1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Anak mudah terjatuh atau ceroboh adalah tanda gangguan koordinasi perkembangan
Gangguan koordinasi perkembangan (developmental coordination disorder atau dyspraxia) merupakan gangguan keterampilan motorik yang terjadi karena adanya keterlambatan dalam perkembangan gerakan dan koordinasi pada anak. Akibatnya, anak tidak dapat atau kesulitan untuk melakukan tugas sehari-hari. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak tetapi orang dewasa juga dapat mengalami gangguan ini.
Anak dengan dyspraxia memiliki kesulitan untuk menguasai aktivitas motorik yang sederhana, seperti mengikat tali sepatu, menulis, atau menuruni tangga. Anak juga tidak dapat melakukan tugas yang sesuai dengan usianya, baik dalam bidang akademik maupun aktivitas sehari-hari.
Anak dengan kondisi ini akan terlambat untuk dapat duduk, berdiri, berjalan, dan berbicara. Pada kondisi ini, anak tidak dapat mengkoordinasikan pikiran dan perbuatannya secara nyata. Anak-anak yang mengalami gangguan ini umumnya memiliki kecerdasan normal. Namun, keterlambatan tersebut membuat anak dipandang tidak kompeten, ceroboh, atau canggung karena kesulitan atau tidak dapat melakukan tugas dasar.
Anak dengan dyspraxia dapat menjadi terlalu memerhatikan dirinya dan menarik diri dari berbagai aktivitas sosial atau olahraga. Kurangnya olahraga dan pergerakan dapat membuat anak memiliki kekuatan otot yang lemah dan meningkatkan berat badan anak. Oleh karenanya perlu gangguan koordinasi perkembangan perlu untuk segera disadari dan ditindaklanjuti.
Terdapat beberapa gejala gangguan koordinasi perkembangan, antara lain:
Penyebab gangguan koordinasi perkembangan belum diketahui dengan pasti. Namun peneliti percaya bahwa kelainan ini terjadi akibat perkembangan otak yang terlambat.
Dyspraxia lebih sering dialami oleh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dan biasanya terdapat anggota keluarga yang mengalami dyspraxia dalam riwayat keluarga anak tersebut. Namun peneliti percaya, gangguan ini terjadi akibat perkembangan otak yang terlambat.
Anak dengan gangguan ini juga biasanya tidak mempunyai kondisi medis yang dapat menjelaskan terjadinya dyspraxia.
Dalam beberapa kasus, dyspraxia dapat timbul bersama dengan gangguan mental lainnya seperti attention deficit hyperactive disorder (ADHD), dyslexia, atau autisme. Meski demikian, kedua kondisi ini biasanya tidak berhubungan.
Beberapa faktor risiko gangguan koordinasi perkembangan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini meliputi:
Untuk menegakkan diagnosis gangguan koordinasi perkembangan, dokter akan melakukan wawancara terkait riwayat medis dan gejala yang dialami pasien. Dokter akan menggunakan kriteria pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5) dan mencocokkan gejala yang dialami pasien dengan kriteria tersebut.
Pembelajaran dan eksekusi dalam keterampilan koordinasi motorik tidak sesuai dengan umur, walaupun sudah diberikan kesempatan untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan tersebut.
Kesulitan dapat berupa kecanggungan (contoh, menjatuhkan atau menyenggol benda-benda), kelambatan serta ketidakakuratan dari performa keterampilan motorik (contoh, menangkap benda, menggunakan gunting, menulis, mengendarai sepeda, atau berpartisipasi dalam olahraga).
Kesulitan dalam keterampilan motorik terlihat jelas atau secara terus-menerus berdampak pada aktivitas sehari-hari yang sesuai dengan usia (contoh, merawat diri), kegiatan yang membutuhkan keterampilan tertentu, prestasi di sekolah, maupun kegiatan-kegiatan lain, seperti bermain.
Kemunculan awal gejala-gejala adalah saat periode perkembangan awal.
Kesulitan dalam keterampilan motorik tidak dapat dijelaskan oleh keterlambatan intelektual, maupun gangguan neurologi lainnya yang dapat memengaruhi pergerakan.
Dokter dan ahli kesehatan mental lainnya juga mungkin akan melakukan beberapa tes dan evaluasi untuk menilai bagaimana cara anak bergerak untuk mengetahui apakah anak mengalami dyspraxia.
Advertisement
Penanganan gangguan koordinasi perkembangan dilakukan dengan tujuan membantu penderita untuk beradaptasi dengan penyakitnya. Beberapa cara mengobati gangguan koordinasi perkembangan yang dapat dianjurkan oleh dokter meliputi:
Dalam fisioterapi, anak akan diajari mengembangkan koordinasi, keseimbangan, dan komunikasi yang baik antara otak serta tubuh.
Olahraga individual juga mungkin dapat membangun keterampilan motorik daripada olahraga berkelompok. Misalnya, berenang atau bersepeda.
Olahraga setiap hari diperlukan untuk melatih kerjasama antara otak dan tubuh, serta mengurangi risiko obesitas.
Terapi okupasi dilakukan untuk menemukan cara praktis agar anak bbisa mengerjakan kegiatan sehari-hari dengan mandiri.
Terapis juga bisa bekerja sama dengan pihak sekolah dalam melakukan sejumlah perubahan di sekolah. Contohnya, pengadaan gadget (seperti komputer) untuk membantu penderita mencatat pelajaran.
Psikoterapi berupa terapi perilaku kognitif juga dapat membantu anak dengan membantu anak untuk mengatasi masalah karena gangguan yang dihadapi dengan mengubah cara anak berpikir dan berperilaku mengenai gangguan tersebut.
Orang tua juga bisa mengajak anak untuk bergabung dalam support group yang beranggotakan anak-anak dengan kondisi serupa. Dengan ini, anak dapat bersosialisasi dan mendapatkan dukungan dari teman-teman komunitasnya.
Jika Anda mengalami gangguan koordinasi perkembangan, terdapat beberapa hal yang dapat Anda lakukan, yaitu:
Perlu diketahui bahwa anak yang mengalami gangguan koordinasi perkembangan bisa saja tetap mengalami gejala-gejala dari gangguan meskipun sudah dewasa.
Gangguan koordinasi perkembangan dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Karena penyebabnya belum diketahui, cara mencegah gangguan koordinasi perkembangan secara spesifik juga belum tersedia.
Namun orang tua bisa mendeteksi kelainan ini sedini mungkin agar segera bisa ditangani. Penanganan sejak tahap awal perkembangan penyakit memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.
Konsultasikan ke dokter apabila anak Anda mengalami gejala gangguan koordinasi perkembangan. Demikian pula bila Anda merasa khawatir akan perkembangan buah hati.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis gangguan koordinasi perkembangan. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved