logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Mata

Anisometropia

20 Jan 2022

| Nurul Rafiqua

Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari

Anisometropia adalah gangguan penglihatan karena kedua mata memiliki kekuatan refraksi yang berbeda

Anisometropia membuat ukuran kacamata kanan dan kiri tidak sama

Pengertian anisometropia

Anisometropia adalah gangguan yang terjadi ketika kedua mata memiliki kemampuan refraksi yang berbeda. Akibatnya, fokus penglihatan tidak seimbang akibat daya pembiasan yang berbeda antara mata kanan dan kiri. 

Dengan kata lain, anisometropia adalah kondisi saat mata kanan dan kiri Anda punya ukuran refraksi yang berbeda. Misalnya, mata sebelah kanan Anda bisa saja normal, tapi mata kiri mengalami silindris (astigmatisme), rabun jauh (miopi), atau rabun dekat (hipermetropi).

Bisa juga, mata kiri Anda mengalami rabun jauh, sementara mata kanan mengalami silindris saja.

Kadang, mungkin saja Anda memiliki ukuran kacamata yang sedikit berbeda antara kanan dan kiri. Hal ini tidak dikategorikan sebagai anisometropia. 

Umumnya, seseorang dikatakan mengalami anisometropia jika gangguan refraksi (pembiasan) yang dimiliki mata kanan dan kiri menunjukkan perbedaan lebih dari 1 dioptri (1.00 D). Dioptri adalah satuan pengukuran kekuatan lensa yang biasa dikenal dengan sebutan minus pada rabun jauh dan plus pada rabun dekat.

Dalam hal ini, misalkan mata kanan Anda minus 2, sedangkan mata kiri Anda minus 4. Ini termasuk ke anisometropia.

Normalnya, kedua mata memiliki kemampuan refraksi yang sama. Artinya,dalam proses penglihatan, kedua mata haruslah memfokuskan cahaya dalam jumlah yang sama.

Orang yang mengalami anisometropia memiliki daya pembiasan yang berbeda. Akibatnya, gambar yang dilihat pada satu mata jadi lebih buram. 

Anisometropia dapat jadi masalah yang serius, terutama pada bayi yang baru lahir. Jika terus dibiarkan, kondisi ini akan berujung pada terganggunya pemrosesan otak dalam sistem penglihatan dan menyebabkan ambliopia (mata malas) atau strabismus (mata juling). Oleh karena itu, deteksi dini anisometropia melalui pemeriksaan mata rutin sangat diperlukan dalam kondisi ini. 

Jenis-jenis anisometropia

Berdasarkan daya refraksinya, anisometropia dikelompokkan menjadi beberapa jenis, antara lain:

1. Anisometropia absolut 

Anisometropia absolut terjadi karena adanya perbedaan kemampuan pembiasan antara mata kanan dan mata kiri. Anisometropia absolut dibagi lagi menjadi beberapa tipe, yaitu:

  • Anisometropia absolut sederhana (simple), apabila salah satu mata normal namun mata lainnya mengalami rabun jauh atau dekat. 
  • Anisometropia absolut gabungan (compound), apabila kedua mata sama-sama mengalami rabun jauh atau rabun dekat, tapi memiliki ukuran minus atau plus yang berbeda.
  • Anisometropia absolut campuran (mixed), disebut juga dengan antimetropia, terjadi apabila salah satu mata mengalami rabun jauh sedangkan mata lainnya mengalami rabun dekat.

2. Anisometropia relatif

Anisometropia relatif biasanya terjadi pada penderita astigmatisme, alias mata silindris. Kondisi ini terjadi ketika ada perbedaan aksis (satuan pengukuran lensa silinder) antara mata kanan dan kiri. 

Jenis anisometropia ini dibagi lagi menjadi dua tipe, yakni:

  • Anisometropia relatif sederhana (simple), apabila salah satu mata normal namun mata lainnya rabun jauh atau dekat, disertai dengan silindris.
  • Anisometropia relatif gabungan (compound), apabila kedua mata mengalami astigmatisme dengan aksis (ukuran) berbeda.

Tanda dan gejala anisometropia

Gejala yang umum timbul pada anisometropia meliputi:

  • Penglihatan lebih kabur atau buram pada satu mata dibandingkan dengan mata lainnya.
  • Aniseikonia, yaitu kondisi saat mata melihat objek dalam bentuk atau ukuran yang berbeda (jadi lebih kecil atau besar) dibandingkan ketika menggunakan mata satunya.
  • Mata terasa letih (eye strain) disertai nyeri
  • Penglihatan ganda (diplopia)

Pada kondisi anisometropia yang lebih parah, terdapat beberapa gejala tambahan, seperti:

Meskipun anisometropia dapat terjadi sejak lahir, biasanya kondisi ini tidak langsung menimbulkan gejala dan baru ketahuan saat pemeriksaan mata. 

Oleh karena itu, orang tua  harus memperhatikan jika perilaku anak menunjukkan sesuatu yang tidak biasa terkait penglihatan dan pergerakan. 

Idealnya, semua anak harus menjalani pemeriksaan penglihatan yang komprehensif oleh dokter mata sebelum umur satu tahun untuk membantu mengidentifikasi kondisi ini serta gangguan penglihatan lainnya. 

Penyebab anisometropia

Penyebab anisometropia belum diketahui secara pasti. Pasalnya, siapa pun dengan penglihatan normal bisa saja memiliki perbedaan daya refraksi antara mata kanan dan kirinya, sekalipun sangat kecil. 

Ketika perbedaan daya refraksi tersebut terlalu besar (antara 5-20%) atau lebih dari 1.00 D, anisometropia dapat terjadi.

Adapun beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan perbedaan daya refraksi pada kedua mata di antaranya adalah:

  • Kelainan bawaan akibat pertumbuhan sumbu bola mata terlalu panjang atau pendek, serta adanya faktor genetik.
  • Cedera mata saat menjalani operasi lensa mata atau operasi katarak.

Diagnosis anisometropia

Biasanya, anisometropia didiagnosis saat proses pemeriksaan mata rutin. Bagi anak-anak, pemeriksaan mata ini dianjurkan untuk dilakukan sejak anak berusia satu tahun. 

Dalam rangkaian pemeriksaan mata, anisometropia umumnya ditemukan melalui beberapa tes ketajaman penglihatan. 

Jika dokter mencurigai kemungkinan terjadi anisometropia, tes penunjang lainnya dapat dilakukan. 

Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis anisometropia antara lain:

1. Tes ketajaman penglihatan (visus)

Tes ketajaman penglihatan dilakukan dengan cara melihat objek dalam jarak tertentu. Anda akan diminta untuk menyebutkan apa yang dokter tunjuk pada Snellen chart.

Snellen chart adalah selembar poster yang berisi huruf dari ukuran besar hingga kecil yang kerap Anda jumpai di ruang dokter mata atau optik.

Huruf di poster tersebut bertindak sebagai objek, dan pasien akan diinstruksikan untuk melihatnya dari jarak 20 kaki atau kurang lebih 6 meter. 

Pemeriksaan ini akan dilakukan pada kedua mata secara bergantian dan saat bersamaan. Jadi, jika ada temuan hasil tes yang menyatakan hasil yang berbeda antara mata kanan dan kiri, hal ini bisa menandakan adanya kemungkinan anisometropia.

2. Uji aniseikonia

Pemeriksaan aniseikonia adalah pemeriksaan ketajaman penglihatan yang biasa dilakukan pada pasien yang mengeluh penglihatannya masih terganggu meskipun sudah memakai alat bantu penglihatan, seperti kacamata.

Dalam pemeriksaan ini, pasien akan diminta berdiri sejauh 2-3 m di depan dokter. Kemudian dokter akan membentangkan tangannya ke samping dan pasien diminta untuk membandingkan panjang tangan tersebut. 

Dokter kemudian akan memajukan tangannya ke depan dengan jari terbuka dan meminta pasien untuk kembali membandingkan panjang tangan yang sudah diubah posisinya tersebut.

Dalam keadaan normal, pasien harusnya melihat tangan pada posisi pertama dan kedua akan sama panjang. Sedangkan pada keadaan aniseikonia, pasien akan melihat tangan pada posisi pertama terlihat lebih pendek dan pada posisi kedua terlihat lebih panjang.

3. Tes worth four dots  

Worth four dots test adalah pemeriksaan keseimbangan otot mata untuk mendiagnosis ambliopia. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat penglihatan dengan dua mata, adanya fusi, abnormalitas retina, supresi satu mata, dan strabismus.

Pada pemeriksaan ini, pasien akan memakai kacamata dengan filter warna merah di mata kanan dan filter warna hijau di mata kiri. Pasien kemudian akan diminta untuk melihat sebuah kotak hitam dengan 4 titik yang terdiri dari 2 titik berwarna hijau, 1 titik berwarna merah, dan 1 titik berwarna putih, pada jarak 6 m atau 30 cm.

4. Tes Hirschberg 

Hirschberg test adalah pemeriksaan refleks kornea untuk menilai pergerakan bola mata abnormal.

5. Tes cover and uncover 

Cover uncover test adalah pemeriksaan keseimbangan otot mata untuk melihat adanya mata juling pada salah satu mata. 

Advertisement

Cara mengobati anisometropia

Anisometropia umumnya ditangani dengan alat bantu penglihatan dan diobati dengan tindakan medis. Berikut penjelasannya

1. Lensa korektif

Lensa korektif, seperti kacamata atau lensa kontak dapat digunakan untuk membantu penderita anisometropia melihat lebih jelas. Kacamata biasanya dapat digunakan untuk pasien yang memiliki perbedaan kurang dari 4.00 D antara kedua mata.

Sementara pada anisometropia yang lebih parah (perbedaan ukuran lebih dari 4.00 D), penggunaan kacamata tidak dianjurkan. Hal ini karena kacamata akan jadi punya efek pembesaran yang menyebabkan perbedaan besar pada ukuran objek yang dilihat oleh masing-masing mata. 

Dokter akan menganjurkan penggunaan lensa kontak pada kondisi anisometropia yang parah. Untuk anak-anak di bawah usia 12 tahun juga lensa kontak umum direkomendasikan.

Beberapa tipe lensa kontak yang biasa digunakan adalah softlens, rigid gas permeable (RGP), dan orthokeratology (Ortho K).

Baca juga: Sederet Tips Merawat Lensa Kontak agar Mata Tidak Iritasi

2. Tindakan medis

Beberapa prosedur di bawah ini digunakan untuk mengobati kondisi anisometropia, termasuk ke dalamnya adalah:

  • Operasi kornea refraktif atau LASIK. Digunakan untuk memperbaiki refraksi cahaya kornea, operasi ini dapat memperbaiki kondisi miopi, hipermetropi, dan astigmatisme.
  • Operasi pengangkatan lensa kristalin. Lensa kristalin adalah lensa alami pada mata. Operasi ini dilakukan untuk mengangkat lensa mata yang bermasalah. Pasien dapat menggunakan kacamata khusus atau menjalani operasi lanjutan untuk langkah selanjutnya.
  • Implantasi lensa intraokular. Operasi ini dilakukan dengan mengangkat lensa mata yang bermasalah dan menggantinya dengan lensa buatan.
  • Phakic IOL (intraocular lens). Pada operasi ini sebuah lensa buatan akan ditempatkan di atas lensa mata yang asli.

Komplikasi

Anisometropia yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:

  • Ambliopia. Perbedaan titik fokus pada anisometropia akan membuat mata yang sehat bekerja lebih keras dan menekan kerja mata yang bermasalah. Tekanan pada mata yang bermasalah ini akan memicu terjadinya ambliopia atau mata malas.
  • Mata juling. Perbedaan kekuatan refraksi pada anisometropia dapat menyebabkan melemahnya otot penggerak bola mata pada mata yang bermasalah. Akibatnya, mata lebih rentan mengalami mata juling. Hal ini menyebabkan kedudukan bola mata tidak seimbang sehingga kedua mata tampak tidak searah.

Baca juga: Simak Cara Penyembuhan Mata Juling Tanpa Operasi

Cara mencegah anisometropia

Tidak ada cara pasti untuk mencegah anisometropia, apalagi yang disebabkan karena faktor bawaan. Namun, dengan menjalani pemeriksaan mata secara rutin, anisometropia dapat didiagnosis lebih dini sehingga dapat diberikan perawatan lebih cepat. 

Pemeriksaan mata pada bayi bisa dilakukan sebelum umur satu tahun yang dilakukan kembali ketika anak sudah berusia 3 atau 5 tahun. Begitu anak masuk sekolah, disarankan untuk memeriksakan mata secara rutin setahun sekali.

Sementara untuk orang dewasa, seberapa sering pemeriksaan mata harus dilakukan dapat mengacu pada aturan berikut:

  • Usia 20-39: lima hingga sepuluh tahun sekali
  • Usia 40-54: dua hingga empat tahun sekali
  • Usia 55-64: satu hingga tiga tahun sekali
  • Usia 65 ke atas: satu atau dua tahun sekali

Baca jawaban dokter: Apa saja jenis makanan untuk menjaga kesehatan mata?

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter

Selain di luar jadwal pemeriksaan mata rutin, segera hubungi dokter bila Anda atau anak Anda mengalami gejala yang mengarah pada anisometropia atau pandangan kabur. Demikian pula jika Anda memiliki tanda atau gejala lain yang tidak disebutkan maupun kekhawatiran serta pertanyaan lainnya.

Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Berkonsultasi dengan Dokter

Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:

  • Buat daftar seputar gejala yang Anda atau anak Anda rasakan.
  • Catat riwayat penyakit yang pernah dan sedang Anda atau anak Anda alami. Demikian pula dengan riwayat medis keluarga.
  • Catat semua obat, suplemen, obat herbal, atau vitamin yang Anda atau anak Anda konsumsi.
  • Catat pertanyaan-pertanyaan yang ingin Anda ajukan pada dokter. 
  • Mintalah keluarga atau teman untuk mendampingi Anda saat berkonsultasi ke dokter. Mereka bisa memberikan dukungan moral maupun membantu Anda dalam mengingat informasi yang disampaikan oleh dokter.

Apa yang Akan Dilakukan Dokter pada Saat Konsultasi

Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:

  • Apa saja gejala yang Anda rasakan?
  • Kapan gejala pertama kali Anda alami?
  • Apakah Anda memiliki faktor risiko terkait anisometropia?
  • Apakah Anda rutin mengonsumsi obat-obatan tertentu?

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis anisometropia agar penanganan yang tepat bisa diberikan.

Advertisement

kesehatan matarabun dekatrabunrabun jauhpenyakit mataastigmatisme

Bagikan

Dokter Terkait

Penyakit Terkait

Artikel Terkait

no image

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 07.00 - 20.00

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved