Babesiosis adalah penyakit yang masuk dalam golongan penyakit yang jarang terjadi. Meski umumnya menyerang hewan, babesiosis juga terkadang bisa terjadi pada manusia.
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa (mikroorganisme yang menyerupai hewan) jenis Babesia. Protozoa babesia menginfeksi manusia melalui gigitan kutu pembawanya. Kemudian, protozoa yang sudah ada dalam tubuh manusia masuk ke sel darah merah dan memicu gejala.
Keluhan penyakit Babesiosis muncul pada satu hingga empat minggu setelah Anda tergigit kutu pembawa Babesia. Pada kebanyakan orang, babesiosis tidak memberikan gejala apa-apa atau gejalanya hanya tergolong ringan.
Namun pada kelompok orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, muncul risiko komplikasi babesiosis. Misalnya, pada kalangan lanjut usia (lansia) di atas 50 tahun, penderita HIV dan AIDS, orang yang telah menjalani pengangkatan organ limpa, atau orang yang menjalani kemoterapi untuk mengatasi kanker.
Bila ada gejala yang terjadi, indikasinya biasa berupa:
Babesia yang masuk akan merusak sel darah merah. Akibatnya, penderita juga akan kekurangan sel darah merah dan mengalami anemia.
Penyebab babesiosis adalah protozoa berjenis Babesia. Mikrooragnisme ini menyerang sel darah merah. Babesia microti dan Babesia divergens merupakan tipe parasit Babesia yang paling sering menyerang manusia.
Babesiosis umumnya menyebar lewat gigitan kutu yang membawa parasit dalam tubuhnya. Namun penyakit ini juga dapat menular melalui:
Diagnosis babesiosis diawali dengan dokter yang menanyakan gejala dan keluhan yang dialami oleh pasien. Dokter juga akan menanyakan tentang riwayat kesehatan pasien serta keluarga secara rinci.
Untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bisa diperlukan.
Pemeriksaan ini meliputi pengecekan kondisi pasien secara menyeluruh, misalnya suhu tubuh, detak jantung, dan banyak lagi. Dokter juga akan mengecek ada tidaknya gejala khas yang menandakan babesiosis pada pasien.
Dokter akan meminta Anda untuk menjalani pemeriksaan penunjang berupa tes apusan darah dan tes antibodi. Tes ini sangat penting untuk melihat apakah ada protozoa Babesia pada darah penderita atau tidak.
Advertisement
Pada umumnya, babesiosis yang tidak bergejala atau bergejala ringan bisa sembuh sendiri. Karena itu, tidak ada penanganan yang diberikan oleh dokter.
Namun jika babesiosis memicu gejala-gejala yang tergolong berat, dokter akan memberikan sejumlah obat-obatan. Selain tingkat keparahan gejala, jenis obat yang diresepkan juga tergantung pada kondisi pasien. Obat-obatan yang bisa diberikan meliputi:
Khusus pada orang yang sudah menjalani operadi pengangkatan limpa dan mengidap babesiosis dengan gejala parah, mereka kemungkinan membutuhkan transfusi darah.
Pencegahan babesiosis yang terbaik adalah dengan menghindari gigitan kutu pembawa parasit Babesia. Beberapa upaya di bawah ini bisa Anda terapkan:
Anda sebaiknya berkonsultasi mengunjungi ke dokter bila mengalami gejala-gejala babesiosis.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis babesiosis dan mementukan pengobatan yang cocok.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved