1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Atresia ani adalah cacat lahir yang berhubungan dengan anus bayi
Atresia ani adalah salah satu kelainan bawaan atau cacat lahir. Penyakit yang juga disebut anus imperforata ini ditandai dengan tidak adanya anus atau lokasi anus yang tidak pada tempat semestinya.
Selama masa perkembangan janin, saluran pencernaan bayi akan mengalami perkembangan. Apabila terdapat kesalahan, saluran cerna bayi tidak dapat terbentuk dengan normal.
Dalam beberapa kasus, gangguan perkembangan tersebut dapat menyebabkan atresia ani. Pada kasus ini, usus besar bisa terhubung melalui sebuah saluran menuju kandung kemih.
Menurut penelitian, kasus malformasi anus dapat terjadi pada satu dari antara 5.000 bayi. Kasus ini juga lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki dibandingkan dengan bayi perempuan.
Bila tidak ditangani dengan benar, komplikasi anus imperforata mungkin saja terjadi. Sebagai contoh, penderita tidak bisa menahan buang air besar dan buang air kecil, serta munculnya infeksi lain.
Tanda dan gejala atresia ani bisa berbeda-beda pada tiap penderita. Namun beberapa gejalanya yang umum meliputi:
Tingkat keparahan akibat atresia ani dapat muncul dalam bentuk-bentuk di bawah ini:
Parah atau tidaknya kondisi ini pada tiap penderita biasanya bergantung pada faktor-faktor di bawah ini:
Penyebab atresia ani adalah gangguan perkembangan anatomi. Malformasi anus ini bisa terjadi pada janin sejak usia kehamilan awal ketika janin sedang berkembang.
Pemicu di balik gangguan perkembangan tersebut belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko atresia ani berkaitan dengan hal-hal berikut:
Dalam beberapa kasus, bayi yang menderita anus imperforata juga dapat mengalami sederet masalah kesehatan di bawah ini:
Anus imperforata juga dapat menjadi bagian dari sindrom lain, seperti Down syndrome dan penyakit Hirschsprung.
Beberapa metode diagnosis atresia ani meliputi:
Kasus anus imperforata sering ditemukan langsung oleh dokter saat memeriksa kondisi bayi tepat setelah lahir. Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengecek area sekitar alat kelamin dan bokong bayi.
Pemeriksaan fisik umumnya sudah cukup untuk memastikan diagnosis dan menentukan tingkat keparahan atresia ani yang terjadi.
Pada pemeriksaan ini, akan dilakukan rontgen pada area perut (abdominal) guna menentukan lokasi atresia ani. Beberapa jenis USG juga dapat membantu dalam mendiagnosis penyakit ini, seperti USG ginjal, panggul, serta tulang belakang.
Rontgen dan USG bertujuan mengetahui secara lebih detail mengenai anus imperforata yang dialami oleh bayi. Contohnya, untuk melihat posisi ujung saluran usus besar dalam tubuh penderita. Dengan ini, penanganan yang tepat bisa diberikan.
Prosedur MRI berfungsi mendeteksi ketidaknormalan pada tulang belakang, organ kelamin, hingga otot-otot panggul.
Ekokardiogram bertujuan memeriksa ada tidaknya kelainan pada jantung, yang juga dapat ditemukan pada penderita anus imperforata.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengecek ada tidaknya kelainan pada usus, yang juga mungkin dialami oleh penderita atresia ani.
Cystourethrogram bertujuan mengecek ada tidaknya masalah pada saluran kemih. Kondisi ini juga dapat dialami oleh penderita anus imperforata.
Advertisement
Cara mengobati atresia ani pada sebagian besar kasus adalah operasi. Mulai dari operasi pembesaran atau perbaikan posisi anus, hingga pembentukan lubang anus yang memadai untuk penderita.
Jenis operasi yang dilakukan akan tergantung pada tingkat keparahan anus imperforata serta kondisi pasien secara umum. Beberapa jenis operasi ini bisa berupa:
Pada bayi dengan anus imperforata ringan, operasi dapat menjadi solusi yang baik. Meski begitu, operasi ini terkadang tetap bisa menimbulkan masalah pencernaan berupa sembelit.
Untuk bayi yang mengalami atresia ani yang lebih berat, ia membutuhkan operasi yang lebih rumit. Penanganan ini juga umumnya disertai serangkaian perawatan tambahan yang meliputi mengonsumsi makanan yang mengandung banyak serat dan obat pelunak feses.
Pada penderita anus imperforata yang termasuk parah, pasien kemungkinan memerlukan jumlah operasi yang lebih banyak.
Pembedahan umumnya dilakukan pada beberapa hari pertama setelah bayi lahir. Namun ada kalanya, operasi tidak dapat langsung dilakukan.
Sebelum menjalani operasi, prosedur kolostomi seringkali dibutuhkan. Dokter akan membuat dua bukaan kecil untuk menghubungkan ujung usus besar ke dinding perut sebagai saluran pembuangan.
Kantong khusus kemudian dipasang di luar lubang. Dengan begitu, kotoran pasien bisa langsung keluar melalui lubang tersebut dan ditampung dalam kantong.
Komplikasi utama dari atresia ani adalah konstipasi alias sembelit. Kondisi susah buang air besar ini dapat dialami oleh penderita meski sudah menjalani operasi.
Untuk mengatasi sembelit, dokter dapat menyarankan perubahan pola makan serta memberikan obat pencahar. Dokter juga bisa memberikan enema agar pasien lebih mudah BAB, khususnya pada pasien dengan kondisi atresia ani yang parah.
Karena penyebabnya tidak diketahui, cara mencegah atresia ani secara khusus juga belum tersedia hingga saat ini.
Namun bagi pasangan dengan riwayat penyakit ini dalam keluarganya, mereka disarankan untuk menjalani konseling dan tes genetik saat ingin memiliki anak. Pasalnya, cacat lahir ini berkaitan dengan faktor keturunan.
Kasus atresia ani sering ditemukan pada pemeriksaan bayi saat lahir yang dilakukan oleh dokter. Namun jika malformasi anus ini tidak terdeteksi ketika bayi lahir, orang tua perlu menghubungi dokter ketika menemukan gejala yang mencurigakan pada buah hatinya.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya menemukan adanya atresia ani sejak bayi baru lahir. Karena itu, dokter akan langsung menganjurkan langkah operasi sebagai cara untuk mengatasinya.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved