1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Demam kelenjar umumnya disebabkan oleh virus Epstein-Barr
Demam kelenjar adalah infeksi yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (human herpesvirus 4). Kondisi ini mengakibatkan peningkatan sel darah putih yang memiliki satu nukleus (monosit). Selain demam kelenjar, penyakit ini juga dikenal sebagai Mononukleosis.
Infeksi virus Epstein-Barr (EBV) merupakan salah satu virus herpes yang sangat menular. Tak heran jika demam kelenjar dialami lebih dari 90 persen manusia di bumi.
Meski daya tularnya luar biasa, EBV tidak selalu menimbulkan gejala atau menyebabkan demam kelenjar. Virus lain juga bisa menyebabkan penyakit ini, seperti sitomegalovirus dan rubella.
Selain itu, gejala pada demam kelenjar mungkin serupa dengan keluhan yang disebabkan oleh infeksi parasit toksoplasma. Akibatnya, penyakit ini dulit dibedakan.
Penyakit dengan nama lain glandular fever dan mononukleosis infeksiosa ini dapat ditularkan melalui ludah, misalnya lewat ciuman. Karena itu, kondisi ini juga sering disebut sebagai kissing disease, dan sebagian besar dialami oleh remaja dan dewasa muda.
Bila seseorang terinfeksi oleh virus Epstein-Barr, umumnya gejala klinis demam kelenjar baru akan timbul, pada empat hingga enam minggu setelah infeksi. Siapapun dapat menderita infeksi virus Epstein-Barr, namun paling sering diderita pada usia 5 dan 25 tahun. Beberapa gejala yang dapat muncul pada demam kelenjar antara lain:
Penyebab demam kelenjar adalah infeksi virus Epstein-Barr. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak langsung antarpenderita lewat ludah, ciuman, batuk, bersin, atau bahkan penggunaan bersama alat-alat rumah tangga dari orang yang telah terinfeksi demam kelenjar.
Virus ini juga bisa menyebar melalui air mani, darah, atau transplantasi organ. Beruntung, untuk transfusi darah dan transplantasi organ, penularannya jarang terjadi karena proses pemeriksaan yang terhitung ketat.
Namun perlu diingat bahwa demam kelenjar tidak mudah menular seperti penyakit flu, meskipun virus ini ditemukan pada hampir 90-95% populasi di dunia.
Beberapa mikroorganisme lain dapat pula menyebabkan demam kelenjar, dengan gejala yang hampir serupa. Contohnya, cytomegalovirus (CMV) dan toxoplasma.
Faktor risiko juga melekat kepada siapapun yang secara teratur melakukan kontak dekat dengan banyak orang berisiko lebih tinggi terkena demam kelenjar. Tak heran jika para siswa sekolah, tenaga kesehatan menjadi lebih berisiko.
Diagnosis demam kelenjar biasanya akan dilakukan berdasarkan riwayat tanda dan gejala infeksi. Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik lalu dipastikan dengan tes darah. Untuk mengawali diagnosis, dokter biaanya akan melakukan tanya jawab serinci mungkin dengan pasien.
Tes darah yang mungkin dilakukan dokter guna memastikan kondisi ini sudah mencakup tes antibodi. Tes antibodi dilakukan dengan mendeteksi apakah ada protein tertentu yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh saat melawan virus Epstein-Barr.
Tes antibodi heterofil biasanya beraksi bukan hanya pada virus Epstein-Barr, namun juga protein lain dari kuman yang menyerang. Sebagian besar penderita demam kelenjar memiliki antibodi jenis ini.
Tes antibodi khusus EBV biasanya dilakukan jika tes antibodi heterofil memberikan hasil negatif. Tes ini juga bisa menghapus kemungkinan hasil positif dari penyakit lain, yang terdeteksi pada antibodi heterofil.
Untuk membantu deteksi ada tidaknya infeksi, tes darah rutin bisa dilakukan. Saat infeksi, jumlah sel darah putih akan meningkat hingga 15.000-20.000 per centimeter kubik. Dari jumlah ini, sekitar 75 persennya adalah sel polinuklear.
Penderita demam kelenjar biasanya memiliki presentase sel mononuclear antara 60-70 persen. Inilah alasan kenapa kondisi ini sering disebut dengan mononukleus menular.
Untuk mengetahui virus lain yang bisa juga menyebabkan demam kelenjar, maka tes virus lain bisa juga dilakukan. Tes ini bisa mendeteksi rubella, cytomegalovirus dan toksoplasma. Tes untuk virus toksoplasma penting terutama pada ibu hamil.
Beberapa tes lain mungkin diperlukan termasuk tes fungsi hati. Tes tersebut diperlukan untuk menilai kesehatan hati.
Guna melakukan pemeriksaan limpaa atau hati yang membengkak, ultrasonografi mungkin akan disarankan dokter. Tes ini akan dilakukan pada perut penderita mengingat kedua organ tersebut ada di area perut.
Advertisement
Pengobatan demam kelanjar secara spesifik belum ditemukan hingga kini. Namun kondisi ini umumnya akan hilang setelah 2-4 minggu meski tanpa pengobatan.
Hanya saja, penderita kemungkinan akan merasakan kelelahan dalam waktu yang relatif lama. Bahkan, ada yang tetap merasakannya hingga enam bulan.
Untuk membantu tubuh sembuh dari demma kelenjar, dokter dapat menganjurkan beberapa langkah di bawah ini:
Jika mengalami demam kelenjar, istirahat total adalah kunci untuk mengusir gejala lelah dan tidak enak badan. Jika telah pulih, sambunglah dengan olahraga ringan guna mengembalikan kekuatan otot.
Minum banyak air akan membantu mencegah dehidrasi. Hal ini akan sangat membantu terutama jika terjadi demam. Gejala sakit tenggorokan biasanya membuat sulit menelan bahkan cairan. Namun, usahakan tetap mengonsumsi cukup cairan.
Obat pereda nyeri seperti ibuprofen dan acetaminophen bisa juga dikonsumsi. Obat-obat tersebut berguna untuk mencegah demam dan nyeri.
Untuk kondisi ini, aspirin tidak sesuai karena dapat meningkatkan risiko pendarahan. Selain itu, aspirin juga tidak boleh dikonsumsi anak-anak di bawah 16 tahun karena berisiko mengembangkan sindrom Reye.
Untuk meredakan akit tenggorokan, berkumur air garam atau larutan dari apotek bisa dilakukan.
Untuk meredakan pembengkakan atau peradangan pada amandel, penderita bisa mengonsumsi kortikosteroid. Namun obat ini harus dikonsumsi dengan resep dokter. Konsumsi obat bisa dilakukan jika amandel sangat meradang atau sulit bernapas.
Umumnya, penyakit ini tidak menimbulkan masalah pada penderitanya. Namun, beberapa pasien mungkin akan mengalami komplikasi demam kelenjar. Adapun komplikasi yang mungkin mendera antara lain:
Hingga kini, belum tersedia vaksin yang efektif untuk mencegah demam kelenjar. Namun menerapkan pola hidup sehat mungkin bisa mengurangi risikonya, misalnya dengan terbiasa mencuci tangab.
Karena umumnya ditularkan melalui air liur, penderita demam kelenjar harus menghindari mencium orang lain maupun saling pinjam alat makan hingga gejalanya hilang. Dengan ini, penularan bisa dicegah semaksimal mungkin.
Anda sebaiknya berkonsultasi ke dokter apabila mengalami demam kelenjar disertai beberapa kondisi berikut:
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan catatan yang berisi informasi berikut ini.
Mintalah keluarga atau teman untuk mendampingi Anda untuk berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral, maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.
Dokter bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Sebaiknya Anda memberikan jawaban jelas, agar dokter bisa mendiagnosis dengan baik.
Setelah itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis demam kelenjar.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved