1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Penderita hemofilia mengalami perdarahan dengan waktu yang lebih lama dan lebih sering.
Hemofilia adalah penyakit langka yang terjadi ketika seseorang tidak memiliki faktor pembekuan yang cukup dalam tubuhnya. Bersama trombosit, protein yang disebut faktor koagulasi bekerja menjalankan proses pembekuan darah. Hal ini diperlukan untuk menghentikan perdarahan apabila tubuh mengalami cedera.
Tingkat keparahan hemofilia ditentukan oleh jumlah faktor koagulasi dalam darah. Semakin rendah jumlah faktor koagulasi, semakin besar kemungkinan terjadinya perdarahan. Berdasarkan faktor pembentuknya, hemofilia terbagi ke dalam 3 tipe, yakni hemofilia tipa A, B dan C.
Kurangnya faktor koagulasi pada tubuh akan mengakibatkan seseorang lebih lama sembuh dari cedera dan meningkatkan risiko perdarahan yang terjadi di jaringan tubuh (perdarahan internal). Luka kecil yang dialami penderita hemofilia umumnya tidak terlalu berbahaya. Namun, apabila terjadi perdarahan internal, terutama pada bagian lutut, pergelangan kaki atau siku, hal itu dapat merusak organ dan jaringan sehingga bisa mengancam nyawa.
Hemofilia diturunkan secara genetik dan tidak bisa disembuhkan. Namun terdapat pengobatan berupa penggantian faktor pembekuan darah. Terapi ini berguna untuk mengelola gejala yang mungkin timbul dari hemofilia.
Pengidap hemofilia biasanya mengalami perdarahan yang lebih sering dan dengan waktu yang lebih lama dibandingkan orang yang tidak mengalaminya. Perdarahan yang terjadi dapat berupa perdarahan luar atau di dalam jaringan tubuh.
Perdarahan pada penderita hemofilia tipe A berlangsung paling lama dibandingkan tipe hemofilia lainnya. Wanita dengan hemofilia tipe A sering mengalami menstruasi dan perdarahan berat pasca melahirkan. Sedangkan perdarahan pada penderita hemofilia tipe C sering ditunjukkan dengan peristiwa mimisan atau perdarahan yang berlangsung lama pasca cabut gigi.
Terdapat 3 derajat keparahan dalam hemofilia:
Ketika terjadi perdarahan, tubuh akan otomatis menyatukan sel-sel darah untuk membentuk gumpalan demi menghentikan perdarahan. Proses tersebut membutuhkan beberapa partikel darah spesifik, yang disebut faktor koagulasi. Hemofilia terjadi ketika faktor koagulasi tersebut kurang dari jumlah yang seharusnya.
Terdapat 3 tipe hemofilia berdasarkan jenis faktor koagulasi yang kurang di dalam tubuh, yaitu:
Pada hemofilia tipe A, penderita kekurangan protein faktor VIII.
Pada hemofilia tipe B, penderita kekurangan protein faktor IX.
Pada hemofilia tipe C, penderita kekurangan protein faktor XI.
Hemofilia merupakan penyakit yang diturunkan. Kurangnya faktor koagulasi pada tubuh disebabkan oleh mutasi gen pada salah satu faktor koagulasi. Gen pria dan wanita terdiri atas 2 kromosom yang nantinya akan berpasangan. Gen pria terdiri atas kromosom X dan Y lalu membentuk gen XY, sementara gen wanita terdiri atas kromosom X dan X lalu membentuk gen XX.
Hemofilia diturunkan melalui kromosom X. Pada wanita, hemofilia terjadi apabila pada kedua kromosom X terjadi mutasi gen. Apabila hanya ada 1 kromosom X yang mengalami mutasi, maka wanita tersebut adalah karier. Pada pria, jika kromosom X mengalami mutasi maka Ia langsung menderita hemofilia.
Namun, pada kasus yang jarang, hemofilia bisa terjadi karena mutasi gen yang terjadi begitu saja. Jenis mutase gen tersebut sering dikaitkan dengan beberapa kondisi, seperti :
Baca juga : Begini Proses Pembekuan Darah Sehingga Perdarahan Terhenti Pada Luka
Dokter akan melakukan wawancara mengenai gejala dan perjalanan penyakit. Kemudian, dokter menegakkan diagnosis dengan mengukur kadar faktor VIII, XI dan XI dalam darah dan melakukan tes koagulasi.
Jika memiliki sejarah keluarga dengan hemofilia atau ibu yang diketahui sebagai pembawa, test diagnosa akan dilakukan pada sang ibu saat usia kehamilan memasuki 10 minggu. Tes ini disebut diagnosis prenatal.
Pada anak, dokter biasanya mendiagnosis kasus parah pada tahun pertama kehidupan bayi. Contoh gejala yang akan diperhatikan oleh dokter adalah apakah anak mudah memar, atau berdarah lebih lama jika mengalami luka kecil.
Advertisement
Pengobatan hemofilia dilakukan dengan terapi pengganti (replacement therapy). Prosedur ini dilakukan dengan mengganti protein faktor koagulasi yang kurang dalam tubuh penderita, sesuai dengan tipe hemofilia yang dialami.
Protein faktor koagulasi bisa digantikan dengan donor dari darah manusia atau dengan produk sintesis (recombinant clotting factor). Produk sintetis ini lebih sering digunakan karena memiliki risiko penularan infeksi yang lebih kecil.
Replacement therapy ditujukan untuk mengurangi keparahan perdarahan yang telah terjadi. Terapi ini juga dapat diberikan secara teratur di rumah untuk membantu mencegah terjadinya perdarahan. Umumnya, pasien memerlukan terapi ini secara berulang.
Namun, pada saat terjadi perdarahan yang tidak berhenti, Dokter akan memberikan terapi lanjutan sesuai kondisi pasien (demand therapy).
Di samping itu, beberapa bentuk perawatan berikut sering diberikan pada pasien hemofilia, antara lain:
Baca juga: Cara Menghentikan Perdarahan yang Tepat Saat Terluka
Hemofilia tidak dapat dicegah. Akan tetapi ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari perdarahan yang berlebihan dan mencegah komplikasi.
Baca jawaban dokter: Bagaimana mengobati mimisan?
Apabila Anda mengalami gejala seperti yang telah ditulis di atas, atau apabila ada gejala lainnya yang mengkhawatirkan, maka segeralah konsultasikan ke dokter.
Segera cari pertolongan apabila ada gejala berikut:
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis hemofilia agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved