logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Saraf

Epilepsi

1 Jun 2021

| Nurul Rafiqua

Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari

Epilepsi adalah penyakit sistem saraf pusat dan ditandai kejang yang terjadi secara berulang.

Gejala utama dari epilepsi adalah kejang yang terjadi secara berulang.

Pengertian epilepsi

Epilepsi adalah penyakit sistem saraf pusat, yang mengakibatkan seseorang kejang dan terkadang kehilangan kesadaran. Penyakit ini dikenal di masyarakat sebagai penyakit ayan. 

Kejang terjadi karena adanya gangguan aktivitas listrik pada otak yang dapat disebabkan oleh abnormalitas zat kimia otak, riwayat cedera kepala dan gangguan jaringan otak lainnya.

Gejala akibat kejang epilepsi dapat bermacam-macam. Beberapa orang dengan epilepsi akan menatap kosong selama beberapa detik, sementara yang lainnya akan berulang kali menyentakkan lengan dan kakinya.

Apabila mengalami kejang satu kali, tidak berarti bahwa orang tersebut menderita epilepsi. Setidaknya, dibutuhkan dua kali kejang yang terjadi secara spontan tanpa diawali dengan demam untuk mendiagnosis bahwa penyebabnya adalah epilepsi. 

Epilepsi bukan penyakit menular tetapi dapat terjadi akibat penyakit menular seperti meningitis, AIDS dan virus yang menyebabkan radang otak (encephalitis). Penyebab lain epilepsi adalah pengaruh genetik, benturan di kepala akibat kecelakaan, kondisi otak yang terganggu kerjanya seperti pada penderita stroke dan cacat lahir.

Sebagian besar kasus epilepsi tidak bisa sembuh secara total. Namun kondisi tersebut dapat diatasi dengan obat-obatan atau terkadang operasi yang dapat mengendalikan kejang akibat epilepsi.

Menurut data yang dihimpun oleh Epilepsy Foundation, risiko kematian pasien epilepsi berkisar antara 1,6 hingga 3 kali lebih tinggi daripada populasi umum. Kematian pasien epilepsi umumnya dipicu oleh kejang yang mengarah pada kejadian cedera, tenggelam atau kegiatan lain yang dapat dipengaruhi dari hilangnya kontrol tubuh. Selain itu, kasus kematian mendadak tanpa alasan pada pasien epilepsi dilaporkan terjadi pada 1,16 kasus dari 1.000 kasus.

Baca juga: Meluruskan Mitos Lidah Tertelan dan Hubungannya dengan Kejang Epilepsi

 

Tanda dan gejala epilepsi

Gejala utama dari epilepsi adalah kejang yang terjadi secara berulang.

Gejala kejang pada penderita epilepsi memiliki banyak jenis, tergantung dari tipe kejang yang diderita. Berikut ini penjelasannya:

Tipe kejang fokal atau parsial  

Ketika kejang muncul sebagai hasil dari ketidaknormalan aktivitas hanya pada satu area otak, kondisi ini disebut juga kejang parsial. Kejang tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori di bawah ini: 

  • Simple partial seizure atau kejang sebagian sederhana

Simple partial seizure adalah kejang yang tidak menyebabkan kehilangan kesadaran. Kondisi ini dapat mengubah emosi pasien atau mengubah cara pasien melihat, membaui, merasakan dan mendengar sesuatu

Kejang jenis ini juga bisa menyebabkan sentakan pada bagian tubuh dan gejala sensorik spontan, seperti rasa kesemutan, pusing, atau seolah-olah melihat adanya kilatan cahaya.

  • Complex partial seizure atau kejang sebagian kompleks

Kejang sebagian kompleks melibatkan perubahan atau kehilangan kesadaran. Saat mengalaminya, penderita akan menatap kosong dan tidak merespons secara normal terhadap lingkungan sekitar. Penderita juga bisa melakukan pergerakan berulang, seperti menggosok–gosokan tangan, mengunyah, menelan, atau berjalan melingkar.

Tipe kejang umum

Kejang umum terjadi dengan melibatkan seluruh bagian otak. Kondisi ini dibagi menjadi enam jenis berikut:

  • Kejang petit mal atau kejang absence

Kejang yang umum terjadi pada anak-anak ini ditandai dengan tatapan kosong serta gerakan samar atau sederhana (seperti mengedipkan mata atau mengecap bibir). Kejang petit mal dapat dialami secara kluster (kambuh dan berhenti, berulang-ulang) dan menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu singkat.

  • Kejang tonik 

Kejang ini menyebabkan kekakuan otot (umumnya pada punggung, lengan, dan kaki), serta dapat membuat penderita terjatuh.

  • Kejang atonik (drop seizures)

Kejang ini membuat tubuh kehilangan kendali terhadap otot, sehingga menyebabkan penderita kolaps atau terjatuh secara tiba-tiba.

  • Kejang klonik

Kejang ini ditandai oleh kedutan atau gerakan otot yang menyentak secara berulang atau ritmis, terutama pada leher, wajah, dan lengan.

  • Kejang mioklonik

Kejang ini ditandai oleh sentakan sesaat secara tiba–tiba atau kedutan pada lengan dan kaki.

  • Kejang tonik-klonik

Dikenal juga dengan kejang grand mal, kejang jenis ini dapat menyebabkan kehilangan kesadaran secara mendadak, tubuh kaku, gemetar, kehilangan kendali untuk buang air kecil, dan tindakan menggigit lidah. Kejang tipe ini paling umum terjadi dan pada umumnya orang awam menyebut kejang kelojotan.

Status epileptikus

Status epileptikus adalah kondisi kejang dalam jangka waktu lama atau terjadinya serangkaian kejang, yang membuat penderitanya tidak kunjung tersadar pada periode di antaranya. Kondisi ini merupakan kondisi darurat medis yang harus ditangani sesegera mungkin.

Baca juga: Kejang Belum Tentu Gejala Epilepsi, Kenali Jenis-jenis Kejang Ini

 

Penyebab epilepsi

Kebanyakan kasus epilepsi belum diketahui penyebabnya dengan pasti. Namun ada sejumlah faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya epilepsi. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:

  • Riwayat keluarga. Risiko epilepsi dapat meningkat bila Anda memiliki anggota keluarga yang juga mengidap kondisi yang sama.
  • Cedera pada kepala. Kondisi ini merupakan penyebab dari beberapa kasus epilepsi.
  • Stroke dan penyakit pembuluh darah.
  • Trauma kepala, misalnya akibat kecelakaan mobil atau cedera traumatis lainnya.
  • Demensia atau pikun. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko epilepsi pada kalangan lanjut usia (lansia).
  • Infeksi otak, seperti meningitis yang dapat menyebabkan peradangan pada otak atau saraf tulang belakang.
  • Riwayat kejang saat kecil. Risiko epilepsi akan meningkat jika anak mengalami kejang jangka panjang dan kondisi saraf lain.

Pasien epilepsi biasanya mengetahui pemicu yang membuat kejang tersebut kambuh, pemicu tersebut disebut dengan ‘aura’ misalnya seperti melihat kilatan cahaya, pandangan buram, kondisi panik berlebihan, telinga berdenging, dan sebagainya.

Faktor pemicu lainnya yang bisa sebabkan epilepsi:

Selain itu, kejang pada epilepsi juga bisa disebabkan karena faktor pemicu lainnya seperti:

  • Waktu tertentu, yaitu ketika kejang hanya muncul di siang atau malam hari.
  • Kurang tidur, merasa kelelahan, tidak tidur nyenyak atau tidak cukup tidur
  • Demam atau sedang menderita penyakit tertentu
  • Cahaya lampu atau kelap-kelip cahaya yang intens
  • Penyalahgunaan minuman beralkohol maupun narkoba
  • Stres
  • Siklus menstruasi pada pasien wanita atau perubahan hormonal lainnya
  • Tidak makan dengan baik, gula darah rendah
  • Makanan tertentu, kelebihan kafein atau produk lain yang dapat memperburuk kejang
  • Penggunaan obat-obatan tertentu

 

Diagnosis epilepsi

Dokter akan memeriksa gejala dan riwayat kesehatan pasien. Dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan guna mendiagnosis epilepsi dan menentukan penyebab dari kejang. Pemeriksaan medis yang dilakukan biasanya berupa:

  • Uji neurologis

Dokter akan menguji perilaku, kemampuan motorik, dan fungsi mental untuk mendiagnosis dan menentukan jenis epilepsi.

  • Pemeriksaan darah

Dokter akan menguji sampel darah untuk melihat tanda-tanda infeksi, karakteristik genetik, dan kondisi-kondisi lain yang berkaitan dengan kejang.

 

Pemeriksaan lain untuk deteksi aktivitas abnormal otak

Dokter juga dapat menyarankan serangkaian tes lain untuk mendeteksi aktivitas abnormal pada otak. Tes-tes tersebut meliputi:

  • Elektroensefalogram (EEG) untuk melihat aktivitas kelistrikan otak.
  • High-density EEG. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter untuk menentukan area otak yang dipengaruhi oleh kejang secara lebih tepat.
  • CT scan. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan abnormalitas dari otak yang mungkin bisa memicu kejang. Misalnya, tumor, perdarahan, atau kista.
  • MRI. Pemindaian otak ini dapat menunjukkan lesi atau abnormalitas di dalam otak yang mungkin bisa menjadi pemicu kejang.
  • Functional MRI (fMRI). Pemeriksaan ini akan mengukur perubahan pada aliran darah di bagian tertentu otak ketika otak sedang bekerja. 
  • Tomografi emisi positron (PET). Pemeriksaan ini berfungsi membantu dokter dalam melihat area yang aktif dari otak dan mendeteksi kondisi yang tidak normal dari otak.
  • Single-photon emission computerized tomography (SPECT). Pemeriksaan ini dilakukan ketika hasil MRI dan EEG tidak menunjukkan secara tepat mengenai lokasi otak tempat kejang berasal. 
  • Uji neuropsikologis. Pada pemeriksaan ini, dokter akan menilai cara berpikir, ingatan, dan keterampilan berbicara. 

Diagnosis akurat dari tipe dan lokasi mulainya kejang akan memberi Anda peluang terbaik untuk menemukan perawatan yang paling efektif.

 

Advertisement

Cara mengobati epilepsi

Penanganan yang tepat dapat membantu banyak penderita epilepsi untuk mengurangi intensitas kejang hingga hampir tidak lagi mengalami kejang. Serangkaian perawatan tersebut meliputi:

  • Obat yang disebut antiepilepsi (anti-epileptic drug/AED) seperti asam valproat, carbamazepine, lamotrigine, levetiracetam, oxcarbazepine, etosuksimid atau opiramate.
  • Operasi epilepsi, berupa Resective surgery, Laser interstitial thermal therapy (LITT), Deep brain stimulation, Corpus callosotomy, Hemispherectomy atau Functional hemispherectomy.
    Operasi pada epilepsi paling efektif dilakukan ketika kejang sudah dipastikan berasal dari satu lokasi di otak. Pasalnya, operasi bukan pengobatan lini pertama pada epilepsi tetapi dipertimbangkan ketika kejang tidak dapat dikendalikan setelah pasien mengonsumsi setidaknya dua jenis obat antikejang.
  • Diet ketogenik yang dapat membantu dalam mengendalikan kejang.

Beberapa orang membutuhkan perawatan sepanjang hidupnya. Tetapi perawatan ini dapat dihentikan jika kejang menghilang seiring berjalannya waktu. Berkonsultasilah dengan dokter mengenai perawatan yang tersedia dan yang cocok untuk Anda.

Baca jawaban dokter: Apakah epilepsi dapat disembuhkan?

 

Cara mencegah epilepsi

Beberapa cara paling umum untuk mengurangi peluang terkena epilepsi bisa dilakukan dengan:

  • Berkendara secara aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan penyebab cedera otak, berhati-hati dalam melangkah dan segera minta bantuan dokter jika terjadi cedera otak. Penanganan dan perawatan cedera otak sesegera mungkin dengan baik, dapat membantu menghindari terjadinya epilepsi.
  • Menurunkan kemungkinan terkena stroke dan penyakit jantung dengan mengonsumsi makanan yang seimbang, rajin berolahraga dan tidak merokok
  • Imunisasi untuk menghindari infeksi
  • Mencuci tangan danmen jaga kebersihan makanan untuk mencegah infeksi cysticercosis
  • Jika sedang hamil, jagalah kesehatan Anda selama kehamilan dan persalinan

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter

Hubungi dokter bila Anda mengalami gejala-gejala berikut ini:

  • Kejang yang berlangsung lebih dari lima menit.
  • Pernapasan atau kesadaran tidak kembali setelah kejang berhenti.
  • Kejang kembali setelah kejang pertama terjadi.
  • Demam tinggi.
  • Kelelahan akibat kepanasan.
  • Sedang hamil
  • Menderita diabetes.
  • Anda melukai diri sendiri saat kejang berlangsung.

 

Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Berkonsultasi dengan Dokter

Berikut ini yang bisa Anda persiapkan sebelum berkonsultasi dengan dokter:

  • Catat setiap kejadian kejang yang Anda alami, beserta, gejala dan durasinya.
  • Cari tahu persyaratan khusus sebelum menemui dokter, seperti diet tertentu.
  • Catat informasi pribadi, terutama beberapa hal terakhir yang memicu stres.
  • Catat obat-obatan, suplemen, maupun obat herba yang sedang dikonsumsi.
  • Ajak teman atau anggota keluarga untuk menemani.
  • Siapkan pertanyaan yang ingin Anda ajukan pada dokter, misalnya:
    • Apa yang menyebabkan saya kejang?
    • Tes apa yang saya butuhkan?
    • Apakah epilepsi yang saya alami bersifat sementara atau kronis?
    • Pengobatan apa yang disarankan?
    • Apakah ada alternatif untuk pengobatan tersebut?
    • Bagaimana cara saya menjaga agar tidak terluka pada kejang selanjutnya?
    • Bila memiliki kondisi medis lain, bagaimana penanganannya?
    • Apakah ada pantangan yang harus diingat?
    • Apa saya perlu menemui spesialis? Berapa biaya yang dibutuhkan, dan apakah asuransi dapat menanggungnya?
    • Apakah ada obat generik yang dapat menjadi alternatif dari obat yang dokter sarankan?
    • Apa ada brosur atau bacaan yang dapat saya bawa pulang, atau situs apa yang dokter rekomendasikan?

 

Apa yang Akan Dilakukan Dokter pada Saat Konsultasi

Ketika berkonsultasi dengan dokter, sejumlah pertanyaan di bawah ini mungkin akan diajukan oleh dokter:

  • Kapan Anda pertama kali mengalami kejang?
  • Apakah kejang yang Anda alami dipicu oleh sesuatu atau situasi yang spesifik?
  • Apakah ada sensasi yang serupa setiap kali sebelum mengalami kejang?
  • Apakah kejang yang Anda alami terjadi pada waktu tertentu saja atau secara berturut?
  • Gejala apa saja yang Anda alami selama kejang?
  • Jika Anda tahu, apa hal yang membuat kejang Anda memburuk?
  • Jika Anda tahu, apa hal yang memperburuk kejang Anda?

 

Advertisement

kejangepilepsi

Bagikan

Dokter Terkait

Penyakit Terkait

Artikel Terkait

no image

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 07.00 - 20.00

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved