Cutis laxa adalah kelainan langka yang memengaruhi jaringan ikat pada kulit sehingga membuat kulit tidak lagi elastis. Istilah cutis laxa sendiri berasal dari bahasa Latin, yang artinya kulit kendur atau longgar.
Penderita cutis laxa memang sering kali dapat diidentifikasi dari kulitnya yang longgar seperti keriput (elastolisis) sehingga terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Hal ini dapat terjadi karena cutis laxa menyerang jaringan ikat kulit yang berfungsi untuk menopang, melindungi, dan memberi bentuk pada jaringan kulit serta jaringan lainnya seperti otot dan sendi.
Cutis laxa dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda. Ada pasien yang hanya mengalami gangguan pada penampilannya, tapi ada juga yang mengalami gangguan pada organ dalam tubuhnya.
Pasalnya, kelainan pada jaringan ikat seperti cutis laxa tak hanya dapat menimbulkan gangguan kulit, tapi juga gangguan pada sistem pernapasan, peredaran darah, usus, dan juga tulang.
Cutis laxa juga dikenal dengan nama generalized elastolysis, kondisi ini dilaporkan terjadi pada 1 dari 2.000.000 kelahiran. Saat ini perawatan cutis laxa tersedia untuk meringankan gejala dan membantu penderitanya agar dapat hidup dengan normal.
Jenis-jenis cutis laxa
Kondisi ini dapat dialami seseorang sejak lahir (bawaan) atau berkembang selama masa hidup seseorang (acquired).
Berikut ini penjelasan jenis-jenis kondisi cutis laxa:
Karenanya, penyebab dari cutis laxa yang didapat belum diketahui secara pasti, meski para ahli menganggap penyakit autoimun kemungkinan dapat menjadi salah satu penyebabnya.
Baca Juga: Struktur dan Fungsi Jaringan Ikat pada Tubuh, Beserta Penyakit yang Mengintai
Gejala-gejala cutis laxa dapat berbeda tergantung jenis yang diderita. Gejala khas dari kondisi ini adalah kulit kendur dan juga keriput pada beberapa bagian tubuh. Tidak seperti kondisi gangguan kulit lainnya, cutis laxa tidak membuat kulit rentan luka atau memar.
Gejala-gejala yang berkaitan dengan cutis laxa meliputi:
Gejala yang dialami oleh penderita cutis laxa dapat berbeda-beda. Beberapa pasien juga dapat mengalami gejala-gejala yang lebih parah dibanding pasien lainnya.
terjadi pada gen ELN, yang berfungsi memberikan instruksi pada tubuh untuk memproduksi protein elastin.
Protein elastin merupakan bagian utama dari jaringan ikat tubuh, tepatnya pada jaringan elastik di dalamnya. Jaringan elastik sendiri berfungsi memberikan kekuatan serta fleksibilitas pada jaringan ikat tubuh.
Pada cutis laxa jenis autosomal dominant cutis laxa (ADCL), selain gen ELN, gen lain yang dapat menyebabkan kondisi ini termasuk FBLN5 dan ALDH18A1. Mutasi pada ketiga gen ini (terutama gen ELN) biasanya diwarisi seseorang secara autosomal-dominan.
Cutis laxa yang diwariskan dalam pola autosomal dominan dapat terjadi jika seseorang mewarisi satu saja salinan gen yang bermutasi di tiap sel tubuh.
Sementara itu, pada cutis laxa jenis autosomal recessive cutis laxa (ARCL) mutasi terjadi pada gen EFEMP2, LTBP4, ATP6V0A2, PYCR1, FBLN5, atau ALDH18A1. Mutasi pada gen-gen tadi biasanya diwarisi seseorang secara autosomal-resesif.
Pola pewarisan autosomal resesif dapat terjadi jika seseorang mewarisi dua salinan gen yang bermutasi di tiap sel tubuh. Kedua salinan ini didapatkan dari masing-masing orangtua yang carrier. Artinya, kedua orangtuanya memiliki gen yang bermutasi tapi tidak menderita cutis laxa.
Jika terjadi mutasi pada gen-gen yang telah disebut, tubuh akan kesulitan dalam memproduksi protein elastin atau dalam membentuk jaringan elastik. Akibatnya, produksi protein elastin terganggu sehingga tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Hal ini menyebabkan jaringan ikat pada kulit, pembuluh darah, paru-paru, dan organ-organ lainnya melemah.
Di samping gen-gen yang telah disebutkan, ada dua gen lain yang juga terkait dengan cutis laxa, yaitu gen ALDH18A1 dan PYCR1. Kedua gen ini memberikan instruksi pada tubuh untuk memproduksi proline, yang merupakan salah satu bahan pembuat protein.
Selain itu, kedua gen tadi juga berperan penting dalam jalannya fungsi dari mitokondria. Jika fungsi mitokondria terganggu, sel-sel dalam jaringan ikat kulit dapat mati secara tidak normal.
Cutis laxa jenis OHS (occipital horn syndrome) disebabkan oleh mutasi yang diwarisi secara resesif lewat kromosom X. Pria lebih rentan menderita penyakit yang diwarisi lewat kromosom X, contohnya cutis laxa jenis OHS ini.
Cutis laxa juga dapat disebabkan oleh mutasi yang terjadi pada gen ATP7A, yang berfungsi untuk memproduksi protein yang dapat mengatur kadar zat tembaga dalam tubuh. Mutasi pada gen tadi akan mempengaruhi distribusi zat tembaga pada berbagai sel dalam tubuh.
Kurangnya kadar zat tembaga dalam tubuh dapat mengurangi aktivitas dari berbagai enzim yang penting bagi struktur dan juga fungsi dari tulang, kulit, rambut, pembuluh darah, dan sistem saraf. Akibatnya yaitu munculnya gejala-gejala yang terkait dengan cutis laxa jenis OHS.
Selain cutis laxa yang diwariskan, ada juga cutis laxa yang bersifat didapat. Cutis laxa yang didapat memiliki proporsi sekitar 20% dari semua kasus cutis laxa. Penyebab dari cutis laxa yang didapat tidak diketahui secara pasti. Meski demikian, diketahui bahwa cutis laxa yang didapat juga berkaitan dengan jaringan elastin yang rusak dalam tubuh.
Acquired cutis laxa biasanya muncul disertai kondisi lain atau setelah mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya karena:
Diagnosis cutis laxa biasanya dilakukan oleh seorang dermatologis atau dokter spesialis kulit dengan menjalankan pemeriksaan berikut:
1. Tanya jawab dan pemeriksaan fisik
Dokter akan memulai diagnosis dengan memeriksa riwayat medis pasien serta keluarganya. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terhadap kulit pasien.
2. Biopsi kulit
Biopsi kulit atau pada sumsum tulang dapat dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda cutis laxa di dalam sampel.
3. Tes pencitraan
Tes pencitraan seperti rontgen dada atau ekokardiografi untuk memeriksa apakah terdapat gangguan pada jantung dan paru-paru.
4. Tes fungsi kelenjar tiroid
Pemeriksaan pada kelenjar tiroid biasanya disarankan dokter untuk dilakukan pada bayi yang dicurigai mengalami gejala cutis laxa.
5. Tes genetik
Tes genetik dilakukan untuk mendeteksi adanya mutasi genetik pada gen-gen penyebab cutis laxa. Tes ini juga dapat berguna bagi pasangan yang sedang merencanakan keturunan jika mereka ingin mengetahui apakah ada risiko mutasi genetik yang dapat diwarisi oleh anak mereka.
Baca jawaban dokter: Apakah setiap orang wajib melakukan skrining genetik?
Advertisement
Sampai saat ini, belum diketahui cara untuk mengobati cutis laxa. Pengobatan terhadap kondisi ini berfokus pada perawatan gejala-gejala yang dialami pasien serta kondisi lain yang berkaitan. Karenanya, pasien cutis laxa harus berobat rutin ke dokter untuk merawat gejala yang muncul.
Dokter dapat menjalankan metode-metode berikut untuk mengobati gejala cutis laxa:
Tergantung dari jenis cutis laxa yang diderita, pasien dapat mengalami komplikasi seperti:
Baca juga: Penyakit Genetik Bukan Kiamat, Hidup Tetap Bisa Berkualitas
Tidak diketahui secara pasti cara untuk mencegah cutis laxa karena kondisi ini bersifat keturunan. Hal yang sama juga berlaku pada cutis laxa yang sifatnya didapat karena penyebabnya yang masih belum teridentifikasi.
Namun, bagi pasangan yang merencanakan untuk memiliki keturunan, berkonsultasi pada ahli genetika dapat berguna untuk mengetahui peluang terjadinya penyakit keturunan seperti cutis laxa, terutama jika Anda memiliki keluarga dengan riwayat cutis laxa.
Segera hubungi dokter jika anak Anda memiliki kulit yang kendur, atau gejala lain yang berkaitan dengan cutis laxa. Perawatan dini sangat berperan penting bagi penderita cutis laxa agar kondisi ini dapat ditangani dengan baik sebelum muncul komplikasi yang berakibat fatal.
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis cutis laxa agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved