1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Risiko terkena impotensi akan meningkat dengan bertambahnya umur.
Impotensi adalah jenis gangguan seksual yang membuat seorang pria secara teratur merasa kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi. Impotensi yang juga disebut sebagai disfungsi ereksi dapat terjadi pada pria di berbagai kalangan usia.
Risiko terkena impotensi dapat meningkat seiring bertambahnya usia, meski begitu, hal ini bukanlah bagian normal dari proses penuaan. Penyebabnya sangat beragam, mulai dari penyakit kronis, efek samping obat-obatan, konsumsi alkohol berlebihan, kelelahan, hingga berbagai faktor psikologis.
Disfungsi ereksi umumnya bukanlah kondisi yang mengancam jiwa, tetapi dapat berdampak serius pada kesehatan mental, keharmonisan hubungan, dan kualitas hidup seorang pria.
Tak perlu malu untuk berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami impotensi. Kondisi ini adalah masalah yang cukup umum terjadi dan dapat diobati. Diagnosis yang tepat untuk menentukan penyebabnya adalah langkah utama untuk mendapatkan pengobatan yang efektif.
Perawatan impotensi atau disfungsi ereksi meliputi pemberian obat-obatan, terapi psikologis, penyesuaian gaya hidup, hingga operasi.
Gejala yang ditimbulkan ketika seseorang mengalami impotensi, meliputi:
Baca juga: Morning Wood, Penis Ereksi di Pagi Hari Normal Terjadi?
Impotensi dapat terjadi karena gangguan pada setiap tahapan proses ereksi, baik secara fisik maupun psikologis. Ereksi merupakan suatu reaksi yang dihasilkan dari peningkatan aliran darah ke penis. Aliran darah tersebut biasanya dirangsang oleh gairah seksual atau kontak langsung dengan penis.
Saat seorang pria terangsang secara seksual, otot-otot di penis mengendur. Hal ini memungkinkan peningkatan aliran darah melalui arteri penis, yang selanjutnya mengisi dua ruang di dalam penis. Saat bilik terisi darah, penis menjadi kaku dan proses ereksi akan terjadi.
Sementara itu, gairah seksual pada pria adalah proses yang cukup kompleks. Hal ini melibatkan berbagai faktor dari otak, hormon, emosi, saraf, otot, dan pembuluh darah. Jadi, masalah pada salah satu sistem tubuh yang berhubungan dengan gairah seksual dan proses ereksi, dapat menimbulkan disfungsi ereksi.
Berikut ini berbagai penyebab disfungsi ereksi berdasarkan faktor yang memengaruhinya:
Baca juga: Merasa Jenuh? Coba 7 Cara agar Hubungan Pasutri Membuat Rumah Tangga Harmonis
Berbagai faktor berikut dikaitkan erat sebagai pemicu terjadinya impotensi, antara lain:
Dokter akan mendiagnosis impotensi dengan beberapa langkah pemeriksaan berikut ini.
Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan atau meminta pasien mengisi kuesioner tentang gejala, riwayat kesehatan, dan riwayat seksual untuk memastikan penyebab impotensi.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan memantau jantung dan paru-paru pasien. Selain itu, tekanan darah, testis dan penis pasien juga akan diperiksa. Dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan rektal untuk melihat kondisi prostat pasien.
Pemeriksaan USG dilakukan untuk memeriksa pembuluh darah penis untuk mendeteksi masalah pada aliran darah penis.
Tes ini dilakukan menggunakan perangkat portabel bertenaga baterai yang dikenakan di paha pasien. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kualitas ereksi pasien saat tertidur. Dalam kondisi normal, seorang pria dapat ereksi 3-5 kali selama tidur di malam hari. Penurunan frekuensi ereksi menandakan masalah pada fungsi saraf atau sirkulasi darah penis.
Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi kekencangan ereksi dan mengetahui jangka waktu ereksi berlangsung. Tes injeksi terdiri dari beberapa jenis, yakni Intracavernosal injection yang dilakukan dokter dengan menyuntikkan obat ke pangkal penis dan Intrauretral injection yang disuntikkan ke dalam uretra.
Tes urine dapat digunakan untuk memeriksa diabetes atau kondisi kesehatan lain yang mendasari impotensi seperti kelainan ginjal atau kurangnya hormon testosterone.
Tes darah digunakan untuk memeriksa penyebab dari penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, masalah tiroid, dan tingkat testosteron yang rendah.
Advertisement
Dokter akan merekomendasikan pengobatan atau perawatan yang tepat berdasarkan penyebabnya. Untuk mengobati impotensi, biasanya dokter akan merekomendasikan:
Keempat obat di atas bekerja dengan meningkatkan efek suatu bahan kimia di tubuh yang disebut oksida nitrat. Zat tersebut diproduksi secara alami oleh tubuh untuk melemaskan otot-otot di penis. Proses tersebut akan turut meningkatkan aliran darah ke penis dan memungkinkan seseorang mengalami ereksi sebagai respons terhadap rangsangan seksual.
Mengonsumsi salah satu dari tablet tersebut, tidak akan secara otomatis menghasilkan ereksi. Stimulasi seksual tetap diperlukan agar oksida nitrat dapat dilepaskan oleh saraf penis. Penggunaan obat-obatan ini harus dengan resep dokter dan tidak boleh dikonsumsi oleh seseorang yang memiliki penyakit jantung.
Obat ini digunakan dengan cara menyuntikan sendiri jarum halus yang berisi alprostadil ke pangkal atau samping penis. Umumnya, setiap dosis pada suntikan yang diberikan akan menciptakan ereksi yang berlangsung tidak lebih dari satu jam.
Jarum yang digunakan pada obat ini sangat halus sehingga nyeri yang ditimbulkan dari proses penyuntikan biasanya terasa ringan.
Selain disuntikkan, alprostadil juga dapat diberikan dalam bentuk suppositoria yang ditempatkan di dalam uretra penis. Obat ini biasanya dilengkapi dengan aplikator khusus untuk memasukkan supositoria ke dalam uretra di dalam penis.
Ereksi biasanya dimulai dalam 10 menit setelah obat ditempatkan dan, bila efektif, akan berlangsung antara 30 dan 60 menit.
Vakum penis, disebut juga dengan pompa penis adalah suatu alat khusus yang bekerja dengan cara menghisap udara melalui perangkat tabung tersebut agar darah dapat mengalir ke penis dan ereksi bisa terjadi.
Prosedur ini termasuk ke dalam operasi bedah yang bertujuan untuk menanamkan implan di kedua sisi penis. Implan penis terdiri dari batang yang dapat ditiup atau ditekuk sehingga memungkinkan penggunanya dapat mengontrol kapan dan berapa lama ereksi terjadi. Implan penis biasanya tidak disarankan sebelum mencoba metode lain.
Terapi psikologis dibutuhkan bagi impotensi akibat faktor psikologis seperti stres, kecemasan, depresi atau masalah rumah tangga dengan pasangan. Seorang psikolog atau psikiater dapat melakukan terapi psikologis untuk membantu pasien mengidentifikasi tekanan emosional pemicu disfungsi ereksi.
Jika disfungsi ereksi telah memengaruhi hubungan pasien dan pasangannya, dokter mungkin akan menyarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan konselor pernikahan. Sesi terapi bersama dengan konselor pernikahan dapat membantu pasien dan pasangan terhubung kembali secara emosional.
Baca jawaban dokter: Bolehkah meminum viagra tanpa resep dokter?
Komplikasi akibat impotensi dapat meliputi:
Baca juga: Alami Disfungsi Ereksi? Masih Ada Banyak Cara Memuaskan Istri di Ranjang
Impotensi dapat dicegah dengan gaya hidup yang sehat dan mengelola kondisi kesehatan, seperti:
Temui dokter jika mengalami masalah ereksi, seperti:
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis impotensi agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved