logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kembali ke Daftar Penyakit

Binge Eating Disorder

1 Jun 2021

| dr. Levina Felicia

Ditinjau oleh dr. Reni Utari

Penderita binge eating disorder tak bisa berhenti makan meski sudah kenyang

Binge eating disorder membuat penderita makan berlebihan di satu waktu

Pengertian binge eating disorder

Binge eating disorder adalah gangguan makan yang membuat penderitanya  mengkonsumsi makanan dalam porsi besar dan kesulitan menahan nafsu makannya. Ketidakmampuan ini kemudian menciptakan rasa malu dan bersalah, namun penderita tetap tak bisa berhenti.

Walaupun terkesan sepele, gangguan makan ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Pasalnya, penderita binge eating disorder berisiko tinggi untuk mengalami kegemukan (obesitas), gangguan tidur, nyeri kronis, asma, dan irritable bowel syndrome (IBS).

Makan porsi besar atau berlebihan sebenarnya normal bila hanya sesekali. Misalnya, saat liburan atau acara makan keluarga. Tetapi berbeda dengan penderita binge eating disorder, ia akan berulang kali kesulitan mengendalikan diri agar tidak makan banyak. 

Binge eating disorder biasanya berlangsung untuk waktu yang lama. Kondisi ini bisa bermula di usia akhir remaja dan berlanjut sampai awal 20an. 

Seperti pada kebanyakan jenis gangguan makan lainnya, binge eating disorder lebih sering diderita oleh wanita dibandingkan pria. Wanita yang mengalami masalah kejiwaan ini berisiko lebih tinggi untuk terkena gangguan kesuburan.

Bila binge eating disorder sudah mengganggu aktivitas dan kepercayaan diri penderitanya, orang-orang di sekitarnya disarankan untuk membujuk penderita agar mencari bantuan medis. Kondisi ini dapat diatasi dengan baik jika penderita mendapatkan penanganan yang tepat.

 

Tanda dan gejala binge eating disorder

Gejala binge eating disorder meliputi:

  • Sulit menahan nafsu makan.
  • Makan porsi besar dalam waktu singkat.
  • Terus makan bahkan ketika sudah kenyang.
  • Makan terus-menerus sepanjang hari tanpa jadwal makan yang jelas.
  • Kadang-kadang menyembunyikan makanan untuk dikonsumsi diam-diam.

Gejala emosi yang menyertai binge eating disorder bisa berupa:

  • Perasaan stres atau tegang yang hanya bisa diredakan dengan makan.
  • Merasa malu karena banyaknya makanan yang dikonsumsi.
  • Tidak merasakan apa-apa ketika melakukan binge eating, misalnya tidak sadar padahal sudah makan terlalu banyak.
  • Sebanyak apapun porsi makanan yang sudah dilahap, penderita tidak pernah puas.
  • Merasa bersalah atau depresi setelah makan terlalu banyak
  • Merasa frustasi karena tidak bisa mengendalikan berat badan dan kebiasaan makan.

Binge eating disorder seringkali terjadi pada orang yang baru saja menjalani diet ketat. Gejala binge eating disorder seperti lingkaran yang tidak putus-putus.  

Pada tahap awal, penderita akan merasa nyaman ketika makan. Pasalnya, aktivitas makan akan membantunya dalam mengurangi rasa stres, depresi, atau kecemasan.

Namun setelahnya, penderita akan menyesal. Rasa bersalah pun kemudian timbul dan akhirnya membuat penderita kembali makan banyak guna mengurangi tekanan emosi yang dirasakannya.

 

Penyebab binge eating disorder

Penyebab binge eating disorder adalah kombinasi dari berbagai faktor. Mulai dari faktor genetik, emosi, dan lingkungan. Berikut penjelasannya:

1. Faktor sosial

Tekanan sosial bisa menjadi salah satu faktor pemicu binge eating disorder. Misalnya, anggapan awam bahwa kurus sama dengan cantik.

Usaha untuk menurunkan berat badan yang tidak kunjung berhasil dapat membuat seseorang stres. Pada akhirnya, ia malah melampiaskan emosinya dengan makan berlebihan

2. Faktor psikologis

Depresi dan binge eating disorder berkaitan erat. Selain depresi, faktor psikis lain juga berpotensi meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kondisi ini. Contohnya, percaya diri yang rendah, kesepian, dan rasa tidak puas dengan bentuk tubuh. 

3. Faktor biologis

Kelainan pada hipotalamus juga dapat mengakibatkan binge eating disorder. Bagian otak ini berperan dalam mengatur nafsu makan seseorang.

 

Faktor risiko binge eating disorder

Beberapa faktor di bawah ini dianggap dapat meningkatkan risiko binge eating disorder:

  • Jenis kelamin

Binge eating disorder lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria, khususnya remaja akhir atau dewasa muda pada awal 20-an.

  • Riwayat keluarga

Pasien lebih mungkin mengalami binge eating disorder bila memiliki orangtua atau saudara yang memiliki gangguan makan. Hal ini menandakan adanya faktor genetik yang berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya gangguan makan.

  • Diet

Kebanyakan pasien dengan binge eating disorder memiliki riwayat diet sebelumnya. Diet atau mengurangi kalori sepanjang hari dapat memicu makan berlebihan, terutama bila pasien memiliki gejala depresi.

 

Diagnosis binge eating disorder

Diagnosis binge eating disorder dapat ditegakkan bila Anda mengalami tiga atau lebih dari gejala-gejala berikut:

  • Makan sampai terlampau kenyang.
  • Makan lebih cepat daripada orang normal.
  • Makan porsi besar makanan meski tidak sedang lapar.
  • Sering makan sendirian karena merasa malu kalau orang lain melihat porsi makannya yang banyak.
  • Muncul perasaan bersalah dan jijik terhadap diri sendiri

Meski demikian, mengalami tiga atau lebih gejala saja tidak berarti Anda otomatis mengidap binge eating disorder. Durasi berlangsungnya gejala juga perlu diperhitungkan.

Pasien dianggap menderita binge eating disorder bila mengalami gejala-gejala tersebut setidaknya satu kali per minggu, dan terus berlangsung selama minimal tiga bulan.

Advertisement

Cara mengobati binge eating disorder

Penanganan binge eating disorder berfokus pada mengubah perilaku penderita, serta mengendalikan berat badan maupun kesehatan jiwa penderitanya. Langkah-langkahnya bisa berupa:

  • Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy/CBT)

Pendekatan CBT berfokus pada analisis hubungan antara pikiran negatif, perasaan, dan perilaku yang berkaitan dengan proses makan, bentuk tubuh, serta berat badan penderita.

Psikolog atau dokter spesialis kejiwaan akan membantu Anda dalam menciptakan tujuan yang masuk akal, memahami cara mengendalikan diri sendiri, dan mengubah pola pikir tentang citra diri maupun berat badan.

Dengan itu, Anda akan terbantu untuk menerapkan kebiasaan positif yang dapat membuat badan Anda lebih bugar dan sehat. 

  • Psikoterapi

Binge eating disorder bisa terjadi akibat respons seseorang terhadap masalah pribadi yang belum terselesaikan. Misalnya, rasa sedih, konflik dalam hubungan, perubahan hidup yang signifikan, serta masalah sosial.

Oleh sebab itu, pendekatan melalui konseling dan psikoterapi dapat diterapkan dalam membantu pasien dalam menemukan masalah spesifik yang memicu binge eating disorder.

Pasien akan dibantu untuk menyadari madalah tersebut, dan kemudian melakukan perubahan konstruktif dalam waktu 12-16 minggu. Psikoterapi terkadang dikombinasikan dengan CBT untuk mencapai hasil optimal. 

  • Terapi perilaku dialektikal (dialectical behaviour therapy)

Binge eating disorder bisa pula terjadi akibat reaksi emosional terhadap pengalaman negatif yang pernah dialami oleh penderita. Oleh sebab itu, terapi perilaku dialektikal akan mengajarkan penderita supaya dapat mengatur emosinya dengan baik.

Pengendalian emosi yang baik akan membuat penderita mampu mengatasi situasi negatif yang terjadi dalam hidupnya sehari-hari, tanpa harus melampiaskannya pada makanan. 

  • Terapi penurunan berat badan

Menurunkan berat badan dapat membantu penderita binge eating disorder untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka, sekaligus membangun persepsi positif mengenai tubuhnya sendiri. 

Langkah ini dilakukan dengan mengajarkan perubahan gaya hidup supaya menjadi lebih sehat secara bertahap, misalnya dengan menerapkan pola makan seimbang dan berolahraga. 

  • Obat-obatan

Dokter juga mungkin merepkan beberapa jenis obat untuk penderita binge eating disorder. Contohnya, obat antidepresan, obat antikejang, dan obat-obatan untuk mengatasi gangguan hiperaktif.

 

Komplikasi binge eating disorder

Bila tidak ditangani dengan saksama, binge-eating disorder dapat menyebbakan komplikasi berupa:

  • Kualitas hidup yang buruk
  • Masalah dalam pekerjaan dan lingkungan sosial
  • Menarik diri dari pergaulan
  • Obesitas
  • Kondisi medis akibat obesitas, seperti masalah sendi, penyakit jantung, diabetes tipe 2, gastroesophageal reflux disease (GERD), dan masalah pernapasan terkait tidur
  • Depresi
  • Penyakit bipolar
  • Gangguan cemas
  • Penggunaan obat-obatan terlarang

 

Cara mencegah binge eating disorder

Tidak ada cara pasti untuk mencegah binge eating disorder. Namun bila Anda memiliki anak, Anda bisa menanamkan citra tubuh yang positif padanya sejak dini. Dengan ini, ia akan terhindar dari ancaman binge eating disorder di kemudian hari.

 

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter

Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala binge eating disorder, segera cari pertolongan medis. Penderita gangguan makan ini kerap menyadari kondisinya, tapi tidak mampu menahan diri. 

Karena itu, bantuan dari orang-orang di sekitar penderita sangat penting untuk membujuknya agar mau mencari bantuan medis dan menjalani penanganan yang tepat.

 

Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Berkonsultasi dengan Dokter

Saat gejala pertama kali terasa, penderita mungkin ke dokter umum dulu. Bila mencurigai adanya kondisi binge eating disorder, dokter bisa merujuk Anda ke dokter spesialis kejiwaan atau psikolog. 

Sebelum pemeriksaan, penderita dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:

  • Buat daftar seputar gejala yang dirasakan.
  • Catat riwayat penyakit yang pernah dan sedang dialami.
  • Catat riwayat masalah emosional yang pernah dan sedang mendera, misalnya pengalaman buruk yang membekas serta mungkin menjadi pemicu. 
  • Catat pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan pada dokter.
  • Mintalah keluarga atau teman untuk mendampingi Anda berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter

 

Apa yang Akan Dilakukan Dokter pada Saat Konsultasi

Saat pemeriksaan, dokter mungkin akan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini:

  • Apa saja gejala yang Anda rasakan?
  • Apakah Anda pernah mengalami pengalaman buruk yang tidak terselesaikan dengan baik?
  • Apakah Anda juga mengalami kondisi kejiwaan lainnya, seperti depresi atau gangguan kecemasan?
  • Apakah Anda rutin mengonsumsi obat-obatan tertentu?
  • Apakah Anda sudah mencari pertolongan medis sebelumnya dan apa saja pengobatan yang sudah Anda coba?

Setelah itu, dokter mungkin akan merujuk Anda ke dokter spesialis kejiwaan atau psikolog agar Anda mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

 

Advertisement

depresistresnafsu makangangguan makantrauma

Bagikan

Penyakit Terkait

Artikel Terkait

no image

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved