1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Adanya bukaan uretra pada penderita hipospadia
Hipospadia adalah kondisi pembukaan uretra berada di bagian bawah penis. Padahal lubang iin seharusnya berada pada kepala penis.
Uretra merupakan saluran untuk mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh. Pada kelainan ini, uretra akan mulai terlihat tidak normal sejak janin berusia 8-14.
Hipospadia termasuk kelainan yang sering terjadi pada anak. Kondisi ini sebaiknya ditangani sejak dini.
Jika dibiarkan, anak laki-laki dengan penyakit ini mungkin harus duduk saat buang air kecil. Kelainan ini juga bisa menyebabkan seseorang susah memiliki keturunan. Pasalnya, penderita akan sulit mengarahkan sperma ke dalam rahim pasangannya.
Hipospadia juga dapat menyulitkan penderita untuk menjaga kebersihan lubang penis. Akibatnya, bagian ini rentan terkena infeksi atau mengalami iritasi dan kemerahan.
Menurut beberapa penelitian, hipospadia dapat ditemukan pada satu di antara 250 hingga 300 bayi laki-laki yang baru lahir. Selain termasuk kelainan yang sering terjadi, terdapat beragam jenis hipospadia yang bisa menimpa anak.
Adapun jenis dari kelainan ini, antara lain:
Tipe ini merupakan yang paling umum dari hipospadia, dimana pembukaan uretra terdapat di dekat kepala penis.
Pada tipe ini, pembukaan uretra terletak pada bagian tengah atau bawah batang penis.
Pada tipe ini, pembukaan uretra terletak pada bagian di antara penis dan kantung pelir (skrotum).
Pada tipe ini, pembukaan uretra terletak di belakang kantung pelir (skrotum). Tipe ini merupakan tipe hipospadia yang paling parah dan jarang ditemukan.
Gejala khas pada hipospadia adalah pembukaan uretra yang terletak pada bagian bawah penis, bukan di ujung penis.
Dalam beberapa kasus juga ditemukan pembukaan uretra bisa berada di dalam kepala penis, tengah penis, pangkal penis maupun di dalam atau di bawah skrotum. Namun hal ini termasuk jarang.
Beberapa gejala lain yang dapat ditemukan pada penderita hipospadia adalah:
Hingga kini, penyebab hipospadia belum diketahui secara pasti. Tetapi ada beberapa hal yang dapat menjadi kemungkinan penyebab kelainan ini.
Faktor-faktor risiko hipospadia tersebut meliputi:
Diagnosis hipospadia umumnya dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan penis. Proses ini biasanya dilakukan oleh dokter saat bayi laki-laki tersebut lahir.
Tingkat keparahan kelainan ini ditentukan dari tempat pembukaan uretra yang ada pada penderita. Semakin dekat pembukaan uretra pada pangkal penis, maka semakin tinggi tingkat keparahan pada kelainan ini.
Advertisement
Cara mengobati hipospadia bergantung pada tipe atau jenis kelainan yang terjadi pada penderita. Umumnya, penanganannya dilakukan melalui operasi untuk memperbaiki kelainan.
Operasi tersebut sidebut urethroplasty atau meatoplasty, atau glanuloplasty. Prosedur ini dilakukan saat penderita berusia 3-18 bulan.
Dalam beberapa kasus, pembedahan dilaksanakan secara bertahap. Pasalnya, penderita membutuhkan beberapa perbaikan. Contohnya, mengembalikan pembukaan uretra pada lokasi seharusnya dan memperbaiki bentuk penis serta kulit di sekitar lubang uretra.
Meski begitu, operasi tetap memiliki risiko komplikasi. Misalnya, perdarahan dan infeksi pada luka bekas pembedahan. Persistent chordee juga bisa terjadi akibat prosedur koreksi yang tidak tuntas.
Hasil pembedahan dapat bertahan seumur hidup. Bentuk penis dan fungsinya juga akan kembali normal. Namun kontrol pascaoperasi ke dokter tetap diperlukan hingga penderita benar-benar sembuh.
Jika terus dibiarkan, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi berupa:
Karena penyebabnya belum diketahui, cara mencegah hipospadia juga tidak tersedia. Namun ibu hamil bisa mengurangi risiko cacat lahir melalui beberapa langkah berikut:
Segera periksakan ke dokter bila terdapat gejala yang mengarah pada kondisi hipospadia.
Sebelum melakukan kunjungan ke dokter, persiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter kemungkinan akan mengajukan pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis hipospadia agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved