1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Hepatitis C adalah radang hati yang bisa ditularkan melalui kontak darah
Hepatitis C adalah peradangan pada hati akibat infeksi virus hepatitis C. Hepatitis jenis ini ditularkan melalui kontak darah, transplantasi organ, hubungan seksual, dan sebagainya.
Infeksi virus hepatitis C kerap tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Keluhan baru terasa ketika penderita sudah mengalami kerusakan hati yang parah.
Oleh karena itu, pemeriksaan skrining hepatitis C sangat penting untuk orang-orang yang berisiko tinggi mengalami infeksi ini.
Penanganan sejak dini akan menentukan tingkat kesembuhan infeksi hepatitis C. Bila tidak ditangani dengan baik, hepatitis C kronis (menahun) dapat menimbulkan komplikasi berupa gagal hati, kanker hati, bahkan kematian.
Gejala hepatitis C sering tidak terasa pada masa-masa awal infeksi. Inilah yang menyebabkan penderita baru menyadari penyakitnya setelah berlangsung lama atau kronis.
Hepatitis C terbagi dalam dua jenis, yakni akut dan kronis. Hepatitis C akut umumnya berlangsung dalam beberapa bulan, dan kerap sembuh tanpa penanganan khusus (sekitar 6 bulan). Bla bergejala, keluhan biasa muncul pada 1-3 bulan setelah penderita terpapar virus.
Meski begitu, 75-85 persen dari keseluruhan kasus hepatitis C akut bisa berkembang menjadi hepatitis C kronis (jangka panjang). Jenis infeksi kronis bisa berujung pada kerusakan hati dan kanker hati jika terus dibiarkan.
Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk mengenali gejala hepatitis C secepat mungkin. Berikut penjelasannya:
Mungkin saja ada tanda dan gejala hepatitis C yang tidak disebutkan. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan keluhan tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.
Penyebab penyakit hepatitis C adalah infeksi virus hepatitis C. Virus ini dapat ditularkan melalui:
Selain cara penularan tersebut, faktor-faktor risiko hepatitis C di bawah ini perlu diwaspadai:
Meski begitu, hepatitis C tidak dapat menyebar melalui:
Diagnosis hepatitis C dapat dipastikan dengan cara:
Dokter akan menanyakan mengenai gejala dan riwayat penyakit pasien terlebih dulu.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi perabaan pada perut bagian atas, tempat organ hati. Langkah ini bertujuan menentukan ada tidaknya pembengkakan hati.
Tes darah terdiri dari pemeriksaan antibodi hepatitis C dan PCR. Hasilnya biasa keluar dalam 2 minggu.
Tes antibodi bertujuan menentukan apakah pasien pernah terpapar virus hepatitis C atau tidak. Bila pernah terpapar, hasilnya akan positif.
Namun hasil positif dari tes antibodi hepatitis C tidak otomatis berarti pasien sedang mengalami infeksi virus hepatitis C. Untuk memastikannya, pasien perlu menjalani pemeriksaan lanjutan berupa tes PCR.
Tes PCR akan menentukan apakah virus hepatitis C masih terdapat dalam tubuh pasien atau tidak. Hasil yang positif menandakan bahwa tubuh pasien belum sepenuhnya berhasil melawan virus, dan infeksi telah berkembang menjadi hepatitis C kronis.
USG dilakukan untuk mengevaluasi apakah organ liver mengerut atau tidak. Apabila sudah mengerut, kondisi ini mungkin menandakan adanya jaringan parut pada hati (sirosis).
Karena hepatitis C bisa memicu kerusakan pada hati, dokter harus mengevaluasi fungsi hati pasien. Pemeriksaan ini juga dilakukan melalui tes darah yang akan mengukur kadar protein atau enzim dalam hati.
Pemeriksaan MRE memungkinkan dokter untuk mengecek ada tidaknya kerusakan pada hati.
Transient elastography adalah pemindaian untuk mendeteksi apakah ada kerusakan hati yang terjadi atau tidak pada pengidap hepatitis C.
Untuk mendeteksi kerusakan hati, dokter bisa menganjurkan biopsi hati. Prosedur ini dilakukan untuk mengambil sedikit sampel jaringan dari hati, kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Advertisement
Cara mengobati hepatitis C umumnya akan tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan seberapa lama pasien sudah mengalami kondisi tersebut.
Sebagian besar hepatitis C jenis akut bisa sembuh dengan sendirinya, terutama bila penderita memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Penyakit ini bahkan tidak disadari oleh penderita karena tidak bergejala.
Namun untuk penderita hepatitis C yang mengalami gejala atau komplikasi tertentu, beberapa metode penanganan di bawah ini bisa dianjurkan oleh dokter:
Obat antivirus yang biasa digunakan untuk mengatasi hepatitis C adalah kombinasi PEG-INF (pegylated interferon) dan ribavirin.
PEG-INF tersedia dalam bentuk suntik yang diberikan setiap minggu. Sedangkan ribavirin tersedia dalam bentuk pil yang diminum dua kali sehari. Kedua obat ini umumnya digunakan selama 6 bulan.
Namun pada tahun 2011, terdapat obat b hepatitis C baru yang diperkenalkan. Obat ini adalah golongan direct-acting antivirus (DAA).
DAA lebih efektif daripada kombinasi PEG-INF dan ribavirin. Efek sampingnya juga lebih minimal.
Karena itu, DAA telah menjadi penanganan standar untuk penderita hepatitis C kronis. Contoh obat ini meliputi simeprevir, paritaprevir, glecaprevir, dan grazoprevir.
Dua golongan obat baru, yang termasuk dalam interferon-free therapy, telah tersedia di Amerika Serikat sejak tahun 2014. Obat ini sudah terbukti dapat menyembuhkan lebih dari 90 persen penderita hepatitis C. Efek sampingnya juga relatif lebih ringan.
Vaksin hepatitis dan B diberikan untuk mencegah kedua penyakit yang bersangkutan. Pasalnya, bila penderita hepatitis C juga mengalami infeksi hepatitis A dan B, kerusakan hati yang terjadi akan bertambah parah.
Transplantasi hati dapat direkomendasikan bagi penderita hepatitis C yang sudah mengalami komplikasi berupa kerusakan hati. Contohnya, sirosis dan kanker hati.
Dokter spesialis bedah akan mengangkat bagian hati pasien yang rusak dan menggantinya dengan jaringan hati yang sehat dari pendonor.
Guna mencegah komplikasi dan pemburukan kondisi, penderita hepatitis C juga dianjurkan untuk memperbaiki gaya hidupnya. Mulai dari berhenti merokok, rutin berolahraga, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, tidak minum alkohol, serta selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan.
Bila tidak ditangani dengan benar, hepatitis C dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Berbeda dengan hepatitis A dan B yang telah memiliki vaksin, vaksin hepatitis C belum tersedia. Namun Anda dapat menerapkan beberapa cara di bawah ini untuk mencegah hepatitis C:
Hubungi dokter bila apabila Anda mengalami gejala-gejala yang terasa mencurigakan, terutama keluhan berikut:
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis hepatitis C agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved