1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Croup adalah penyakit infeksi saluran pernapasan dengan batuk khas
Croup adalah penyakit infeksi saluran pernapasan dengan batuk yang khas. Umumnya, croup menyerang anak-anak yang berusia enam bulan sampai 12 tahun. Namun anak-anak usia dua tahun yang paling sering mengalaminya.
Dalam bahasa awam, croup dikenal sebagai batuk menggonggong.
Dalam dunia medis, croup juga disebut laryngotracheitis atau laryngotracheobronchitis. Sementara itu, orang awam mungkin mengenalnya dengan sebutan barking cough atau batuk menggonggong. Pasalnya, gejala croup atau krup yang paling khas adalah batuk yang keras dan terdengar seperti gonggongan.
Krup menyerang trakea, laring dan bronkus. Ketiganya adalah saluran pernapasan yang berada di antara hidung dan paru-paru. Adanya infeksi akan membuat saluran-saluran tersebut menjadi membengkak. Akibatnya, penderita mengalami kesulitan bernapas.
Baca juga: Fungsi Trakea pada Sistem Pernapasan Manusia
Croup dibagi ke dalam dua kategori, yakni croup yang ditularkan (infectious croup) dan croup yang terjadi secara mendadak (croup spasmodic).
Anak-anak yang tertular croup sering mengalami gejala berupa pilek biasa seperti demam rendah di bawah 38,5 derajat Celcius dan batuk. Demam umumnya akan berlangsung selama 1-3 hari.
Pada kasus krup yang lebih parah, gejalanya dapat berkembang menjadi berbagai kondisi berikut ini.
Seorang anak yang mengalami croup spasmodik umumnya terlihat cukup sehat karena tidak mengalami demam. Gejala baru terlihat ketika anak mengalami batuk. Batuk disertai bunyi napas yang keras dan serak sering terjadi begitu saja di tengah malam.
Gejala-gejala tersebut seringkali akan hilang jika anak menghirup udara malam yang sejuk atau uap.
Gejala dari croup spasmodik biasanya akan membaik dalam beberapa jam. Namun, kondisi ini dapat muncul kembali pada malam berikutnya.
Penyebab croup adalah virus yang umumnya memicu pilek atau flu, khususnya jenis virus human parainfluenza virus tipe 1. Virus ini menyebar melalui titik-titik air di udara ketika penderita bersin atau batuk.
Virus tersebut kemudian masuk melalui hidung dan turun ke saluran pernapasan, yaitu batang tenggorokan (trakea), laring, dan bronkus. Selanjutnya, ketiga saluran pernapasan ini akan membengkak sehingga menimbulkan kesulitan bernapas dan batuk-batuk.
Aliran udara yang melewati saluran sempit akibat pembengkakan croup akan menimbulkan suara khas saat bernapas. Kondisi ini disebut mengi.
Selain virus, penyebab krup juga bisa akibat infeksi bakteri. Namun hal ini sangat jarang terjadi.
Croup spasmodik tidak disebabkan oleh infeksi meskipun dapat dipicu oleh infeksi. Penyebab croup spasmodic diduga akibat faktor turunan dari keluarga, dan mungkin dipicu oleh reaksi alergi.
Croup spasmodik biasanya menyerang balita berusia antara tiga bulan sampai tiga tahun. Sementara itu, croup infeksi paling sering terjadi pada anak-anak di bawah usia enam tahun.
Beberapa faktor berikut ini dapat meningkatkan terjadinya croup.
Pada pemeriksaan awal, dokter akan menanyakan semua keluhan yang dialami oleh pasien. Dokter kemudian melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis.
Jenis-jenis pemeriksaan fisik yang akan dilakukan meliputi:
Jika mencurigai adanya croup dan dokter harus memastikan diagnosis, dokter akan mengajukan pemeriksaan penunjang berupa rontgen atau X-ray.
X-ray pada penderita Croup akan menunjukkan penyempitan pada laring, tepatnya di bawah pita suara. Jenis foto ini disebut steeple sign.
Untuk menentukan tingkat keparahan croup, dokter akan menghitung nilai Westley. Nilai ini didapatkan berdasarkan keluhan maupun gejala yang dialami oleh penderita.
Advertisement
Penanganan croup tergantung dari tingkat keparahan penyakit. Dokter akan menyarankan sejumlah langkah pengobatan, seperti berikut ini.
Kebanyakan anak yang mengalami croup memiliki gejala yang ringan dan umumnya dapat diobati di rumah dengan cara:
Penggunaan obat-obatan berikut ini serta oksigen, mampu meringankan croup.
Obat-obatan seperti Ibuprofen atau parasetamol dapat diberikan ketika anak merasa sakit atau demam.
Dalam beberapa kasus krup yang lebih parah, dokter mungkin akan meresepkan obat kortikosteroid untuk meredakan peradangan di saluran napas dan mengurangi penumpukan cairan (edema) pada laring. Contoh obat jenis kortikosteroid yang biasa diberikan adalah deksametason, prednison atau prednisolone.
Obat ini biasanya diberikan dalam bentuk suntikan ketika anak harus dirawat di rumah sakit.
Selain kortikostreoid, dokter biasanya memberikan epinefrin untuk mengurangi edema. Oleh sebab itu, pemberian kedua obat ini kerap dikombinasikan oleh dokter.
Pemberian oksigen umumnya dilakukan pada anak yang mengalami croup dengan kesulitan bernapas parah hingga kekurangan oksigen.
Baca juga: Kapan Harus Menggunakan Regulator Oksigen? Ini Penjelasannya
Apabila tidak mendapatkan perawatan dengan tepat, croup dapat menimbulkan komplikasi berupa:
Baca jawaban dokter: kenapa anak-anak sering batuk?
Croup dapat dicegah dengan menjaga kebersihan. Orangtua harus memperhatikan kebersihan diri maupun lingkungan anaknya, terutama pada balita (bayi di bawah 5 tahun).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah croup meliputi:
Baca juga: Makanan yang Harus Dihindari Saat Batuk agar Kondisinya Tidak Semakin Parah
Jika Anda atau anak Anda mengalami gejala-gejala croup, segera berkonsultasi ke dokter. Terutama jika anak tampak sesak napas, lemas, rewel, batuk tidak berhenti. Sebaiknya jangan menunda ke dokter.
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut ini.
Setelah itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis croup. Dengan demikian, penanganan croup pun bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved