1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Gastritis terjadi akibat peradangan atau pembengkakan pada lapisan dinding lambung
Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Kondisi ini biasanya terjadi akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori, yang menyebabkan sebagian besar ulkus lambung.
Berdasarkan durasi terjadinya, gatrisis terbagi menjadi gastritis akut dan kronis. Gastritis akut muncul secara tiba-tiba dan parah. Sementara gastritis kronis mengacu pada peradangan jangka panjang, yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun jika tidak ditangani.
Penggunaan obat penghilang nyeri yang kontinyu dan konsumsi alkohol yang berlebihan, dapat menyebabkan gastritis.
Dalam beberapa kasus, kondisi yang sering disebut sebagai maag ini juga dapat memicu ulkus serta meningkatkan risiko kanker lambung. Namun bagi kebanyakan penderita, peradangan dinding lambung ini tidak serius dan bisa membaik dengan pengobatan yang tepat.
Secara umum, tanda dan gejala maag pada pengidap gastritis meliputi:
Mungkin saja ada gejala gastritis yang tidak disebutkan. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan keluhan tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.
Penyebab gastritis bisa bermacam-macam. Pada kondisi normal, dinding lambung memiliki lapisan mukosa yang akan melindungi lambung dari iritasi asam lambung serta enzim pencernaan. Ketika lapisan ini mengalami kerusakan, inflamasi atau peradangan pun akan terjadi.
Terdapat beberapa faktor yang bisa memicu peradangan pada dinding lambung. Apa sajakah faktor risiko gastritis tersebut?
Infeksi bakteri termasuk penyebab gastritis yang umum. Di antara begitu banyak bakteri, Helicobacter pylori merupakan bakteri yang paling sering memicu gastritis.
Infeksi bakteri ini lebih rentan terjadi apabila kebersihan lingkungan, gaya hidup dan, pola makan Anda kurang terjaga.
Seiring bertambahnya usia, lapisan dinding lambung akan semakin menipis. Karena itu, risiko gastritis akan menigkat.
Para orang yang sudah tua juga lebih rentan untuk mengalami infeksi H. pylori serta penyakit autoimun.
Pemakaian obat pereda nyeri yang terlalu sering atau dengan dosis berlebihan, bisa menjadi salah satu faktor risiko gastritis. Khususnya, golongan obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen.
Pasalnya, obat-obatan tersebut mengandung senyawa tertentu yang dapat mengikis lapisan dinding lambung.
Menurus suatu penelitian, stres akibat cedera fisik tertentu juga dapat memicu gastritis. Contohnya, orang yang baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas atau menjalani operasi besar.
Alkohol akan merusak lapisan lambung jika dikonsumsi dalam jumlah besar dan terus-menerus. Inilah yang akan meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami peradangan dinding lambung alias gastritis.
Pada penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh akan keliru dan menyerang sel-sel yang sebenarnya sehat. Dalam hal ini, sistem imun menyerang dinding lambung dan memicu gastritis.
Contoh-contoh kondisi autoimun yang berhubungan dengan gastritis meliputi diabetes tipe 1, penyakit Crohn, serta penyakit Hashimoto.
Di samping penyakit autoimun, gastritis dikatakan lebih sering menyerang orang yang mengidap HIV/AIDS serta infeksi parasit.
Pemakaian kokain dan tembakau (termasuk merokok) juga dianggap dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terkena gastritis.
Baca Juga: Penyakit Akibat Rokok yang Perlu Diwaspadai
Diagnosis gastritis dapat dipastikan melalui cara-cara di bawah ini:
Advertisement
Cara mengobati gastritis umumnya akan tergantung dari tingkat keparahan, penyebab, dan seberapa lama Anda sudah mengalami penyakit ini. Langkah-langkah penanganan yang dianjurkan oleh dokter meliputi:
Pilihan obat gastritis yang dapat diresepkan oleh dokter adalah sebagai berikut:
Antasida adalah obat untuk menetralkan asam lambung sehingga gejala sakit perut akibat gastritis bisa cepat reda. Namun obat ini juga memiliki efek samping, seperti diare atau sembelit.
Apabila gastritis disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti H. pylori, dokter akan meresepkan obat antibiotik yang biasanya harus digunakan selama 7-14 hari. Contohnya, clarithromycin, amoxicillin, tetracycline, dan metronidazole.
Proton pump inhibitor alias penghambat pompa proton adalah obat yang menghambat produksi asam lambung dan meningkatkan proses penyembuhan. Omeprazole, lansoprazole, rabeprazole, esomeprazole, dexlansoprazole, dan pantoprazole merupakan contoh PPI.
Meski begitu, bila digunakan untuk jangka panjang, proton pump inhibitor berpotensi meningkatkan risiko patah tulang. Karena itu, Anda perlu mendiskusikan perlu tidaknya konsumsi suplemen kalsium.
H2 blocker akan menurunkan produksi asam lambung, sehingga dapat mengurangi gejala gastritis. Contoh obat ini adalah ranitidine, famotidine, cimetidine, dan nizatidine.
Selain mengonsumsi obat-obatan, Anda juga bisa mengurangi gejala akibat gastritis dengan cara-cara berikut:
Bila berlangsung untuk jangka panjang dan tidak ditangani dengan benar, gastritis dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Baca Juga: Makanan Penyebab Asam Lambung yang Harus Dihindari
Cara mencegah gastritis yang bisa Anda lakukan meliputi:
Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala gastritis selama satu eminggu atau lebih. Demikian pula apabila keluhan muncul setelah mengonsumsi obat tertentu.
Anda juga perlu berkonsultasi ke dokter bila mengalami gastritis disertai dengan gejala-gejala di bawah ini:
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis gastritis agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved