1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Batuk rejan atau pertusis bisa dicegah dengan vaksinasi DPT pada anak
Batuk rejan adalah batuk dengan ciri khas berupa suara tarikan napas kencang (whoop) di awal atau sela-sela batuk tiada henti. Dalam dunia medis, penyakit ini disebut pertusis.
Gejala batuk rejan berbeda, dan tergantung stadium atau fase yang dialami. Berdasarkan stadiumnya, pertusis dibagi menjadi stadium kataral, paroksismal, dan konvalesen.
Fase tersebut biasanya berlangsung selama tiga bulan. Karena itu, orang Indonesia sering menyebutnya sebagai batuk 100 hari.
Batuk rejan termasuk infeksi saluran pernapasan yang sangat menular. Bila tidak diatasi dengan benar, pertusis dapat menyebabkan banyak komplikasi, khususnya pada bayi.
Gejala batuk rejan atau pertusis bisa berbeda-beda, sesuai dengan stadium yang dialami oleh pasien. Berikut penjelasannya:
Batuk yang sering dan cepat. Batuk disertai dengan bunyi 'whoop' di tiap akhir batuk. Inilah alasan pertusis disebut whooping cough.
Serangan batuk paroksismal ini biasanya terjadi pada malam hari, dengan rata-rata 15 kali serangan tiap 24 jam. Frekuensi batuk akan meningkat dalam 1-2 minggu pertama dan menetap selama 2-3 minggu. Setelah itu, frekuensi batuk perlahan-lahan akan berkurang.
Selain frekuensi batuk yang sering, stadium paroksismal juga bisa memicu sianosis (kulit dan bibir menjadi biru), muntah, dan rasa lelah yang berlebihan.
Mungkin saja ada tanda dan gejala batuk rejan yang tidak disebutkan. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.
Penyebab utama batuk rejan adalah infeksi bakteri Bordetella pertussis, yang sangat mudah menular. Bakteri ini bekerja dengan cara menempel pada silia, yakni struktur seperti rambut-rambut halus yang melapisi saluran pernapasan.
Bakteri kemudian akan melepaskan racun yang dapat merusak silia dan menyebabkan saluran pernapasan membengkak.
Penularan batuk rejan terjadi lewat percikan air saat penderita batuk atau bersin. Semakin lama seseorang menghabiskan waktu bersama penderita pertusis, kemungkinan tertularnya akan semakin besar.
Orang yang terinfeksi bakteri penyebab pertusis dapat menularkannya pada orang lain hingga dua minggu sejak gejala batuk muncul.
Batuk rejan juga bisa menular pada bayi dari saudara, orang tua, atau pengasuhnya meski mereka tidak mengalami gejala apapun. Oleh karena itu, para ibu dan orang yang harus mengadakan kontak dekat dengan bayi perlu melengkapi vaksinasi pertusis guna mengurangi penularan ke bayi.
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko batuk rejan meliputi:
Diagnosis batuk rejan dapat dipastikan dengan cara:
Advertisement
Cara mengobati batuk rejan umumnya tergantung pada tingkat keparahan dan seberapa lama pasien sudah mengalaminya. Beberapa metode penanganan ini meliputi:
Antibiotik akan membunuh bakteri penyebab batuk rejan dan mempercepat penyembuhan. Obat ini juga dianjurkan sebagai pencegahan penularan pada anggota keluarga lain yang tinggal serumah dengan penderita.
Jenis antibiotik yang biasanya direkomendasikan meliputi azitromisin, klaritromisin, eritromisin, dan sulfametoksazol.
Harap diingat bahwa penderita biasanya tidak dianjurkan untuk menggunakan obat pereda batuk. Pasalnya, obat ini tidak memiliki efek apapun dalam menghentikan batuk rejan.
Untuk meredakan batuk dan melancarkan proses penyembuhan batuk rejan, pasien bisa melakukan:
Pada batuk rejan yang berat, rawat inap di rumah sakit mungkin dibutuhkan. Sementara untuk kasus pertusis yang mengancam jiwa, dokter bisa menganjurkan perawatan di ruang rawat intensif. Pasalnya, pasien mungkin saja alat bantu napas (ventilator).
Bila tidak diatasi dengan benar, batuk rejan bisa memicu komplikasi sebagai berikut:
Cara mencegah batuk rejan yang dapat Anda lakukan meliputi:
Vaksin pertusis bisa didapatkan dari imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus). Jadwal pemberiannya adalah pada saat bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan.
Vaksin DPT ulangan (booster) kemudian bisa dilakukan saat anak berusia 18 bulan dan 5 tahun. Sementara khusus untuk ibu hamil, vaksin ulangan sebaiknya dijalani pada usia kehamilan 27 hingga 36 minggu.
Walaupun vaksinasi tidak dapat 100% mencegah penyakit, namun gejala yang dialami anak tidak akan separah jika tidak menerima vaksin.
Gaya hidup bersih dan sehat perlu diterapkan secara saksama untuk mencegah batuk rejan. Mulai dari rajin mencuci tangan, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, menjauhkan bayi dan anak-anak dari orang sakit, juga mengajarkan anak untuk menutup mulut dan hidung saat batuk serta bersin.
Langkah ini sangat penting untuk mempertahankan sistem imun tubuh agar Anda tidak mudah sakit atau tertular penyakit, termasuk batuk rejan.
Segera hubungi dokter jika anak Anda mengalami:
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis batuk rejan agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved