1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Saat kadar magnesium di dalam tubuh terus menurun, biasanya akan muncul gejala-gejala seperti mati rasa, kejang, kelelahan, kram dan denyut jantung yang tidak normal.
Hipomagnesemia merupakan penyakit dimana tubuh kekurangan magnesium. Magnesium adalah mineral yang sebagian besar tersimpan dalam tulang dan sebagian kecil terdapat pada darah. Jika kadar magnesium dalam darah seseorang kurang dari normal, yaitu di bawah 1.8mg/dL (<0.70 mmol/L), maka orang tersebut mengalami hipomagnesemia.
Magnesium merupakan mineral yang sangat penting karena diperlukan oleh lebih dari 300 proses metabolisme tubuh. Peran penting magnesium diantaranya:
Maka dari itu, kekurangan kadar magnesium dapat menganggu jalannya berbagai fungsi metabolisme tersebut. Hipomagnesemia berkaitan pula dengan penurunan kadar kalsium dan potasium (kalium) dalam tubuh. Sebab, magnesium juga berperan dalam mendistribusikan kalsium dan potasium ke seluruh tubuh, sehingga jika kadar magnesium rendah, maka tubuh juga tidak akan menerima kadar kalsium dan potasium yang cukup.
Perawatan hipomagnesemia meliputi terapi magnesium dan juga penyeseuaian gaya hidup.
Timbulnya gejala akibat hipomagnesemia dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada beberapa kasus, penderita hipomagnesemia tidak mengalami gejala, sehingga penyakit tidak terdeteksi sampai kondisi sudah berat. Umumnya, gejala yang diakibatkan hipomagnesemia berkaitan dengan sistem saraf dan sistem peredaran darah.
Gejala awal yang dapat dialami oleh penderita hipomagnesemia meliputi:
Apabila hipomagnesemia tidak tertangani dengan baik atau bahkan tidak terdeteksi, menurunnya kadar magnesium dalam tubuh yang semakin drastis dapat menyebabkan gejala-gejala baru, diantaranya:
Penyebab hipomagnesemia adalah rendahnya kadar magnesium dalam tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang mengandung magnesium, dan/atau adanya penurunan kinerja ginjal dan sistem pencernaan. Dengan kata lain, tubuh bisa kekurangan magnesium karena kurang asupan yang cukup, atau terlalu banyak magnesium yang dikeluarkan dalam urine. Keadaan ini dapat dipicu oleh kelaparan, kebiasaan mengonsumsi alkohol, serta diare dalam jangka waktu lama.
Selain itu, hipomagnesemia juga sangat umum ditemukan pada pasien-pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Kekurangan magnesium bisa berkaitan dengan penyakit yang diderita, tindakan medis yang dilalui, serta efek dari obat yang dikonsumsi. Obat-obatan untuk kemoterapi, obat-obatan dengan toksisitas terhadap ginjal (amfoterisin B, cisplatin, siklosporin, aminoglikosida) atau penggunaan diuretik seperti thiazide dan loop diuretik dapat memicu terjadinya hipomagnesemia.
Kondisi tubuh lainnya yang dapat meningkatkan risiko terhadap hipomagnesemia antara lain adalah:
Salah satu penyakit pencernaan yang bisa memicu hipomagnesemia adalah diare kronis, atau diare dalam jangka waktu yang cukup lama. Kondisi ini menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi, termasuk magnesium. Selain itu, gangguan pencernaan lainnya seperti crohn’s disease atau penyakit celiac juga bisa memicu hipomagnesemia.
Diabetes tipe 2 adalah penyakit tingginya kadar gula darah akibat pola hidup yang buruk. Tingginya kadar gula dalam darah dapat menyebabkan ginjal memproduksi lebih banyak urine, sehingga banyak magnesium yang terbuang bersama urine.
Ketergantungan pada alkohol memiliki banyak dampak buruk untuk tubuh, seperti penyakit liver (hati), gagal ginjal, urine yang bertambah banyak dan kurangnya asupan magnesium. Ketergantungan alkohol pun dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi lain yang merusak tubuh.
Seiring dengan bertambahnya usia, usus semakin kesulitan untuk menyerap magnesium dengan baik. Individu berusia lanjut seringkali mengonsumsi lebih sedikit makanan kaya magnesium atau mengonsumsi obat-obatan yang dapat memengaruhi kadar magnesium di dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya kadar magnesium dalam tubuh para lansia.
Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis hipomagnesemia berupa:
Advertisement
Penanganan hipomagnesemia bertujuan untuk meningkatkan kembali kadar magnesium dalam tubuh. Hal ini bisa dicapai dengan asupan magnesium dalam bentuk obat, suplemen ataupun makanan kaya magnesium.
Bentuk Magnesium yang diberikan bisa dalam bentuk obat minum atau suntikkan. Umumnya, suntikkan diberikan apabila hipomagnesemia sudah parah atau penderita mengalami kejang.
Selain pemberian suplemen magnesium, hal penting lain yang harus diperhatikan adalah pola makan yang baik dan memastikan tubuh menerima jumlah magnesium yang cukup. Makanan-makanan yang kaya akan magnesium seperti sayur-sayuran hijau, almond, kacang mede, kacang tanah, susu kacang kedelai, gandum, alpukat, pisang, serta salmon perlu dimasukkan dalam pola makan agar kadar magnesium dalam tubuh cukup.
Berdasarkan rekomendasi The Institute of Medicine, orang dewasa harus mengkonsumsi 310-320 mg magnesium per hari untuk wanita dan 400-420 mg magnesium per hari untuk pria.
Penanganan hipomagnesemia harus dilakukan dengan tepat. Jika tidak, penurunan kadar magnesium secara drastis dalam tubuh bisa menyebabkan komplikasi yang dapat berakibat fatal, yakni:
Hipomagnesemia dapat dihindari dengan cara memperhatikan pola makan supaya kadar magnesium dalam tubuh dapat terjaga dengan baik. Konsumsi air atau minuman elektrolit serta makanan yang mengandung magnesium seperti alpukat, pisang, sayuran hijau, kacang-kacangan, serta susu dapat membantu memelihara kadar magnesium tetap normal.
Jika Anda memiliki penyakit gangguan pencernaan seperti Crohn’s disease, menderita diabetes, atau mengonsumsi obat-obatan seperti diuretik, maka berkonsultasilah dengan dokter untuk memastikan kadar magnesium Anda tetap stabil dan normal.
Segera lakukan konsultasi dengan dokter apabila Anda merasa memiliki gejala-gejala yang mengarah pada hipomagnesemia, agar penyakit Anda bisa ditangani sebelum bertambah buruk dan menyebabkan komplikasi. Konsultasikan gejala-gejala yang Anda alami pada dokter yang tepat.
Ketika Anda merasa ada masalah pada fungsi ginjal maupun urine Anda, silahkan lakukan konsultasi dengan dokter nefrologis, yakni dokter spesialis penyakit dalam dengan fokus pada masalah ginjal.
Sementara itu, apabila Anda merasakan masalah pada jantung, segeralah berkonsultasi dengan dokter kardiologis, yakni dokter spesialis jantung. Penderita hipomagnesemia dengan penyakit jantung berisiko tinggi mengalami gangguan denyut jantung pada 24 jam pertama sejak gejala tersebut timbul.
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis hipomagnesemia agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved