4 Apr 2023
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Gejala GERD muncul karena asam lambung yang naik ke kerongkongan
Gastroesophageal reflux disease atau GERD adalah kondisi asam lambung yang kembali naik ke kerongkongan (esofagus). Kondisi ini menyebabkan heartburn, sakit dada, serta iritasi pada kerongkongan.
Ketika seseorang berdiri atau duduk, gravitasi membantunya untuk mencegah isi perut kembali naik ke esophagus. Karena itu, gejala GERD bisa memburuk ketika penderita sedang berbaring.
Penyakit refluks gastroesofagus umum terjadi beberapa saat setelah penderita makan, saat jumlah dan keasaman dalam lambung lebih tinggi, dan otot katup (sfingter) lambung tidak bekerja dengan baik.
Kebanyakan orang dapat mengendalikan gejala penyakit asam lambung seperti maag dan GERD dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan. Tetapi sebagian penderita lain memerlukan operasi untuk mengatasi keluhannya.
Baca juga: Sama-sama Masalah pada Lambung, Ini Perbedaan GERD dan Maag
Karena beberapa gejala yang mirip, gangguan refluks gastroesofagus sering dikira sebagai penyakit maag atau bahkan serangan jantung.
Sebenarnya, terdapat beragam gejala GERD yang bisa dialami oleh penderita. Mari simak penjelasannya di bawah ini:
Sensasi seperti terbakar di dada (heartburn) merupakan gejala gangguan refluks gastroesofagus yang paling umum. Keluhan ini biasanya terjadi setelah penderita makan, dan memburuk ketika di malam hari.
Heartburn juga bisa semakin parah pada posisi tertentu, misalnya saat pengidap berbaring atau membungkuk.
GERD juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak dengan gejala berupa:
Baca juga: Ini Perbedaan Nyeri Dada Akibat GERD dan Serangan Jantung
Penyebab GERD adalah katup di bagian bawah kerongkongan yang tidak bisa menutup dengan sempurna. Katup satu arah ini biasanya terbuka untuk beberapa waktu ketika Anda menelan, dan pada keadaan normal katup akan tertutup kembali setelahnya.
Ketika katup tidak menutup kembali, akibat yang terjadi adalah asam lambung akan kembali naik ke kerongkongan.
Hingga saat ini, pemicu melemah atau rusaknya katup esofagus belum diketahui. Namun para pakar menduga bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko tersebut.
Faktor-faktor risiko penyakit asam lambung naik meliputi:
Beberapa jenis obat bisa memicu terjadinya refluks asam lambung. Contohnya, obat golongan antikolinergik, antidepresan, antihistamin, beta adrenergik, nitrat, calcium-channel blocker.
Perubahan kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh bisa pula berperan dalam menambah kemungkinan terjadinya GERD. Misalnya, peningkatan hormon progesteron selama kehamilan atau pemberian terapi pengganti hormon estrogen pada wanita menopause.
Orang yang mengalami hernia hiatus dan memiliki sfingter kerongkongan bawah yang pendek (kurang dari 3 cm), dikatakan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan refluks gastroesofagus.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecemasan dapat memperparah gejala GERD.
Khusus pada bayi, gerd dapat disebabkan oleh otot sfingternya yang belum tumbuh dengan sempurna. Ini berarti, penyakit asam lambung naik pada bayi dapat sembuh dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak.
Meski begitu, gejala penyakit asam lambung naik pada bayi perlu diwaspadai jika tak kunjung menghilang setelah Si Kecil berusia satu tahun.
Baca Juga: Makanan Penyebab Asam Lambung yang Harus Dihindari
Untuk memastikan diagnosis GERD, dokter dapat menggunakan beberapa tes di bawah ini:
Pada prosedur endoskopi, dokter akan memasukkan alat lewat tenggorokan hingga ke lambung. Endoskop adalah selang tipis serta lentur yang dilengkapi dengan kamera dan lampu di ujungnya.
Endoskop akan membantu dokter untuk memeriksa bagian dalam kerongkongan dan lambung. Dokter juga bisa sekaligus mengambil sampel jaringan untuk diuji (biopsi).
Esophageal manometry bertujuan mengukur kekuatan otot sfingter kerongkongan. Prosedur ini menggunakan selang kateter yang dilengkapi dengan sensor tekanan.
Dokter akan memasukkan kateter tersebut melalui hidung pasien menuju kerongkongan hingga sampai ke lambung.
Pasien akan diberi cairan kontras bernama barium enema, lalu menjalani X-ray. Lartan ini akan memperjelas ada tidaknya bayangan dan bagian abnormal pada tenggorokan, lambung, dan usus halus.
Dokter akan menggunakan monitor untuk memantau tingkat keasaman dalam kerongkongan. Langkah ini bertujuan memastikan ada tidaknya refluks atau memantau efektivitas terapi penghambat asam yang sedang digunakan.
Baca jawaban dokter: Apa beda sesak nafas karena COVID dan GERD?
Advertisement
Cara mengobati GERD umumnya akan tergantung pada tingkat keparahan penyakit ini dan berapa lama pasien telah mengalaminya. Dokter dapat menyarankan beberapa langkah penanganan di bawah ini:
Meski bukan termasuk pengobatan GERD yang utama, perubahan gaya hidup dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi gejala refluks serta mencegah kekambuhan. Pasien bisa melakukannya dengan:
Sederet obat GERD yang dapat diresepkan oleh dokter meliputi:
Antasida adalah obat untuk menetralkan asam lambung. Obat ini mampu meredakan gejala refluks gastroesofagus dengan cepat.
Umumnya, pengobatan dengan proton pumb inhibitor diberikan oleh dokter selama 6-8 minggu. Setelah itu, penanganan dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan selama empat bulan atau hanya saat diperlukan.
Dokter akan menentukan dosis lanjutan tersebut berdasarkan tingkat keparahan radang kerongkongan (esofagitis) yang dialami oleh pasien.
Omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, dexlansoprazole, dan pantoprazole merupakan contoh obat proton pumb inhibitor yang bisa dirsepkan oleh dokter.
H2 receptor blocker hanya efektif pada pengobatan esofagitis tingkat ringan sampai sedang. Obat ini dapat membantu dalam mengurangi produksi asam lambung. Contohnya, ranitidine, famotidine, cimetidine, dan nizatidine.
Prokinetik merupakan golongan obat yang akan membantu pasien untuk mengosongkan lambung dengan lebih cepat, seperti adalah metoclopramide atau cisapride.
Cara ini dapat dilakukan jika tidak ada perbaikan setelah menerima terapi obat. Jenis operasi yang biasa dilakukan adalah:
Fundoplication adalah operasi untuk mengikat otot sfingter kerongkongan bawah. Dengan ini, refluks bisa dicegah.
LINX adalah alat khusus berupa cincin yang mengandung magnet. Alat ini akan dipasang di bagian sfingter yang melemah.
Magnet pada LINX akan membantu otot sfingter menutup dan mencegah naiknya isi lambung ke kerongkongan.
Dokter juga dapat menggunakan jahitan untuk mengencangkan otot sfingter melalui prosedur endoskopi.
Apabila tidak ditangani dengan saksama, penyakit GERD dapat memicu komplikasi sebagai berikut:
Baca Juga: Antasida Adalah Obat Penetralisir Asam Lambung, tapi Apakah Aman?
Cara mencegah GERD sebenarnya belum ada. Namun Anda bisa melakukan sederet langkah berikut untuk menghindari munculnya gejala penyakit asam lambung naik ini:
Mengalami gejala asam lambung naik bukan berarti Anda pasti mengidap penyakit GERD. Anda perlu menghubungi dokter apabila Anda:
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter Anda mungkin akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada Anda. Bersiap untuk menjawabnya. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis GERD agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved