1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Botulisme menyerang sistem saraf dan banyak terjadi pada anak-anak
Botulisme adalah penyakit langka dan serius yang disebabkan oleh racun saraf (neurotoksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau spora Clostridium botulinum (C. botulinum).
Toksin tersebut merupakan salah satu toksin yang paling berbahaya dan menyerang sistem saraf otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini bisa menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.
Pada dasarnya, botulisme terbagi dalam tiga jenis di bawah ini:
Kondisi ini terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung racun karena belum dikalengkan, diawetkan, atau dimasak dengan benar.
Botulisme luka terjadi ketika luka terinfeksi bakteri. Kondisi ini biasanya terjadi akibat penyuntikan obat-obatan terlarang seperti heroin yang terkontaminasi bakteri ke dalam otot daripada vena.
Botulisme bayi terjadi ketika bayi menelan bakteri yang resisten (disebut sebagai spora), di tanah atau dari makanan yang terkontaminasi. Seperti madu (spora ini tidak berbahaya bagi anak yang lebih besar dan orang dewasa, karena pertahanan tubuh sudah berkembang sejak sekitar usia 1 tahun).
Semua tipe botulisme dapat membahayakan kondisi kesehatan dan memerlukan tindakan medis secepat mungkin, terlebih botulisme makanan. Karena racun bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh dan menyerang saluran pencernaan.
Gejala botulisme dapat muncul dari 6-10 hari setelah infeksi awal. Kebanyakan kasus botulisme pada bayi dan makanan muncul antara 12-36 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Semua gejala diatas dihasilkan oleh kelumpuhan otot yang disebabkan oleh toksin. Dan jika tidak diobati, penyakit ini dapat berkembang, gejalanya memburuk, dan menyebabkan kelumpuhan otot tertentu. Contohnya, otot pernapasan, dan otot–otot pada lengan, kaki dan torso (area dari leher sampai dengan panggul).
Penyebab utama botulisme adalah bakteri Clostridium botulinum (dan beberapa spesies Clostridium lainnya). Toksin menyebabkan penyakit dengan menghalangi pelepasan asetilkolin dari ujung saraf motorik. Hal ini menghasilkan gejala yang berhubungan dengan botulisme.
Faktor risiko botulisme dibedakan berdasarkan tipenya. Berikut penjelasannya.
Faktor risiko botulisme makanan adalah mengonsumsi makanan rumahan yang telah terkontaminasi toksin botulisme. Misalnya, makanan rumahan yang diawetkan, difermentasi atau dikalengkan secara tidak benar, juga makanan dengan kadar asam yang rendah, seperti buah-buahan, sayuran dan ikan.
Penyakit ini juga dapat bersumber pada cabai, kentang panggang yang dibungkus dengan aluminium foil, dan minyak yang diresapi dengan bawang putih.
Faktor risiko botulisme luka adalah C. Botulinum yang masuk ke dalam luka. Hal ini mungkin disebabkan oleh cedera yang mungkin tidak Anda sadari. Bakteri dapat berkembang dan menghasilkan toksin.
Terjadinya luka botulisme juga meningkat pada seseorang yang menyuntikan heroin yang mengandung spora bakteri, bahkan kondisi ini umum ditemui pada orang yang menyuntikkan black tar heroin.
Faktor risiko botulisme pada bayi biasanya adalah mengonsumsi madu.
Diagnosis botulisme dilakukan dengan cara tanya jawab, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan. Berikut penjelasannya.
Hal pertama yang dilakukan dokter adalah bertanya mengenai gejala yang Anda rasakan. Selain itu, dokter akan bertanya tentang makanan yang dimakan dalam beberapa hari terakhir sebagai kemungkinan sumber toksin, dan apakah ada orang lain yang memakan makanan yang sama.
Saat pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa fisik dan mengecek adanya gejala yang Anda derita. Dokter mungkin juga mengambil sampel darah atau tinja untuk menganalisis keberadaan racun.
Bila perlu, dokter juga akan menyarankan Anda melakukan beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:
Advertisement
Cara mengobati botulisme umumnya akan tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan seberapa lama pasien sudah mengalami kondisi tersebut.
Beberapa pilihan cara mengobati botulisme yang biasanya disarankan dokter, yaitu:
Pemberian antitoksin dilakukan untuk mengobati bawaan makanan atau luka. Antitoksin dimasukkan ke dalam tubuh dengan disuntikkan, untuk mengurangi risiko komplikasi. Antitoksin menempel pada racun yang masih beredar di aliran darah Anda dan mencegahnya merusak saraf.
Namun, antitoksin tidak dapat menyembuhkan kerusakan yang telah terjadi. Untungnya, saraf melakukan regenerasi. Meskipun regenerasi saraf membutuhkan waktu yang cukup lama.
Jenis antitoksin yang biasanya digunakan untuk bayi adalah globulin imun botulisme.
Antibiotik diberikan untuk mengobati botulisme luka. Namun, obat-obatan ini tidak disarankan untuk jenis botulisme lainnya karena dapat mempercepat pelepasan racun.
Jika Anda mengalami kesulitan bernapas, Anda mungkin memerlukan ventilator mekanis selama beberapa minggu karena efek toksin secara bertahap berkurang.
Setelah pulih, Anda mungkin juga memerlukan terapi untuk meningkatkan kemampuan berbicara, menelan, dan fungsi lain yang terpengaruh oleh penyakit ini.
Jika tidak ditangani dengan optimal, botulisme dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Cara mencegah botulisme yang bisa dilakukan meliputi:
Botulisme adalah kondisi medis yang serius yang membutuhkan perawatan medis segera. Perawatan dini akan meningkatkan peluang hidup yang lebih besar serta mengurangi komplikasi penyakit lain.
Mencari bantuan medis dengan segera juga akan memberitahu otoritas kesehatan, sehingga mereka dapat mencegah orang lain untuk mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh toksin botulinum.
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis botulisme agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved