1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Artritis reaktif akan memicu bengkak dan kemerahan di berbagai sendi tubuh
Artritis reaktif adalah penyakit yang dapat memicu kemerahan dan pembengkakan di berbagai sendi tubuh, terutama lutut, kaki, tumit, pinggang dan pergelangan kaki. Kondisi ini dipicu oleh infeksi pada area tubuh lainnya, seperti usus, organ reproduksi, atau saluran kencing.
Pada sebagian besar kasus, artritis reaktif bisa sembuh dengan sendirinya dalam beberapa bulan tanpa menyebabkan masalah jangka panjang.
Artritis reaktif terjadi ketika bakteri memasuki pembuluh darah dan menyebabkan tubuh mengalami peradangan pada berbagai bagian. Jenis bakteri penyebabnya biasa ditularkan melalui kontak seksual atau konsumsi makanan yang sudah terkontaminasi.
Reaksi peradangan kemudian muncul dalam dua hingga empat minggu setelah bakteri masuk ke dalam tubuh penderita.
Artritis reaktif tidak menular, tapi bakteri penyebab penyakit ini dapat menyebar dari satu orang ke orang lainnya.
Siapapun bisa mengalami penyakit ini. Tapi artritis reaktif lebih sering menyerang pria berusia antara 20-40 tahun.
Sementara artritis reaktif yang disebabkan oleh makanan, dapat menyerang laki-laki atau perempuan dengan tingkat risiko yang sama.
Gejala artritis reaktif biasanya terjadi pada beberapa saat setelah infeksi. Misalnya, infeksi penyakit seksual atau infeksi usus.
Gejala utama artritis reaktif berupa nyeri, kaku, dan pembengkakan pada sendi serta tendon. Tapi penyakit ini juga dapat menyerang saluran kemih dan mata pada sebagian penderita.
Reaktif artritis dapat menyerang sendi manapun, namun paling umum dialami di lutut, kaki, jari-jari kaki, pinggang, dan pergelangan kaki. Gejalanya meliputi:
Seringkali, gejala infeksi saluran kemih juga dapat dialami pasien. Gejala tersebut meliputi:
Pada beberapa pasien, gejala peradangan pada mata dikeluhkan oleh pasien. Gejalanya antara lain:
Artritis reaktif juga dapat menimbulkan gejala seperti:
Penyebab artritis reaktif adalah reaksi tubuh terhadap infeksi bakteri yang sering menyerang sistem pencernaan, kelamin, dan saluran kemih. Berbagai bakteri dapat menyebabkan infeksi, baik melalui hubungan seksual atau makanan.
Jenis bakteri yang paling umum menyebabkan artritis reaktif meliputi:
Para pakar menduga bahwa faktor-faktor di bawah ini dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengalami artritis reaktif:
Artritis reaktif umumnya dialami oleh orang berusia 20-40 tahun.
Pria lebih mungkin terkena artritis reaktif yang disebabkan oleh penyakit menular seksual.
Faktor keturunan berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya artritis reaktif. Tetapi ada juga orang dengan riwayat keluarga artritis reaktif yang tidak menderita penyakit ini.
Diagnosis artritis reaktif ditentukan dengan cara-cara di bawah ini:
Dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala, riwayat medis, dan faktor risiko yang dimiliki pasien.
Pada pemeriksaan fisik, dokter akan mengecek sendi untuk mencari tanda-tanda peradangan. Misalnya, bengkak, sensasi hangat, dan nyeri tekan. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lingkup gerak sendi.
Mata pasien pun akan diperiksa guna mencari kemungkinan peradangan. Sedangkan kulit pasien akan dicek untuk mendeteksi ada tidaknya ruam.
Melalui tes darah, dokter bisa memeriksa ada tidaknya tanda atau riwayat infeksi, tanda peradangan, antibodi yang terkait dengan jenis artritis (radang sendi) lain, serta penanda genetik terkait artritis reaktif.
Dokter akan mengambil cairan sendi dengan jarum. Cairan ini akan diperiksa untuk mendeteksi adanya beberapa hal berikut:
Jumlah sel darah putih yang tinggi dapat mengindikasikan peradangan atau infeksi.
Bakteri yang ditemukan dalam cairan sendi dapat menandakan artritis septik. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan berat pada sendi.
Kristal asam urat di sendi akan mengindikasikan penyakit asam urat alias gout.
Pemeriksaan X-ray punggung bawah, pinggul, dan sendi dapat mendeteksi adanya artritis reaktif atau jenis artritis lainnya.
Advertisement
Cara mengobati artritis reaktif umumnya akan berfokus pada:
Kebanyakan pasien sembuh dalam satu tahun setelah menjalani penanganan. Namun masalah sendi jangka panjang dapat terus berlanjut dalam beberapa kasus.
beberapa metode pengobatan artritis reaktif yang dapat dianjurkan oleh dokter meliputi:
Beberapa obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi artritis reaktif meliputi:
Antibiotik tidak mengobati artritis reaktif, tapi sering diresepkan bila pasien mengalami infeksi, terutama infeksi menular seksual. Pasangan seksual pasien juga mungkin membutuhkan pengobatan.
Salah satu jenis OAINS adalah ibuprofen. Obat ini dapat meredakan peradangan dan mengurangi nyeri.
Obat kortikosteroid diberikan pada pasien dengan peradangan berat atau terapi OAINS tidak dapat meredakan gejala.
Bila gejala sangat berat dan tidak membaik setelah pengobatan beberapa minggu, obat DMARDs dapat diberikan untuk meredakan peradangan. Contohnya adalah methotrexate dan sulfasalazine. Butuh beberapa bulan hingga efek DMARD dirasakan oleh pasien.
Selain obat-obatan, pengobatan mandiri juga akan disarankan untuk membantu meredakan gejala. Beberapa upaya yang dapat dilakukan meliputi:
Komplikasi artritis reaktif meliputi radang sendi berat yang bersifat kronis (menahun). Meskipun jarang, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sendi.
Gejala artritis reaktif biasanya akan hilang dalam waktu beberapa minggu. Lebih dari setengah pasien dapat mengalami kekambuhan di masa depan.
Sebagian pasien mungkin mengalami gejala hingga satu tahun. Sementara sebagian lainnya dapat mengidap artritis ringan yang berlangsung lama.
Faktor keturunan dapat meningkatkan risiko artritis reaktif. Hal ini memang tidak bisa dihindari. Tapi terdapat beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mencegah infeksi bakteri yang menjadi pemicu kondisi ini.
Upaya pencegahan infeksi bakteri tersebut bisa berupa:
Hubungi dokter jika pasien mengalami gejala artritis reaktif, terutama setelah mengalami gejala infeksi seperti diare atau nyeri saat buang air kecil.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis artritis reaktif. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved