Hiperekstensi adalah gerakan sendi berlebihan. Kondisi ini terjadi ketika sendi tertentu dibuka atau diluruskan, di luar jangkauan gerak normal dan sehat.
Gerakan seperti di atas berpotensi membuat sendi tertentu tidak stabil. Gerakan ini juga bisa meningkatkan risiko dislokasi atau cedera sendi lainnya.
Cedera hiperekstensi dapat terjadi pada banyak sendi di tubuh Anda. Namun, beberapa sendi, yang lebih rentan terhadap cedera ini, yaitu:
Jenis cedera ini terjadi ketika lutut ditekuk secara paksa ke belakang atau dipaksa ke arah yang berlawanan. Kondisi ini bisa merusak ligamen yang memberikan stabilitas pada lutut. Cedera hiperekstensi lutut dapat menyebabkan rasa sakit dan bengkak.
Hiperekstensi siku terjadi ketika sendi siku Anda tertekuk terlalu jauh ke belakang dan tidak sepenuhnya lurus.
Setelah cedera, Anda mungkin perlu menjaga siku Anda agar tidak bergerak selama beberapa waktu, guna memastikannya sembuh dengan benar dan untuk memastikan bahwa Anda tidak kehilangan stabilitas pada sendi.
Cedera hiperekstensi jari terjadi ketika sendi jari Anda menekuk ke arah yang salah. Kondisi ini biasanya menyebabkan ligamen mungkin sedikit meregang.
Cedera leher biasanya terjadi ketika Anda mengalami kecelakaan mobil dan benturannya membuat leher Anda tersentak ke depan lalu tiba-tiba ke belakang.
Bahu adalah salah satu sendi yang paling banyak bergerak di tubuh Anda, tetapi juga merupakan salah satu sendi yang paling tidak stabil. Hal ini dapat membuat bahu Anda lebih rentan terhadap cedera.
Hiperekstensi dan ketidakstabilan bahu dapat terjadi ketika sendi bahu diputar secara berlebihan karena gerakan berulang.
Cedera ini biasanya terjadi saat Anda melakukan olahraga tertentu, seperti renang, baseball, dan lempar lembing, maupun trauma seperti jatuh.
Ketika ligamen yang menopang pergelangan kaki Anda meregang terlalu jauh, Anda bisa keseleo atau mengalami hiperekstensi.
Hiperekstensi merupakan cedera yang biasanya dapat diobati dengan melakukan perawatan di rumah.
Secara umum, gejala hiperekstensi meliputi:
Beberapa gejala lain akan lebih spesifik pada sendi. Misalnya, hiperekstensi pada lutut atau pergelangan kaki yang memicu kesulitan mengangkat beban atau berjalan.
Sementara hiperekstensi pada siku, bisa memicu kejang otot di otot bisep bahkan mati rasa di lengan.
Penyebab hiperekstensi yang utama adalah melakukan perubahan gerakan yang mendadak dan mengalami tekanan berlebihan pada sendi. Kondisi ini dapat memicu kerusakan jaringan lunak, pembengkakan, dan berpotensi membuat sendi robek atau tegang.
Beberapa faktor risiko hiperekstensi meliputi:
Olahraga kontak dan butuh perubahan arah yang cepat serta sering dapat membahayakan lutut, pergelangan kaki, maupun bahu. Contohnya, basket atau sepak bola.
Sedangkan olahraga seperti angkat besi, tenis, atau senam juga dapat meningkatkan risiko hiperekstensi siku dan pergelangan tangan.
Jika pernah mengalami cedera, kemungkinan seseorang untuk mengalami cedera fisik lainnya akan ikut meningkat.
Sebagai contoh, risiko hiperekstensi lutut akan bertambah jika seseorang memiliki otot kaki yang lemah. Tanpa otot yang kuat untuk menopang sendi lutut, gerakan tubuh menjadi tidak stabil dan lebih rentan mengalami kondisi ini.
Diagnosis hiperekstensi dapat ditentukan oleh dokter melalui:
Dokter akan meminta Anda untuk menekuk atau menggerakan bagian tubuh yang diduga mengalami cedera. Dokter juga biasanya memberikan tekanan dan memeriksa gerakan.
Dokter Anda mungkin juga meminta Anda untuk melakukan rontgen untuk mengetahui apakah Anda mengalami patah tulang dan pemindaian MRI untuk memeriksa cedera pada ligamen.
Advertisement
Cara mengobati hiperekstensi umumnya akan tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan seberapa lama pasien sudah mengalami kondisi tersebut. Beberapa langkah penanganan yang disarankan oleh dokter meliputi:
R.I.C.E merupakan singkatan dari rest, ice, compression, dan elevation. Berikut penjelasannya:
Istirahatkan sendi selama 1-2 hari, lalu cobalah untuk mulai menggunakannya secara bertahap.
Tempelkan kompres dingin ke area yang terkena selama 10-20 menit, dan ulangi tiap jam. Lakukan langkah ini selama beberapa hari setelah cedera.
Bila menggunakan es batu, jangan langsung menempelkan es ke kulit karena bisa memicu frostbite. Sebagai gantinya, bungkuslah es dengan handuk atau kain sebelum menempelkannya ke kulit.
Stoking kompresi dapat membantu dalam mengurangi pembengkakan. Jika tidak memilikinya, pasien dapat memakai perban elastis yang dililitkan pada sendi.
Namun ingatlah agar tidak melilitkan perban terlalu kencang karena dapat menghambat aliran darah, dan memperparah kondisi.
Jika memungkinkan, letakkan sendi yang terkena agar lebih tinggi dari posisi jantung. Langkah ini bertujuan membantu dalam meminimalkan pembengkakan. Misalnya, jika hyperextension terjadi pada lutut atau pergelangan kaki, ganjal bagian inni dengan bantal saat Anda tidur.
Obat pereda nyeri yang bisa dikonsumsi meliputi ibuprofen atau paracetamol. Obat ini juga bermanfaat untuk mengurangi pembengkakan sendi.
Jika tidak ditangani dengan benar, hiperekstensi bisa menyebabkan komplikasi berupa:
Cara mencegah hiperekstensi yang bisa dilakukan meliputi:
Hubungi dokter bila Anda mengalami gejala yang mengarah pada hiperekstensi. Demikian pula jika Anda memiliki tanda atau gejala lain yang tidak disebutkan maupun kekhawatiran serta pertanyaan lainnya.
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis hiperekstensi agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved