1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Gangguan muskuloskeletal ditandai dengan masalah pada otot, tulang, dan sendi
Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi medis yang ditandai dengan masalah pada otot, tulang, dan sendi. Tingkat keparahannya bervariasi dan bisa meliputi:
Gangguan muskuloskeletal merupakan kondisi medis yang umum dijumpai. Risiko kemunculannya akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Pada beberapa kasus, gangguan muskuloskeletal dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari penderita. Kondisi ini juga bisa dirasakan pada semua area tubuh, seperti leher, bahu, punggung, pinggang, tangan, dan kaki.
Gejala gangguan muskuloskeletal dapat berupa:
Gejala tersebut dapat dirasakan pada seluruh organ muskuloskeletal, seperti leher, bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggang, kaki, lutut, dan telapak kaki.
Keluhan gangguan muskuloskeletal dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti berjalan atau mengetik. Kemampuan gerak penderita juga menjadi terbatas, dan penderita mengalami kesulitan dalam melakukan rutinitasnya.
Cakupan gangguan muskuloskeletal sangatlah luas. Beberapa jenis gangguan muskuloskeletal meliputi:
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang sendi dapat berupa:
Osteoarthritis merupakan kondisi ketika jaringan tulang lunak yang melindungi sendi mengalami kerusakan seiring bertambahnya usia.
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi, terutama sendi tangan, pergelangan tangan, dan lutut.
Ankylosing spondylitis adalah salah satu jenis arthritis (radang sendi) yang menyebabkan nyeri dan kaku pada tulang belakang.
Psoriasis arthritis merupakan radang sendi yang terjadi pada pasien dengan penyakit kulit psoriasis.
Penyakit asam urat atau gout adalah radang sendi yang disebabkan oleh kadar asam urat berlebih di dalam darah. Sendi yang terkena biasanya adalah sendi pada ibu jari kaki.
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang tulang punggung ditandai dengan nyeri punggung. Nyeri punggung paling sering dirasakan pada tulang punggung bagian bawah.
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang tulang bisa berupa osteopenia dan osteoporosis.
Osteopenia merupakan kondisi pengeroposan tulang. Bila sudah parah, kondisi ini akan menjadi osteoporosis.
Osteopenia dan osteoporosis dapat dibedakan dari kadar kalsium dalam tulang yang diukur dengan pemeriksaan bone mineral density (BMD).
Patah tulang dapat disebabkan oleh cedera atau kondisi medis lain pada tulang.
Salah satu gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada otot adalah sarkopenia. Sarkopenia merupakan kondisi yang ditandai dengan hilangnya massa dan fungsi otot.
Salah satu penyakit sistemik yang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal adalah lupus. Lupus merupakan penyakit autoimun, yakni sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh pasien.
Sebagai akibatnya, peradangan dan nyeri pada banyak organ tubuh (termasuk sistem muskuloskeletal) bisa terjadi.
Baca Juga: Jenis Penyakit Autoimun yang Ini Bisa Menyerang Anda
Beberapa aktivitas atau kondisi yang dapat menjadi penyebab gangguan muskuloskeletal meliputi:
Faktor risiko gangguan muskuloskeletal umumnya meliputi:
Untuk menentukan diagnosis gangguan muskuloskeletal, dokter dapat melakukan langkah-langkah berikut:
Dokter akan melakukan tanya jawab secara menyeluruh terkait gejala dan riwayat medis pasien maupun keluarga.
Dokter kemudian memeriksa ada tidaknya nyeri, kemerahan, bengkak, kelemahan otot, dan atrofi (pengecilan) otot. Dokter juga akan mengecek gerak refleks guna memeriksa kemungkinan gangguan saraf.
Tes darah dapat membantu dokter dalam menentukan diagnosis gangguan muskuloskeletal. Beberapa jenisnya meliputi:
Kadar ESR meningkat ketika terjadi peradangan, termasuk peradangan pada sistem muskuloskeletal. ESR juga dapat diperiksa untuk memantau efektivitas terapi pada kondisi medis seperti rheumatoid arthritis.
Creatine kinase adalah enzim pada otot yang dapat keluar ke aliran darah bila otot mengalami kerusakan. Kadar enzim yang meningkat dalam tubuh menandakan adanya kerusakan otot.
Kedua pemeriksaan ini berperan mendiagnosis rheumatoid arthritis.
Antinuclear antibody dan antibody double-stranded deoxyribonucleic acid diperiksa untuk mendiagnosis lupus.
Tes darah dapat mengidentifikasi pasien dengan gen tertentu, yaitu HLA-B27. Adanya gen ini akan meningkatkan risiko spondyloarthritis, yakni kelainan yang menyebabkan peradangan pada punggung dan sendi lainnya.
Beberapa jenis pemeriksaan pencitraan yang dilakukan untuk mendiagnosis gangguan muskuloskeletal antara lain:
Rontgen digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada tulang. Hasil tes ini biasanya merupakan pemeriksaan pencitraan yang dilakukan paling awal.
CT scan dan MRI akan menghasilkan gambar dengan detail lebih jelas daripada rontgen. Karena itu, kedua tes ini dapat mendeteksi lokasi dan seberapa luas kelainan muskuloskeletal dengan lebih pasti.
Scan tulang menggunakan zat radioaktif dan biasanya dianjurkan untuk mendiagnosis patah tulang apabila pemeriksaan lain (seperti rontgen, CT scan, dan MRI) menunjukkan hasil yang kurang jelas. Demikian pula jika ada dugaan infeksi atau kanker pada tulang.
Arthroscopy merupakan prosedur yang dilakukan untuk melihat kondisi dalam sendi. Dokter juga dapat mengambil jaringan untuk dianalisis di laboratorium.
Prosedur yang dikenal juga dengan nama arthrocentesis ini digunakan untuk mendiagnosis berbagai kelainan pada sendi. Dokter akan mengambil cairan sendi, lalu memeriksanya di bawah mikroskop.
Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi seberapa baik fungsi saraf yang berperan dalam aktivitas otot.
Advertisement
Cara mengobati gangguan muskuloskeletal tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan tingkat keparahan gejala yang dialami oleh pasien. Terapi juga tergantung pada lokasi terjadinya gangguan ini, baik di tulang, otot, ligamen (jaringan penghubung antartulang), maupun tendon (jaringan penghubung otot dan tulang).
Beberapa penanganan gangguan muskuloskeletal meliputi:
Untuk mengatasi rasa nyeri hilang dan timbul, dokter akan menyarankan olahraga intensitas sedang. Dokter juga bisa memberikan obat pereda rasa nyeri (analgesik), seperti ibuprofen atau paracetamol.
Bagi penderita dengan gejala gangguan muskuloskeletal yang lebih berat, dokter dapat meresepkan obat untuk mengurangi radang dan nyeri.
Pada beberapa kasus, dokter juga bisa merekomendasi fisioterapi, terapi okupasi, atau keduanya. Terapi-terapi ini dapat membantu pasien dalam mengatasi rasa nyeri yang dialami, menjaga kekuatan dan rentang gerak, serta menyesuaikan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal.
Langkah penanganan gangguan muskuloskeletal lainnya bisa berupa:
Komplikasi gangguan muskuloskeletal tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pada umumnya, gangguan ini akan menjadi masalah jangka panjang (kronis) bila dibiarkan.
Masalah muskuloskeletal kronis kemudian dapat menyebabkan gangguan permanen pada sendi, otot, atau tulang yang terkena.
Baca juga: Obat Herbal untuk Nyeri Sendi yang Paling Ampuh
Risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal dapat meningkat seiring bertambahnya usia Anda. Oleh karena itu, menjaga kondisi kesehatan fisik (termasuk sendi, tulang, dan otot) sejak usia muda bisa mencegah terjadinya penyakit ini.
Beberapa upaya gaya hidup sehat dapat Anda terapkan meliputi:
Hubungi dokter apabila Anda mengalami gejala gangguan muskuloskeletal. khususnya nyeri, kemerahan, bengkak, kelemahan otot, dan atrofi otot (ukuran otot yang mengecil). Jangan meremehkan keluhan meski terasa ringan.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bisa menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis gangguan muskuloskeletal dan penyebabnya. Dengan ini, pengobatan pun bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved