1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Bekuan darah bisa muncul di pembuluh darah arteri atau vena
Bekuan darah adalah kondisi di mana darah menggumpal dan menjadi seperti gel. Kondisi ini sebenarnya normal terjadi.
Tubuh akan membekukan darah ketika terjadi luka supaya darah tidak mengalir terus-menerus. Namun ada kondisi di mana terjadi bekuan darah yang terjadi secara tidak normal sehingga menyebabkan penyakit.
Bekuan darah ini dapat terjadi di pembuluh darah arteri (saluran yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh) ataupun pembuluh darah vena (saluran yang membawa darah dari seluruh tubuh ke jantung). Keduanya memiliki gejala dan mekanisme penyebab yang berbeda.
Gejala bekuan darah bisa berbeda-beda, dan tergantung pada lokasi terjadinya. Berikut beberapa keluhan yang mungkin muncul berdasarkan lokasi timbulnya bekuan darah:
Deep vein thrombosis adalah bekuan darah yang terjadi pada pembuluh vena bagian dalam. Jika bekuan darah terjadi pada pembuluh vena yang lokasinya dekat dengan kulit atau dipermukaan tubuh, maka disebut superficial vein thrombosis.
Bekuan darah pada DVT umumnya terjadi di paha dan betis berupa:
Bekuan darah pada DVT dapat lepas dari tempat awalnya melekat dan kemudian terbawa aliran darah ke area lain. Bekuan darah yang terbawa aliran darah ini disebut dengan emboli.
Emboli dapat menghambat aliran darah dan menimbulkan gejala sakit di lokasi emboli berada. Contohnya, emboli yang ada di paru-paru dapat menyebabkan kondisi pulmonary emboli.
Keluhan emboli meliputi sesak napas, batuk (dapat berupa batuk berdarah bisa juga tidak), napas menjadi cepat dan nyeri dada.
Arus darah pada pembuluh arteri lebih deras dibandingkan pembuluh vena. Oleh karena itu, bekuan darah kecil saja dapat menyebabkan sumbatan.
Umumnya, emboli pada arteri dapat menyumbat aliran darah ke otak atau jantung sehingga menyebabkan stroke.
Penyebab bekuan darah di pembuluh darah arteri dan vena berbeda-beda. Mari simak penjelasan di bawah ini:
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko bekuan darah di vena:
Salah satu contohnya adalah duduk terlalu lama di pesawat, atau ketika tidak dapat bergerak setelah operasi.
Hypercoagulability atau hiperkoagulabilitasi adalah kondisi yang membuat darah mudah untuk menggumpal. Pemicunya bisa berupa kelainan genetik, seperti kelebihan jumlah faktor pembekuan VIII, IX, XI, kurangnya protein pengencer darah (seperti protein S, protein C, antithrombin III), mutasi gen prothrombin, kadar homosistein tinggi, atau gangguan sistem fibrinolisis.
Hiperkoagulabilitasi juga dapat terjadi pada penderita kanker, obesitas, diabetes melitus, kehamilan, sedang mengonsumsi pil KB, lupus dan dalam pengobatan hormonal.
Beberapa penyebabnya adalah operasi, infeksi berat atau sepsis, penggunaan narkotika jenis suntik, sedang dalam pengobatan kemoterapi.
Bekuan darah di arteri merupakan gabungan dari lemak dan darah. Hal ini terjadi jika terdapat luka di pembuluh darah arteri dan terdapat banyak lemak di dalam darah. Faktor yang meningkatkan risiko dari penyakit ini:
Dokter akan melakukan tanya jawab, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Beberapa pemeriksaan penunjang yang disarankan adalah:
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengecek ada tidaknya hambatan pada pembuluh darah.
D-dimer adalah pemeriksaan untuk mendeteksi uraian gumpalan darah pada aliran darah.
Dokter akan menyuntikkan zat kontras pada pembuluh darah, lalu melakukan foto rontgen guna melihat ada tidaknya pembuluh darah yang terhambat.
Prosedur MRI memungkinkan dokter untuk melihat kondisi jaringan lunak dalam tubuh pasien, termasuk pembuluh darah.
Tes darah bertujuan memeriksa kadar kolesterol dalam darah pasien.
Prosedur EKG dilakukan untuk mengecek aktvitas kelistrikan jantung. Dengan ini, dokter bisa menilai ada tidaknya kelainan jantung yang disebabkan oleh DVT.
Rontgen dada bertujuan mengetahui ada tidaknya gangguan organ akibat DVT.
Ini adalah pemeriksaan tekanan antara kaki dan tangan, yang mudah dilakukan dan tidak invasif.
Angiografi adalah prosedur medis yang menggunakan sinar X untuk memeriksa kondisi jantung, pembuluh darah arteri dan vena.
Advertisement
Cara mengobati bekuan darah umumnya tergantung pada jenis penyakit dan tingkat keparahannya. Fokus penanganan kondisi ini adalah menghancurkan gumpalan darah yang menyumbat aliran darah serta mencegahnya kembali terjadi.
Dokter akan memberikan obat-obatan sebagai cara menangani bekuan darah. Beberapa jenis obat ini meliputi:
Selain dengan pemberian obat, dokter juga bisa menganjurkan perbaikan gaya hidup pada pasien. Misalnya, mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur, rutin berolahraga, mengelola stres, serta mengendalikan penyakit kronis (seperti diabetes dan hipertensi) yang dapat meningkatkan risiko bekuan darah.
Bila terus dibiarkan atau tidak terdeteksi, bekuan darah dapat memicu sederet komplikasi yang membahayakan penderita. Mulai dari serangan jantung, stroke, hingga kematian.
Oleh sebab itu, pengecekan kesehatan secara berkala sangat dianjurkan. Terutama bagi orang yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami bekuan darah.
Secara umum, cara mencegah bekuan darah bisa dilakukan dengan cara-cara di bawah ini:
Segeralah mencari pertolongan medis bila Anda mengalami gejala sesak napas, rasa tidak nyaman di dada, kaki atau tangan terasa hangat, pucat dan membiru.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Saat pemeriksaan, dokter mungkin akan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis bekuan darah agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved