1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Distonia termasuk ke dalam gangguan pergerakan
Distonia adalah kondisi yang terjadi ketika otot-otot tubuh berkontraksi secara tidak terkontrol sehingga menyebabkan tubuh bergerak sendiri tanpa sadar. Distonia dapat berefek pada satu otot, satu grup otot, atau otot seluruh tubuh.
Berdasarkan wilayah tubuh yang terkena, distonia dapat dibagi menjadi klasifikasi berikut:
Orang yang mengalami distonia biasanya melakukan gerakan berulang secara lambat, gerakan memutar, atau memiliki postur yang abnormal. Kondisi ini sering kali menimbulkan rasa sakit dan terkadang disertai tremor juga gejala gangguan saraf lainnya.
Tidak ada pengobatan spesifik untuk dystonia, oleh karena itu, penderita distonia bisa mengalaminya seumur hidup. Meski begitu, terdapat pengobatan untuk mengendalikan berbagai gejala distonia.
Baca juga: Mengenal Jaringan Otot Manusia, Si Penggerak Tubuh
Gejala distonia bisa berbeda pada tiap orang, tergantung pada bagian tubuh yang terdampak. Tingkat keparahannya pun bisa beragam dari ringan hingga berat.
Gejala paling umum distonia, antara lain:
Pada tahap awal, gejala-gejala tersebut bisa terasa sangat ringan dan mungkin hanya akan muncul setelah melakukan aktivitas berat, saat sedang stres, atau kelelahan. Seiring waktu, gejalanya bisa semakin parah.
Selain gejala di atas, gejala lain juga mungkin saja muncul tergantung area tubuh yang terdampak, seperti:
1. Leher (distonia servikal/spasmodic torticollis/torticollis)
Distonia ini merupakan jenis distonia yang paling umum. Distonia servikal mengenai otot leher yang mengontrol posisi kepala. Distonia servikal bisa menyebabkan kepala berputar, dan berubah ke satu sisi, atau terdorong ke depan atau ke belakang.
2. Lipatan mata (blefarospasme)
Blefarospasme alias mata kedutan juga merupakan salah satu jenis distonia. Kondisi ini membuat mata sering berkedut, mengedip tanpa sengaja, dan mata jadi kering.
Meski tidak menyebabkan rasa sakit, gejalanya bisa semakin berat saat melihat cahaya terang.
3. Rahang, bibir dan lidah (distonia oromandibular)
Penderita distonia oromandibular dapat mengalami cadel, meneteskan air liur, serta dan kesulitan mengunyah, menelan, maupun berbicara.
4. Kotak suara dan pita suara (distonia laringeal atau disfonia spasmodik)
Kondisi ini melibatkan otot yang mengontrol pita suara, sehingga penderitanya mungkin akan memiliki suara seperti tercekik atau berbisik.
5. Tangan dan lengan bawah (distonia yang spesifik pada tugas tertentu)
Beberapa tipe distonia terjadi ketika melakukan aktivitas yang berulang, seperti menulis atau memainkan alat musik.
Baca jawaban dokter: Kenapa anak sulit berbicara setelah cedera kepala
Kebanyakan kasus distonia tidak diketahui penyebabnya, alias idiopatik. Namun, para peneliti menduga distonia berhubungan dengan kerusakan atau fungsi yang tidak normal dari basal ganglia atau daerah otak lainnya, yang mengontrol pergerakan.
Selain itu, gangguan kemampuan otak dalam memproses neurotransmitter (senyawa organik pembawa sinyal di antara saraf) juga bisa menyebabkan distonia.
Kelainan dalam cara otak memproses informasi juga bisa menghasilkan perintah untuk bergerak secara tidak sadar, seperti yang dialami penderita distonia.
Secara umum, distonia bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu ataupun dari lingkungan. Berikut ini adalah beberapa penyebab distonia:
Untuk mendiagnosis distonia, dokter akan memulai dengan memeriksa riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Untuk menentukan kondisi yang menyebabkan gejala ini, dokter akan merekomendasikan:
Advertisement
Sampai sekarang ini, tidak ada pengobatan untuk mencegah terjadinya distonia atau memperlambat perkembangan penyakit.
Namun, terdapat pilihan perawatan yang dapat membantu meringankan gejala distonia, antara lain:
Operasi mungkin direkomendasikan dokter pada kasus distonia yang parah. Jenis operasi untuk menangani distoni, antara lain deep brain stimulation atau pembedahan denervasi selektif, yakni memotong saraf yang mengontrol kejang otot.
Pengobatan ini dilakukan bila pengobatan lain tidak berhasil mengatasi distonia.
Selain pilihan pengobatan di atas, dokter juga dapat menyarankan jenis terapi lain, seperti:
Jika dibiarkan, distonia dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, antara lain:
Tidak diketahui secara pasti bagaimana mencegah terjadinya distonia. Akan tetapi, Anda dapat menghindari berbagai faktor yang dapat memperburuk distonia, seperti:
Tanda awal dari distonia sering kali ringan, dan berhubungan dengan aktivitas spesifik. Temui dokter jika mengalami kontraksi otot yang tidak normal.
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Baca juga: 12 Cara Mengatasi Stres yang Tidak Sulit untuk Anda Lakukan
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut ini. Anda sebaiknya memberikan jawaban jelas, agar dokter bisa mendiagnosis lebih baik.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis distonia agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved