1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Hernia nukleus pulposus atau saraf kejepit disebabkan oleh robeknya selaput piringan di tulang punggung
Hernia nukleus pulposus atau saraf kejepit adalah kondisi selaput piringan (nukleus pulposus) mengalami robekan. Padahal, piringan ini berfungsi sebagai bantalan pelindung dan pertahanan posisi tulang belakang.
Punggung terdiri atas 12 ruas tulang belakang yang saling bertumpuk. Dari atas ke bawah, ruas tulang belakang meliputi:
Di antara ruas tulang belakang, terdapat selaput piringan atau nukleus pulposus. Selaput ini berfungsi sebagai bantalan tulang rawan dan peredam kejut (shock absorber) antarruas tulang.
Nukleus pulposus melindungi tulang dari aktivitas sehari-hari seperti berjalan, mengangkat barang, dan memutar.
Hernia nukleus pulposus (HNP) menyebabkan bagian kenyal seperti jeli di tengah piringan bergerak ke arah luar, dan mengiritasi saraf-saraf di dekatnya. Akibatnya, muncul skiatika (nyeri pada saraf skiatik atau saraf panggul) atau sakit punggung.
Dokter dapat mendiagnosis HNP dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pencitraan. Misalnya, CT scan, MRI, dan X-ray.
Dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar penderita HNP bisa pulih. Penanganan ini biasa meliputi istirahat, konsumsi obat antisakit dan antiradang, melakukan terapi fisik, hingga menjalani operasi.
Secara umum, gejala hernia nukleus pulposus meliputi:
Jika hernia nukleus pulposus terdapat di punggung bagian bawah, penderita akan merasakan nyeri pada pinggang, bokong, paha dan betis.
Bila terjadi di leher, rasa sakit akan lebih terasa pada bahu dan lengan. Nyeri akan lebih menusuk ketika penderita batuk, bersin, atau bergerak ke posisi tertentu.
Gejala ini biasanya terjadi pada saraf-saraf yang terpengaruh.
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan berjalan, seperti sering tersandung serta sulit mengangkat atau menahan beban.
HNP biasanya terjadi pada tulang belakang bagian bawah (lumbar), terutama di antara tulang lumbar keempat dan kelima, atau tulang lumbar kelima dan sakrum.
Pasalnya, lumbar merupakan tulang yang paling banyak menopang berat badan. Meski begitu, penyakit ini juga dapat muncul di bagian leher.
Karena itu, gejala hernia nukleus pulposus yang khas akan tergantung pada lokasi terjadinya saraf terjepit. Berikut penjelasannya:
Sensasi panas seperti terbakar, kesemutan, baal yang menjalar dari pantat hingga kaki, bahkan telapak kaki. Seringkali hanya satu sisi kaki saja yang terkena.
Nyeri biasanya dideskripsikan seperti tersetrum dan tajam. Keluhan nyeri dapat memberat ketika pasien berdiri, berjalan, atau duduk.
Meluruskan kaki di bagian yang terkena juga dapat membuat nyeri makin parah. Nyeri kaki juga dapat disertai dengan nyeri punggung bawah.
Keluhan dapat berupa nyeri pada leher atau bahu. Nyeri akan memberat saat leher digerakkan. Rasa sakit bisa menjalar hingga ke lengan dan jari-jari tangan.
Keluhan lain juga bisa muncul dan meliputi kesemutan atau baal di lengan maupun bahu.
Penyebab hernia nukleus pulposus belum diketahui dengan pasti. Kondisi ini sering terjadi secara perlahan-lahan dan tanpa penyebab.
Meski begitu, para pakar menduga bahwa faktor-faktor risiko hernia nukleus pulposus di bawah ini berkaitan dengan kemunculannya:
Penuaan adalah faktor risiko umum dari hernia nukleus pulposus. Saat usia bertambah, cairan dalam nukleus pulposus di tulang belakang akan semakin berkurang.
Sebagai kibatnya, piringan mengalami penurunan fleksibilitas dan lebih rentan robek, bahkan hanya dengan peregangan atau gerakan memutar yang ringan.
HNP juga dipengaruhi oleh faktor keturunan.
Sulit untuk mengetahui gerakan seperti apa yang dapat memicu HNP. Cara mengangkat barang yang kurang tepat dapat memicu hernia. Contohnya, menumpukan berat pada otot punggung dibandingkan pada otot kaki dan paha.
Walau jarang, peristiwa traumatis juga dapat menyebabkan HNP. Misalnya, jatuh dan pukulan keras pada tulang belakang.
Mengangkat beban berat atau memutar tubuh bagian atas secara tiba-tiba juga dapat mencederai nukleus pulposus.
Berat badan berlebih dapat meningkatkan beban ekstra pada nukleus pulposus di punggung bawah.
Orang dengan profesi yang menuntut aktivitas fisik berat, memiliki risiko lebih tinggi mengalami HNP. Gerakan mengangkat, mendorong, memutar, dan membungkuk secara berulang dapat meningkatkan risiko hernia nukleus pulposus.
Merokok dapat menurunkan kadar oksigen ke nukleus pulposus, menyebabkan cakram lebih cepat rusak.
Diagnosis hernia nukleus pulposus dilakukan dengan cara-cara berikut:
Tahap awal diagnosis adalah dengan pemeriksaan fisik. Dokter akan mengecek kondisi punggung pasien untuk mengetahui ada tidaknya nyeri saat ada tekanan atau gerakan.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan saraf untuk mengecek refleks dam kekuatan otot, kemampuan berjalan, serta kemampuan merasakan sentuhan atau getaran.
Pada banyak kasus, pemeriksaan fisik dan riwayat medis dibutuhkan untuk membuat diagnosis yang tepat. Namun jika mencurigai adanya penyakit atau kondisi lain, dokter dapat menganjurkan sederet pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan ini biasanya tidak mendeteksi hernia, tetapi dapat dilakukan untuk menunjukkan penyebab sakit punggung. Misalnya, infeksi, tumor, atau tulang patah.
CT scan dapat mengambil sejumlah gambar dari arah yang berbeda agar struktur tulang belakang tampak lebih jelas.
Prosedur MRI menggunakan gelombang radio dan medan magnet untuk menciptakan gambaran dari struktur dalam tubuh, salah satunya tulang belakang. Tes ini bertujuan mengonfirmasi lokasi hernia dan melihat lokasi saraf yang teriritasi.
Zat kontras akan disuntikkan oleh dokter ke tulang belakang pasien sebelum pemeriksaan X-ray. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan tekanan pada tulang belakang atau saraf karena hernia atau kondisi lainnya.
Advertisement
Cara mengatasi hernia nukleus pulposus atau saraf kejepit dapat dilakukan melalui sederet langkah di bawah ini:
Jika sakit yang dirasakan tidak membaik dalam beberapa minggu, dokter dapat menyarankan terapi fisik (fisioterapi). Pasien akan belajar mengenai posisi dan latihan yang dirancang untuk meminimalisir sakit karena HNP.
Dokter akan menyarankan operasi jika perawatan konservatif dengan obat-obatan dan fisioterapi tidak efektif untuk meringankan gejala setelah enam minggu, terutama jika penderita selalu mengalami:
Bila terus dibiarkan tanpa penanganan, hernia nukleus pulposus bisa memicu komplikasi berupa:
Pada kondisi berat, terjepitnya serabut saraf bisa menyebabkan gangguan motorik yang ditandai dengan kelemahan fungsi gerak.
Meski jarang terjadi, komplikasi ini perlu diperhatikan dan ditangani dengan baik untuk mencegah gangguan motorik permanen.
Walau jarang, sindrom cauda equina juga bisa menjadi komplikasi saraf kejepit. Kondisi disebabkan oleh terjepitnya saraf tulang belakang di bagian lumbar dan sakral.
Gejala sindrom cauda equina meliputi gangguan fungsi berkemih dan buang air besar. Operasi diperlukan untuk mengatasinya.
Terdapat berbagai cara dapat dilakukan untuk mencegah hernia nukleus pulposus. Beberapa di antaranya meliputi:
Menguatkan otot akan membantu dalam menstabilkan dan menyokong tulang belakang.
Postur tubuh yang benar dapat mengurangi tekanan pada tulang belakang dan piringan nukleus pulposus.
Kelebihan berat badan menyebabkan terlalu banyak tekanan pada tulang belakang dan nukleus pulposus. Akibatnya, bagian-bagian tersebut lebih rentan untuk mengalami hernia.
Konsultasikan ke dokter jika Anda merasakan:
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis hernia nukleus pulposus. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved