1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Kanker, diabetes, dan penyakit jantung dapat memicu terjadinya disfungsi seksual.
Disfungsi seksual adalah suatu kondisi yang mengacu pada terganggunya fungsi seksual seseorang. Kondisi ini dapat mengakibatkan individu atau pasangan tidak mengalami kepuasan dari aktivitas seksual.
Fungsi seksual meliputi proses kompleks yang melibatkan faktor biologis, psikologis maupun sosial. Proses ini dikoordinasikan oleh sistem neurologis, vaskular, dan endokrin di tubuh manusia.
Di samping faktor biologis, faktor psikososial seperti keyakinan, agama, hubungan intrapersonal, status kesehatan serta status psikologis individu atau pasangan memegang peranan penting agar fungsi seksual dapat berjalan dengan memadai. Adanya gangguan di salah satu area tersebut dapat menyebabkan seseorang mengalami disfungsi seksual.
Fungsi seksual dalam hubungan seksual dapat ditunjukkan dalam fase respons seksual. Fase ini secara umum meliputi rangsangan, plateau, orgasme, dan resolusi. Hasrat dan gairah merupakan bagian dari fase rangsangan. American Phychiatric Assocation dan WHO mengkategorikan disfungsi seksual berdasarkan fase-fase tersebut.
Yang termasuk ke dalam disfungsi seksual adalah gangguan minat/keinginan seksual (desire disorder), gangguan hasrat (arousal disorder), gangguan orgasme (orgasmic disorder), dan gangguan nyeri seksual (sexual pain disorder).
Disfungsi seksual dapat diatasi dengan pengobatan maupun terapi psikologis. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk berdiskusi dengan pasangan serta dokter apabila Anda mengalami kondisi ini.
Secara umum, gejala disfungsi seksual meliputi:
Sementara itu, pengidap perempuan dan laki-laki bisa mengalami keluhan yang berbeda. Berikut ini penjelasannya.
Penyebab disfungsi seksual bisa bermacam-macam, mulai dari hormon, gangguan medis, hingga masalah psikologis.
Sejumlah kondisi medis bisa saja memengaruhi risiko Anda untuk mengalami disfungsi seksual. Beberapa contohnya meliputi:
Penggunaan obat-obatan tertentu dapat menurunkan hasrat seksual dan keinginan tubuh untuk mengalami orgasme. Misalnya, obat antidepresan, obat penekan darah, antihistamin (obat alergi) dan obat kemoterapi
Level estrogen yang lebih rendah setelah menopause dapat menyebabkan perubahan pada kelamin dan respons seksual seorang wanita. Sementara itu, penurunan kadar hormon estrogen memicu penurunan aliran darah ke daerah pinggul, yang kemudian berujung pada berkurangnya sensasi pada kelamin.
Selain itu, dinding vagina menjadi lebih tipis dan kurang elastis, terutama jika seorang wanita jarang berhubungan seksual. Hal ini akan menyebabkan rasa sakit saat berhubungan intim.
Ada sederet faktor psikologis yang berkaitan dengan disfungsi seksual. Beberapa di antaranya adalah:
Baca jawaban dokter: Gangguan ereksi, apakah karena onani?
Para ahli mengatakan bahwa disfungsi seksual lebih banyak terjadi pada wanita (43%) dan laki-laki sebesar 31%. Kondisi ini dapat dialami oleh setiap orang, meski lebih sering dialami orang berusia di atas 40 tahun.
Baca juga: Benarkah Obat Kuat Efektif untuk Atasi Impotensi?
Untuk memastikan diagnosis disfungsi seksual, dokter akan melakukan tanya jawab, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berikut penjelasannya:
Dokter akan melakukan tanya jawab untuk mendiskusikan riwayat medis dan riwayat seksual pasien. Semakin terbuka pasien pada dokter, semakin besar kemungkinan untuk menemukan penanganan yang efektif.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik untuk membantu dalam menentukan diagnosis.
Sebagai contoh, pada pasien wanita, dokter akan melakukan pemeriksaan panggul untuk mendeteksi perubahan fisik yang berefek pada kenikmatan seksual, seperti penipisan dinding kelamin, penurunan elastisitas kulit, luka atau sakit.
Dokter akan merekomendasikan tes darah untuk memeriksa masalah kesehatan tertentu yang kemungkinan bisa meningkatkan risiko disfungsi seksual.
Advertisement
Pengobatan disfungsi seksual tergantung pada penyebab yang mendasarinya, baik masalah fisik maupun fisiologis. Upaya pengobatan yang dapat dilakukan meliputi:
Pengobatan yang diberikan terkait dengan masalah fisik yang dimiliki pasien. Misalnya, pemberian obat diabetes untuk penderita kencing manis, maupun penggantian obat hipertensi apabila ini pemicunya, dan lain-lain.
Beberapa jenis obat dapat membantu dalam memperbaiki masalah disfungsi seksual pada laki-laki. Contoh obat tersebut di antaranya adalah sildenafil, tadalafil, vardenafil, dan avanafil.
Terapi hormon dapat digunakan untuk mengatasi masalah disfungsi seksual pada pria maupun wanita. Contohnya, terapi estrogen untuk perempuan dan terapi hormon testosteron untuk laki-laki.
Alat bantu mekanik, seperti implan, dapat digunakan pasien pria. Sementara itu, gel atau krim pelumas bisa menyelesaikan masalah kekeringan pada vagina bagi pasien wanita.
Psikoterapi dapat membantu pasien seandainya disfungsi seksual disebabkan oleh gangguan mental. Psikolog atau psikiater dapat memberikan beberapa terapi yang sesuai berdasarkan keluhan yang Anda miliki, seperti:
Baca juga: Ini Posisi Seks yang Disukai Wanita, Dijamin Bikin Cepat Orgasme
Apabila tidak ditangani, disfungsi seksual dapat menimbulkan beberapa komplikasi di bawah ini:
Masalah seksual umumnya tidak dapat dicegah Namun menjalani pengobatan untuk hal-hal yang mendasari disfungsi seksual mungkin dapat membantu. Apa sajakah caranya?
Ketika masalah seksual terus terjadi, pasangan bisa mengalami gangguan kecemasan. Keadaan akan memburuk jika tidak didiskusikan secara saksama.
Bila kondisi Anda tidak membaik atau Anda mencurigai adanya alasan fisik, berkonsultasilah dengan dokter.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
Berikut ini pertanyaan yang akan diajukan oleh dokter
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang guna mencari penyebab disfungsi seksual yang Anda alami. Ketika pemicunya sudah diketahui, pengobatan yang tepat pun bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved