logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kembali ke Daftar Penyakit

Graft Versus Host Disease

1 Jun 2021

| dr. Levina Felicia

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

Gejala Graft versus host disease bisa bervariasi

Graft versus host disease bisa menyerang berbagai bagian tubuh

Pengertian graft versus host disease

Graft versus host disease (GvHD) adalah kondisi medis yang mungkin terjadi setelah seseorang menjalani transplantasi organ yang berasal dari orang lain. Contohnya, transplantasi sel punca (stem cell) dari pendonor dengan hubungan kerabat dekat maupun jauh.

Apabila pendonor dan penerima organ tidak mempunyai hubungan darah sama sekali, risiko GvHD akan lebih tinggi.

Transplantasi sel punca merupakan terapi umum untuk berbagai jenis kanker (termasuk kanker darah dan kanker kelenjar getah bening), serta kondisi medis yang berkaitan dengan darah atau sistem kekebalan tubuh.

Ketika masuk ke dalam tubuh penerima (resipien), sel dari pendonor akan menganggap sel resipien sebagai benda asing. Akibatnya, sel pendonor akan menyerang sel-sel dalam tubuh resipien.

Penyakit graft versus host termasuk komplikasi pascatransplantasi organ yang cukup sering terjadi. Diperkirakan ada sekitar empat kasus GvHD dalam lima orang yang menjalani prosedur ini.

 

Jenis-jenis graft versus host disease

Pada umumnya, graft versus host disease terbagi dalam dua jenis berikut:

  • Graft versus host disease akut

Graft versus host disease akut terjadi dalam 100 hari pertama sejak transplantasi sel punca, paling sering pada 2-3 minggu setelah prosedur. Pada masa-masa ini, sumsum tulang belakang baru mulai menghasilkan sel darah dan sel imun pendonor menyerang sel resipien.

GvHD akut dapat menyerang kulit, hati, dan usus, serta menimbulkan gejala berupa ruam kulit, diare, atau peningkatan enzim hati. Beberapa pasien kemudian dapat mengalami GvHD kronis.

  • Graft versus host disease kronis

Graft versus host disease kronis lebih umum terjadi pada pasien yang telah mengalami GvHD akut. Kondisi ini dapat terjadi dalam tiga bulan hingga satu tahun pascatransplantasi sel punca.

GvHD kronis dapat bersifat ringan hingga berat. Gejala bisa berupa gangguan kulit dan rambut rontok, serta merusak organ lain (seperti paru-paru dan hati).

 

Tanda dan gejala graft versus host disease

Gejala graft versus host disease berbeda-beda tergantung jenisnya di bawah ini:

Gejala graft versus host disease akut

  • Nyeri atau kram perut, mual, muntah, dan diare
  • Penumpukan zat buangan pada hati, sehingga membuat kulit dan bagian putih mata penderita menjadi kuning (jaundice)
  • Ruam kulit, gatal, dan kemerahan pada kulit
  • Meningkatnya risiko infeksi
  • Kadar sel darah merah atau sel trombosit yang rendah
  • Demam

Gejala graft versus host disease kronis

  • Mata kering dan sering mengalami iritasi
  • Mata yang lebih sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
  • Rasa perih pada mata atau perubahan penglihatan
  • Mulut dan dan kerongkongan yang kering, sehingga dapat menyebabkan terbentuknya luka
  • Bercak keputihan dalam mulut dan lebih sensitif terhadap makanan pedas
  • Rasa lelah
  • Kelemahan otot
  • Nyeri kronis
  • Nyeri atau kaku sendi
  • Ruam kulit dengan warna kulit yang lebih gelap
  • Penebalan dan pengerasan kulit
  • Sesak napas karena kerusakan paru-paru
  • Vagina yang kering dan sering mengalami iritasi
  • Berat badan menurun
  • Warna kulit menjadi lebih gelap
  • Kuku yang rapuh
  • Rambut rontok dan beruban
  • Kerusakan kelenjar keringat
  • Sering mengalami mengi, yakni bunyi ‘ngik’ pada tiap tarikan napas
  • Batuk yang tak kunjung sembuh
  • Cytopenia, yaitu berkurangnya jumlah sel darah dewasa
  • Perikarditis, yakni pembengkakan pada membran di sekeliling jantung yang menyebabkan nyeri dada

 

Penyebab graft versus host disease

Penyabab graft versus host disease adalah sel-sel pendonor yang menyerang sel-sel dalam tubuh penerima donor (resipien) karena menganggapnya benda asing layaknya bakteri atau virus. Akibatnya, gejala yang mengganggu akan muncul.

Semua orang memiliki protein unik bernama human leukocyte antigen (HLA). Protein ini diturunkan dari kedua orang tua pada anaknya, dan hanya sama pada kembar identik.

Untuk mencegah terjadinya GvHD, HLA pendonor dan resipien akan dicocokkan sebelum transplantasi untuk memastikan HLA semirip mungkin.

 

Faktor risiko graft versus host disease 

Faktor- faktor di bawah ini dianggap bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami graft versus host disease:

  • Menjalani transplantasi sel punca
  • Pendonor dan resipien tidak memiliki hubungan darah yang dekat
  • Pendonor atau resipien yang sudah tua
  • Pendonor dan resipien memiliki jenis kelamin yang berbeda
  • Pendonor pernah hamil
  • Terdapat perbedaan HLA pada pendonor dan resipien
  • Sel punca pendonor memiliki kadar sel T yang tinggi
  • Pendonor terinfeksi cytomegalovirus (CMV), dan resipien belum pernah terinfeksi CMV
  • Resipien menerima sel darah putih dari pendonor

 

Diagnosis graft versus host disease

Diagnosis graft versus host disease umumnya akan dipastikan oleh dokter berdasarkan metode-metode pemeriksaan di bawah ini:

  • Tanya jawab

Dokter akan memulai pemeriksaan dengan menanyakan gejala, riwayat operasi maupun transplantasi pasien.

  • Pemeriksaan fisik

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada organ yang mengalami masalah akibat graft versus host disease. Misalnya pada kulit, sistem pencernaan, dan hati.

  • Tes darah

Tes darah bertujuan menghitung jumlah sel darah, kondisi kimiawi darah, dan melihat fungsi hati pasien.

  • Biopsi

Biopsi adalah prosedur pengambilan sampel jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop.

 

Advertisement

Cara mengobati graft versus host disease

Cara mengobati graft versus host disease bisa bermacam-macam. Mari simak penjelasannya di bawah ini:

1. Obat penekan sistem imun

Nama medis dari obat penekan sistem imun adalah imunosupresan, yang merupakan penanganan GvHD yang utama. Jenis obat ini terdiri dari:

  • Obat kortikosteroid

Prednisolone atau methylprednisolone merupakan contoh obat kortikosteroid yang bisa diresepkan oleh dokter.

  • Imunosupresan jenis lain

Selain kortikosteroid, obat imunosupresan lain yang dapat digunakan dalam menangani graft versus host disease meliputi antithymocyte globulin, sirolimus, tacrolimus, denileukin diftitox, daclizumab, infliximab, micofenolat mofetil, etanercept, pentostatin, serta thalidomide.

Karena berfungsi menurunkan sistem kekebalan tubuh, risiko pasien untuk terkena penyakit lain ketika mengonsumsi obat imunosupresan akan meningkat. Misalnya, infeksi bakteri dan infeksi jamur.

Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk lebih waspada dan menjalani pemeriksaan medis secara rutin guna memantau kondisi kesehatannya.

2. Extracorporeal photophoresis

Extracorporeal photophoresis (ECP) adalah terapi yang melibatkan kombinasi leukoferesis dan terapi fotodinamik.

Darah pasien akan diambil kemudian diberi paparan sensitizing agent diikuti dengan radiasi ultraviolet. Setelah itu, darah ini akan kembali dimasukkan ke tubuh pasien melalui infus.

3. Penanganan lainnya

Untuk meringankan gejala spesifik yang muncul, dokter juga bisa merekomendasikan langkah-langkah berikut:

  • Menggunakan krim kortikosteroid bila pasien mengalami ruam-ruam yang gatal.
  • Menjaga kulit agar tetap lembap dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.
  • Bagi pasien yang mengalami diare, komplikasi berupa dehidrasi bisa terjadi. Karena itu, pada kasus dehidrasi yang berat, pasien mungkin perlu rawat inap di rumah sakit untuk menerima cairan melalui infus.
  • Memakai obat kumur khusus untuk membersihkan mulut dan menjaganya agar tetap lembap.
  • Menggunakan obat tetes mata berisi air mata buatan atau obat kortikosteroid untuk mencegah mata kering dan iritasi.

 

Komplikasi graft versus host disease

Komplikasi graft versus host disease bisa berupa:

  • Risiko infeksi yang tinggi

Ini merupakan komplikasi utama karena penggunaan obat-obatan imunosupresan untuk mengatasi GvHD akut maupun kronis. Infeksi yang paling sering terjadi adalah infeksi jamur dan bakteri.

  • Perikarditis

Perikarditis adalah peradangan pada membran di sekeliling jantung.

  • Pleuritis

Pleuritis merupakan peradangan pada membran di sekeliling paru-paru. Kondisi ini hanya terjadi pada sebagian kecil kasus GvHD.

Meski begitu, pleuritis dapat memicu terjadinya efusi perikardial (penumpukan cairan dalam membran jantung) dan efusi pleura (penumpukan cairan dalam membran paru-paru). Efusi perikardial bisa menyebabkan kematian pada pasien GvHD.

 

Cara mencegah graft versus host disease

Beberapa cara mencegah graft versus host disease melibatkan kemajuan dalam teknologi transplantasi organ. Perkembangan ini telah banyak mengurangi kasus GvHD.

Salah satu teknik khusus tersebut adalah menentukan apakah sel pendonor cocok untuk ditransplantasikan ke tubuh resipien.

Menggunakan darah dari tali pusat pasien sendiri sebagai sumber donor sel punca juga dapat mengurangi risiko graft versus host disease. Namun orang tua perlu menyimpan tali pusat bayi di fasilitas khusus ketika Si Kecil lahir.

Saat ini, cukup banyak fasilitas kesehatan yang menyediakan jasa penyimpanan tali pusat. Jadi ketika dibutuhkan, sel dari tali pusat ini dapat digunakan.

 

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter

Segera berkonsultasi ke dokter bila Anda mengalami gejala graft versus host disease setelah menjalani transplantasi organ.

 

Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Berkonsultasi dengan Dokter

Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:

  • Buat daftar seputar gejala yang Anda rasakan.
  • Catat riwayat penyakit yang pernah dan sedang Anda alami. Demikian pula dengan riwayat medis keluarga.
  • Catat semua obat, suplemen, obat herbal, atau vitamin yang Anda konsumsi.
  • Catat pertanyaan-pertanyaan yang ingin Anda ajukan pada dokter.
  • Mintalah keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi ke dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.

 

Apa yang Akan Dilakukan Dokter pada Saat Konsultasi

Saat pemeriksaan, dokter mungkin akan mengajukan beberapa pertanyaan berikut:

  • Apa saja gejala yang dialami?
  • Sejak kapan gejala tersebut muncul?
  • Apakah Anda memiliki faktor risiko terkait graft versus host disease?
  • Apakah penerima donor pernah menjalani transplantasi organ atau sel punca, maupun transfusi darah?
  • Apakah pendonor memiliki hubungan kerabat dekat dengan penerima?
  • Apa saja penyakit yang sedang atau pernah dialami?
  • Apa saja obat-obatan yang rutin dikonsumsi?

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis graft versus host disease. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.

Advertisement

operasipenyakit komplikasitransplantasi ginjalimunitas turun

Bagikan

Penyakit Terkait

Artikel Terkait

no image

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved