1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Sebagian kasus diare dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan tertentu.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan tinja yang encer dan berair saat buang air besar. Diare merupakan kondisi medis yang umum terjadi dan biasanya sembuh tanpa perawatan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh banyak hal dan biasanya menghilang dengan sendirinya dalam 1-3 hari.
Pasien dengan diare akan lebih sering bolak-balik ke kamar mandi. Pasien juga akan mengalami kembung, nyeri perut bawah, dan kadang merasa mual.
Meskipun kebanyakan diare dapat sembuh sendiri, terkadang diare dapat menimbulkan komplikasi medis yang serius. Diare dapat menyebabkan dehidrasi (hilangnya air dalam jumlah besar dari dalam tubuh), gangguan keseimbangan elektrolit, dan gagal ginjal.
Diare akan membuat tubuh kehilangan cairan dan elektrolit bersamaan dengan keluarnya tinja. Oleh karena itu, pasien dengan diare perlu banyak minum untuk mengembalikan cairan yang hilang. Dehidrasi dapat bersifat fatal apabila gagal mengalami perbaikan, mengalami perburukan, dan tidak ditangani dengan baik.
Pada umumnya, terdapat dua jenis diare yaitu diare akut dan diare kronis. Berikut penjelasannya:
Diare disebut diare akut jika berlangsung selama satu hingga dua hari. Diare jenis ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit, keracunan makanan, atau kondisi yang dikenal sebagai traveler’s diarrhea
Traveler’s diarrhea atau diare wisatawan merupakan kondisi yang terjadi pada saat sedang berlibur di negara-negara berkembang.
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari empat minggu. Kondisi ini biasanya hasil dari penyakit atau kelainan usus tertentu seperti penyakit celiac atau penyakit Crohn.
Gejala diare bergantung pada penyebab yang mendasarinya dan umumnya berupa:
Beberapa jenis penyakit dan kondisi medis dapat memicu diare. Penyebab diare ini antara lain:
Virus yang dapat menyebabkan diare adalah rotavirus, virus Norwalk, hepatitis, dan cytomegalovirus. Rotavirus adalah penyebab tersering diare akut.
Virus Corona (COVID-19) juga dapat menyebabkan gejala pada sistem pencernaan. Contohnya, mual, muntah, dan diare.
Makanan atau minuman yang tercemar dapat menularkan bakteri serta parasit ke dalam tubuh. Diare akibat bakteri dan parasit ketika seseorang berlibur ke negara berkembang disebut traveler’s diarrhea.
Salah satu jenis bakteri yang dapat menimbulkan infeksi berat dengan diare adalah Clostridium difficile.
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan diare, seperti antibiotik. Obat ini dapat membunuh bakteri baik sekaligus bakteri jahat, yang akan mengganggu keseimbangan bakteri dalam usus.
Sementara obat lain yang dapat memicu diare meliputi obat kanker dan antasida dengan kandungan magnesium.
Laktosa adalah gula yang ditemukan di dalam susu dan produk susu lainnya. Jika tubuh tidak mampu mencerna senyawa ini, intoleransi laktosa akan muncul.
Penderita intoleransi laktosa akan mengalami diare setelah mengonsumsi produk susu. Kondisi ini dapat membaik seiring bertambahnya usia penderita. Pasalnya, kadar enzim yang membantu dalam mencerna laktosa akan menurun setelah masa kanak-kanak.
Fruktosa adalah gula yang ditemukan di buah dan madu. Fruktosa seringkali ditambahkan sebagai sebagai pemanis untuk beberapa minuman. Pasien yang mengalami masalah dalam mencerna fruktosa akan mengalami diare.
Pemanis buatan seperti sorbitol dan mannitol yang sering ditemukan pada permen karet atau produk bebas gula lainnya dapat memicu diare pada beberapa orang.
Operasi pada perut atau operasi pengangkatan kantong empedu seringkali dapat menyebabkan diare.
Diare kronik disebabkan oleh banyak hal, seperti penyakit Crohn, kolitis ulseratif, penyakit Celiac, microscopic colitis dan irritable bowel syndrome.
Faktor risiko diare antara lain:
Untuk memastikan diagnosis diare, dokter akan melakukan sederet metode pemeriksaan berikut:
Dokter akan menanyakan gejala diare, riwayat medis, riwayat penggunaan obat-obatan, riwayat medis keluarga, serta riwayat bepergian pasien.
Dokter juga akan memeriksa ada tidaknya tanda-tanda dehidrasi pada pasien.
Karena kebanyakan kasus diare membaik tanpa pengobatan, dokter sering bisa mendiagnosis diare tanpa pemeriksaan khusus. Tetapi pada beberapa kasus (seperti diare yang berlangsung lebih dari satu minggu) pemeriksaan lanjutan mungkin akan dilakukan.
Pemeriksaan tersebut bisa berupa:
Tes darah lengkap bisa mendeteksi kondisi-kondisi tertentu. Contohnya anemia dapat menandakan adanya malnutrisi, perdarahan saluran cerna, atau irritable bowel disease (IBD).
Pemeriksaan fungsi hati yang dilakukan meliputi tes kadar albumin.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi fungsi cerna kalsium, vitamin B-12, dan folat. Status zat besi dan fungsi kelenjar tiroid juga dapat dinilai.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit celiac.
Dokter dapat mengidentifikasi adanya parasit, bakteri, dan virus pada kultur tinja. Tes tinja juga dapat mendeteksi darah, sel darah putih, dan sel lain untuk menentukan penyebab diare.
Tes puasa dilakukan untuk menentukan intoleransi makanan atau alergi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa peradangan dan kelainan struktural usus.
Kolonoskopi bertujuan memeriksa kondisi seluruh usus besar.
Sigmoidoskopi dapat memeriksa rektum (usus bagian akhir) dan usus besar bagian bawah untuk mencari tanda-tanda penyakit usus.
Advertisement
Beberapa cara mengobati diare yang bisa dilakukan meliputi:
Anak-anak dan lansia lebih rentan mengalami dehidrasi. Pada kasus ringan, pasien dapat minum air putih lebih banyak.
Oralit yang mengandung gula dan garam juga dapat diberikan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Namun pada kasus yang lebih berat pasien membutuhkan cairan dari infus.
Obat antidiare juga dapat diberikan. COntohnya, loperamide dan bismuth subsalicylate
Akan tetapi, obat antidiare kerap dapat memperlambat kesembuhan dari infeksi bakteri. Pasalnya, obat ini akan mengurangi jumlah bakteri yang terbuang lewat feses.
Obat antibiotik dapat menangani diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Bila diare terjadi akibat penggunaan obat tertentu, obat ini akan diganti oleh dokter dengan obat lain.
Beberapa pola makan sehat berikut bisa membantu dalam meringankan diare:
Komplikasi diare adalah dehidrasi yang dapat mengancam nyawa bila tidak ditangani. Dehidrasi terutama berbahaya pada anak-anak, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah.
Diare dapat menyebabkan seseorang kehilangan cairan dengan cepat dan menyebabkan dehidrasi (kondisi dimana tubuh kehilangan cairan). Dehidrasi harus segera ditangani karena dapat berisiko mengancam nyawa.
Dehidrasi adalah kondisi serius yang terjadi pada bayi atau anak. Gejala diare pada bayi dan anak kecil, di antaranya adalah:
Diare rotavirus dan traveller’s diarrhea dapat dicegah. Terdapat vaksin untuk rotavirus yang dapat diberikan pada bayi.
Berhati-hatilah untuk mengonsumsi apapun saat di tempat dengan sanitasi buruk. Sebaiknya:
Sebagian kasus diare dapat sembuh tanpa pengobatan tertentu. Namun, diare yang parah dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat mengancam jiwa jika tidak diobati. Dehidrasi sangat berbahaya, khususnya pada anak-anak dan orang tua yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Segera hubungi dokter jika:
Cari bantuan medis jika anak Anda:
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Anda juga dapat meminta keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis diare. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved