1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Penderita gangguan panik sering mengalami rasa takut meski tidak ada bahaya yang nyata
Gangguan panik adalah jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan serangan panik mendadak atau rasa takut yang muncul berkala. Kondisi ini menimbulkan serangan panik, yaitu perasaan takut yang muncul tanpa penyebab dan bahaya apapun.
Penderita dapat merasa hilang kendali dan mengalami gejala fisik, seperti jantung berdebar, berkeringat, dan nyeri dada.
Semua orang bisa mengalami rasa cemas dan panik pada waktu tertentu sebagai respons natural terhadap stres atau bahaya. Namun pengidap gangguan panik dapat memiliki rasa cemas, stres, dan panik secara berkala maupun tiap waktu, tanpa penyebab yang jelas.
Serangan panik dapat terjadi kapan pun dan di mana pun, tanpa peringatan. Pasien bisa hidup dalam ketakutan dan menghindari lokasi munculnya serangan panik. Rasa takut ini bahkan membuat sebagian penderita tidak mau keluar dari rumah.
Gangguan panik lebih umum terjadi pada wanita daripada laki-laki. Kondisi ini biasanya muncul pada usia dewasa muda dan diawali dengan stres yang berat.
Sebagan ebsar pengodap gangguan panik bisa membaik dengan penanganan yang tepat. Misalnya, psikoterapi dan obat-obatan.
Meski serangan panik itu sendiri tidak mengancam nyawa, kondisi ini tetap bisa memengaruhi kualitas hidup pasien secara signifikan. Jika tidak ditangani dengan benar, gangguan panik bisa mengarah pada agorafobia, yakni ketakutan berlebih pada tempat umum atau ruang terbuka.
Gejala gangguan panik dapat berupa:
Rasa cemas adalah perasaan tidak tenang. Kondisi ini dapat bersifat ringan hingga berat, dan meliputi rasa khawatir serta takut.
Panik merupakan bentuk terberat dari rasa cemas. Pasien dengan kecemasan akan menghindari situasi tertentu akibat takut akan serangan panik yang mungkin timbul.
Kondisi ini dapat membuat pasien hidup dalam rasa takut, yang justru menambah kecemasan dan memicu serangan panik yang lebih sering.
Serangan panik ditandai dengan gejala fisik dan mental yang intens. Serangan terjadi sangat cepat dan tanpa penyebab yang jelas.
Gejala serangan panik umumnya meliputi:
Serangan panik biasanya terjadi selama 5-20 menit. Namun pada beberapa kasus, serangan ini bisa berlangsung hingga satu jam.
Frekuensi serangan panik juga tergantung pada seberapa parah kondisi penderita. Beberapa penderita mengalaminya 1-2 kali sebulan, sementara sebagian pasien lain terkena serangan ini beberapa kali seminggu.
Hingga sekarang, penyebab gangguan panik belum diketahui secara pasti. Menurut sejumlah penelitian, kondisi ini terkait dengan faktor genetik dan perubahan signifikan yang terjadi dalam hidup penderita.
Mulai kuliah, menikah, atau memiliki anak pertama adalah perubahan besar dalam hidup yang dapat memicu stress dan terjadinya gangguan panik.
Para pakar kesehatan menduga bahwa sejumlah faktor di bawah ini bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami gangguan panik:
Bila seseorang memiliki anggota keluarga kandung dengan gangguan kecemasan (termasuk gangguan panik), kemungkinannya untuk mengalami hal yang sama akan meningkat.
Pengidap gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan jiwa lain, lebih rentan untuk terkena gangguan panik.
Orang yang mengonsumsi alkohol sevara berlebihan atau kecanduan obat (baik obat medis maupun obat-obatan terlarang) umumnya leih rentan untuk mengalami gangguan panik.
Untuk memastikan diagnosis gangguan panik, dokter bisa melakukan beberapa metode pemeriksaan di bawah ini:
Menurut kriteria DSM-5, gejala gangguan panik meliputi:
Seseorang dapat didiagnosis mengalami gangguan panik jika:
Gejala serangan panik atau gangguan panik dapat menyerupai kondisi lain. Misalnya, gangguan jantung, stroke, ataupun tiroid.
Untuk membantu dalam menentukan diagnosis, pemeriksaan berikut dapat direkomendasikan oleh dokter:
Advertisement
Cara mengobati gangguan panik yang umumnya direkomendasikan oleh dokter meliputi:
Psikoterapi dapat membantu dalam mengurangi intensitas atau frekuensi serangan panik, serta meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari pasien. Jika dilakukan secara rutin dapat, penderita bisa terbantu untuk memahami serangan panik serta belajar mengatasinya.
Salah satu bentuk psikoterapi yang dianjurkan adalah terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT). Melalui CBT, pasien akan diajari untuk memahami bahwa gejala-gejala panik tidaklah berbahaya.
Dokter atau psikolog akan menciptakan sensasi dari gejala serangan panik dengan cara aman dan terkontrol, dan mengajarkan cara mengatasinya dengan potifis pada pasien. Dengan ini, pasien akan belajar untuk mengubah pola pikirnya dan bisa beradaptasi terbiasa.
Obat-obatan dapat membantu mengurangi gejala yang terkait dengan serangan panik serta depresi. Beberapa jenis obat yang telah terbukti efektif dalam mengatasi gejala-gejala serangan panik, yaitu:
SSRI biasanya direkomendasikan sebagai obat pertama dalam mengatasi serangan panik.
SNRI adalah obat golongan antidepresan.
Benzodiazepine merupakan obat penenang yang bersifat antidepresan. Biasanya, obat ini tidak digunakan untuk jangka pendek karena bisa memicu ketergantungan.
Oleh sebab itu, benzodiazepine juga tidak dianjurkan untuk pasien dengan riwayat penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.
Harap diingat bahwa benzodiazepine dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain, dan menimbulkan efek samping yang berbahaya.
Jika dinilai kurang efektif, dokter mungkin saja mengganti obat-obatan yang diberikan atau mengombinasikanya.
Agar pengobatan gangguan panik berjalan lancar, pasien juga bisa menerapkan beberapa langkah berikut:
Bila tidak ditangani dengan benar, gangguan panik dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan penderita sehingga kualitas hidupnya akan berkurang. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi meliputi:
Pada sebagian penderita, gangguan panik dapat memicu terjadinya agorafobia. Agorafobia adalah sikap menghindari tempat atau situasi yang membuat cemas karena takut tidak bisa keluar dan mendapat pertolongan ketika mengalami serangan panik. Pasien bahkan membutuhkan orang lain untuk menemaninya keluar rumah.
Karena penyebabnya tidak diketahui, cara mencegah gangguan panik juga belum tersedia. Untuk penderita, psikoterapi dan penggunaan obat jangka panjang dapat mencegah kambuhnya serangan panik atau memburuknya gejala.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi konsumsi kafein, rokok, serta alkohol juga dianjurkan karena dapat mengurangi tingkat kecemasan.
Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala serangan panik, segera berkonsultasi ke dokter dan psikolog. Meski tidak berbahaya, serangan panik sulit untuk diatasi dan bisa berefek negatif pada kualitas hidup penderita jika terus dibiarkan.
Gejala serangan panik juga bisa menyerupai gejala penyakit serius lain, seperti serangan jantung. Jadi penting bagi Anda untuk memeriksakan diri ke dokter guna memastikan diagnosis.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis gangguan panik. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved