokter berdasarkan jenis kanker, stadium, serta kondisi pasien secara umum. Tujuan pengobatannya adalah mengatasi kanker bila memungkinkan, mengurangi gejala, dan mengendalikan sel kanker jika stadium kanker sudah lanjut.
Pembedahan atau operasi untuk mengangkat kanker ovarium meliputi:
Kemoterapi merupakan obat yang digunakan untuk membunuh sel-sel abnormal yang tumbuh cepat di dalam tubuh, termasuk sel-sel kanker. Terapi ini dapat digunakan setelah operasi untuk membunuh sel kanker yang mungkin tersisa setelah operasi atau sebelum operasi untuk mengecilkan sel kanker dan membuatnya lebih mudah diangkat.
Kemoterapi juga diberikan bila kanker ovarium muncul kembali setelah terapi awal. Obat kemoterapi biasanya diberikan melalui infus ke pembuluh darah, namun juga dapat diberikan dalam bentuk tablet. Kemoterapi diberikan dalam siklus yang terdiri atas periode pengobatan disertai periode istirahat untuk pemulihan tubuh.
Kebanyakan kemoterapi dijadwalkan sebanyak 6 siklus, dengan tiap siklusnya berlangsung selama 3 minggu.
Terapi radiasi atau radioterapi dilakukan dengan menggunakan sinar radiasi untuk menghancurkan sel kanker. Terapi radiasi jarang dilakukan untuk mengobati kanker ovarium, namun dapat digunakan pada beberapa kondisi berikut:
Terapi target adalah obat-obatan yang dapat mengubah cara kerja sel dan membantu menghentikan pertumbuhan dan perkembangan sel kanker. Tidak semua jenis kanker ovarium dapat ditangani dengan terapi target. Oleh karena itu, terapi ini biasanya direkomendasikan untuk jenis kanker ovarium tertentu dan kanker ovarium yang kambuh setelah kemoterapi.
Jenis obat yang digunakan sebagai terapi target kanker ovarium adalah olaparib dan niraparib. Obat-obat ini dapat diberikan dalam bentuk tablet atau kapsul.
Selain menimbulkan berbagai gejala, kanker ovarium juga sering menimbulkan beberapa komplikasi akibat penyebaran (metastasis) kanker ke perut dan paru-paru. Beberapa di antaranya meliputi:
Obstruksi atau penyumbatan usus dapat terjadi akibat metastasis kanker ovarium ke perut dan panggul. Selain itu, obstruksi juga dapat disebabkan oleh jaringan luka paskaoperasi perut atau panggul yang menimbulkan perlengketan usus. Gejala obstruksi usus berupa kram dan nyeri perut yang hebat disertai dengan muntah.
Untuk mengatasi obstruksi usus, operasi diperlukan untuk mengangkat bagian usus yang tersumbat. Setelah operasi, selang nasogastrik akan dimasukkan dari hidung ke lambung untuk memasukkan makanan selama pemulihan usus.
Kanker ovarium sering mengalami metastasis ke dinding usus dan berkembang di sana. Jaringan akan melemah serta memicu perforasi usus besar (kolon).
Perforasi kolon adalah pecahnya usus besar yang ditandai dengan keluarnya isi usus ke rongga perut. Hal ini dapat menimbulkan infeksi yang dikenal dengan nama peritonitis, yang harud diatasi dengan operasi.
Kanker ovarium dapat menyebar ke panggul dan menyumbat ureter (saluran kemih) menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Bila kedua ureter tersumbat, jumlah urin yang keluar akan menurun.
Jika hanya salah satu ureter yang tersumbat, pasien mungkin tidak bergejala atau mengalami nyeri hebat tergantung pada lokasi sumbatan.
Dengan adanya metastasis ke paru-paru atau dada, penumpukan cairan dapat terjadi pada lapisan yang membatasi paru-paru dan rongga dada. Kondisi ini dikenal dengan efusi pleura. Seringkali, cairan berisi sel kanker.
Nyeri tulang yang disebabkan oleh metastasis kanker ke tulang dapat terasa sangat hebat, namun beberapa jenis obat dan terapi radiasi dapat membantu mengurangi nyeri.
Belum ada cara pasti untuk mencegah kanker ovarium. Salah satu cara yang mungkin dapat mengurangi risiko terkena kanker ovarium adalah dengan mempertimbangkan untuk mengonsumsi pil kontrasepsi (pil KB).
Selain itu, bicarakan faktor yang meningkatkan risiko kanker dengan dokter Anda, terlebih jika ada riwayat kanker ovarium dan kanker payudara dalam keluarga.
Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter jika merasakan kembung hampir setiap hari selama lebih dari tiga minggu atau gejala lain yang tidak kunjung membaik. Terutama jika Anda adalah perempuan berusia di atas 50 tahun atau mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan atau kanker payudara.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis kanker ovarium. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved