1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Giant cell arteritis sering terjadi pada arteri di pelipis
Giant cell arteritis adalah inflamasi pada lapisan pembuluh darah arteri, terutama arteri di pelipis. Oleh karena itu, penyakit ini juga dikenal dengan sebutan temporal arteritis.
Peradangan arteri menyebabkan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah, sehingga menghambat aliran darah. Gejala giant cell arteritis yang paling umum ialah sakit kepala dan kulit kepala terasa nyeri jika disentuh.
Keadaan ini harus diobati dengan baik agar bisa disembuhkan dengan baik. Pengobatan yang tepatj juga dibutuhkan untuk meredakan gejala yang mungkin ditimbulkannya. Tanpa perawatan memadai, kondisi ini bukan tidak mungkin akan menyebabkan komplikasi yang menakutkan.
Pada tahap awal, gejala giant cell arteritis menyerupai keluhan yang dirasakan ketika Anda flu. Mulai dari lemas, tidak selera makan, hingga demam.
Seiring perkembangan penyakit, penderita bisa mengalami gejala-gejala lain yang meliputi:
Penyebab giant cell arteritis tidak diketahui secara pasti hingga sekarang. Kondisi autoimun diduga menjadi pemicunya, di mana sistem kekebalan tubuh yang keliru dan malah menyerang sel-sel yang sehat.
Terdapat sejumlah faktor yang diperkirakan dapat meningkatkan risiko kemunculan penyakit ini. Beberapa faktor risiko giant cell arteritis tersebut meliputi:
Wanita memiliki risiko sebanyak dua kali lipat untuk mengalami penyakit ini dibandingkan pria.
Penyakit ini hanya menyerang orang dewasa dan sangat jarang terjadi pada orang berusia di bawah 50 tahun. Umumnya, penderita berusia 70 hingga 80 tahun.
Penyakit ini meningkatkan risiko terjadinya giant cell arteritis.
Apabila Anda memiliki anggota keluarga kandung yang mengidap giant cell arteritis, risiko Anda untuk mengalami penyakit yang sama juga bisa meningkat.
Giant cell arteritis lebih banyak menyerang orang berkulit putih di Eropa Utara atau memiliki ras Scandinavian.
Giant cell arteritis termasuk penyakit yang sulit didiagnosis karena gejala awalnya menyerupai keluhan penyakit-penyakit lain. Untuk menentukan diagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berikut penjelasannya:
Dokter akan menanyakan seputar gejala yang dialami oleh penderita dan apakah ada anggota keluarga kandung yang juga mengalami gejala yang serupa.
Dokter akan memeriksa tubuh penderita dengan tujuan mendeteksi gejala giant cell arteritis, seperti kulit pelipis yang terasa nyeri bila ditekan.
Dokter akan mengambil sampel darah pasien untuk mengecek laju endap darah dan C-reactive protein (CRP). Kadar CRP bisa menandakan ada tidaknya peradangan.
Contoh pemeriksaan memindaian bisa berupa Doppler ultrasound, magnetic resonance angiography (MRA), dan PET scan. Selain mendiagnosis penyakit, pemeriksaan ini juga akan membantu dokter dalam memantau respons pasien terhadap pengobatan.
Biopsi adalal prosedur pengambilan sampel jaringan. Dalam hal ini, dokter akan mengambil sampel dari arteri temporal.
Sampel tersebut kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada giant cell arteritis, akan ditemukan sel-sel besar yang menandakan adanya peradangan.
Advertisement
Giant cell arteritis harus segera diobati untuk mencegah komplikasi kebutaan. Oleh karena itu, dokter terkadang memberikan obat bahkan sebelum diagnosis dipastikan. Rangkaian pengobatan yang mungkin dianjurkan oleh dokter bisa meliputi:
Penanganan giant cell arteritis yang utama adalah pemberian kortikosteroid. Contohnya, prednisone dalam dosis tinggi.
Obat kortikosteroid umumnya diberikan selama satu hingga dua tahun. Setelah sebulan pertama, dokter akan menurunkan dosis secara bertahap hingga dosis minimal.
Apabila pengurangan dosis kortikosteroid menyebabkan kambuhnya gejala, dosis obat akan kembali ditingkatkan. Dokter juga mungkin meresepkan methotrexate, yakni obat penekan sistem kekebalan tubuh.
Efek samping kortikosteroid yang digunakan jangka panjang meliputi osteporosis, hipertensi, dan kelemahan otot. Karena itu, dokter akan rutin memantau kepadatan tulang serta meresepkan suplemen vitamin D, kalsium, atau obat lainnya yang dapat mencegah penurunan densitas tulang.
Untuk mengendalikan gejala serta membantu dalam mengurangi efek samping obat, Anda bisa melakukan beberapa perubahan gaya hidup. Misalnya, menerapkan pola makan yang sehat dan berolahraga secara teratur.
Kosumsi vitamin D dan kalsium yang cukup juga harus dilakukan. Pasien wanita di atas 50 tahun atau pria di atas 70 tahun sebaiknya mengonsumsi sekitar 1.200 miligram kalsium dan 800 IU vitamin D setiap hari.
Olahraga kardio, seperti jalan santai, yang dilakukan secara rutin dapat mencegah penurunan kepadatan tulang, peningkatan tekanan darah, dan diabetes. Jangan lupa pula untuk menjalani pemeriksaan medis secara berkala dan sesuai anjuran dokter.
Aspirin dosis rendah (75 mg hingga 150 mg) yang dikonsumsi tiap hari juga dapat menurunkan risiko kebutaan dan stroke.
Apabila tidak ditangani dengan saksama, penyakit ini bisa memicu berbagai komplikasi yang meliputi:
Berkurangnya aliran darah ke mata dapat menyebabkan kebutaan pada salah satu atau kedua mata. Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit, dan kerap bersifat permanen.
Giant cell arteritis sering menyebabkan aneurisma, yaitu penggembungan pembuluh darah karena dindingnya yang melemah atau menipis. Kondisi ini umumnya terjadi pada aorta.
Pembuluh darah yang menggembung tersebut bisa pecah dan menyebabkan perdarahan dalam yang mengancam jiwa penderita.
Meski jarang, kompliasi stroke juga bisa terjadi pada penderita giant cell arteritis.
Karena penyebabnya belum diketahui secara pasti, cara mencegah giant cell arteritis juga tidak tersedia hingga saat ini.
Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala giant cell arteritis maupun keluhan yang terasa mencurigakan.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis giant cell arteritis agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved