1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Anemia aplastik terjadi karena sumsum tulang tak memproduksi cukup sel darah merah, putih, dan keping darah
Anemia aplastik adalah penyakit kelainan darah langka yang terjadi akibat sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah dalam jumlah yang cukup. Sel darah ini terdiri dari:
Penyakit ini juga sering disebut dengan istilah kegagalan sumsum tulang. Apabila anemia ini tidak segera mendapatkan penanganan, jumlah sel darah akan menjadi sangat rendah.
Sebagai akibatnya, penderita dapat mengalami gangguan fungsi dan kehilangan berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pasalnya, sel darah memiliki plasma yang mengandung garam, protein, hormon, mineral, vitamin, serta senyawa kimia lainnya.
Jenis anemia aplastik terbagi dalam dua tipe, yaitu anemia aplastik yang didapatkan (acquired aplastic anemia) dan anemia aplastik bawaan (inherited bone marrow failure syndrome).
Acquired aplastic anemia umumnya terjadi ketika penderita dewasa. Sementara inherited bone marrow failure syndrome lebih sering ditemukan pada anak-anak dan remaja.
Anemia aplastik dapat timbul secara perlahan-lahan maupun tiba-tiba, dan memburuk seiring waktu hingga bisa mengancam nyawa penderitanya. Namun di Indonesia sendiri, kejadian anemia ini tergolong cukup langka, yakni dengan jumlah di bawah 15.000 kasus per tahunnya.
Gejala anemia aplastik bergantung pada jenis sel darah yang tidak dapat diproduksi oleh sumsum tulang. Sebab, setiap sel darah memiliki fungsi yang berbeda.
Penyebab anemia aplastik dapat digolongkan berdasarkan jenisnya berikut ini:
Sebanyak 75 dari 100 kasus anemia aplastik didapat adalah idiopatik, atau tidak dapat ditemukan penyebab pastinya. Sementara sisanya diduga berkaitan dengan:
Jenis anemia aplastik ini terjadi karena kelainan genetik yang diwariskan. Biasanya, kondisi ini diturunkan dari orangtua yang juga mengalami anemia aplastik atau menderita penyakit lain yang mengarah pada anemia ini. Berikut contohnya:
Diagnosis anemia aplastik perlu dilakukan oleh dokter spesialis hematologi, yakni dokter yang memiliki spesialisasi dalam penyakit dan kelainan darah. Dokter dapat menganjurkan beberapa pemeriksaan berikut:
Dokter dapat menanyakan gejala yang dirasakan, faktor risiko, serta riwayat medis pasien maupun keluarga.
Dokter akan memeriksa tanda-tanda anemia pada tubuh pasien, seperti kulit yang pucat, detak jantung, suara napas, dan lain-lain. Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan perut untuk melihat ada tidaknya pembesaran limpa atau hati.
Pemeriksaan darah lengkap bertujuan melihat jumlah sel darah dalam tubuh. Seseorang dianggap mengalami anemia aplastik jika memiliki kadar:
- Hemoglobin <10 g/dL
- Trombosit <50.000/mm3
- Jumlah absolut neutrofil: <1.5 × 109/L
Biopsi sumsum tulang dilakukan dengan mengambilan sampel cairan dari sumsum tulang, yang kemudian duperiksa di bawah mikroskop.
Tes pencitraan bisa dianjurkan untuk melihat ada tidaknya tanda-tanda kanker, anemia Fanconi, dan penyakit lain. Dengan ini, dokter bisa mendeteksi kemungkinan penyebab anemia aplastik. Contoh tes ini meliputi rontgen, CT scan, dan USG.
Tes fungsi hati dilakukan untuk melihat ada tidaknya infeksi baru hepatitis atau penyakit hati lainnya.
Pemeriksaan ini berfungsi menyingkirkan kemungkinan anemia disebabkan oleh defisiensi vitamin B12.
Advertisement
Pengobatan anemia aplastik bertujuan meningkatkan jumlah sel darah dalam tubuh pasien, sehingga gejalanya bisa berkurang. Beberapa pilihan penanganan yang biasanya dianjurkan oleh dokter meliputi:
Pasien dengan jumlah sel neutrofil yang rendah, akan sering mengalami infeksi. Untuk itu, dokter akan memberikan antibiotik untuk melawan infeksi ini.
Transfusi darah dilakukan pada pasien yang mengalami perdarahan dan infeksi. Prosedur ini bisa dijalani sekali dalam seminggu.
Growth factors adalah hormon tubuh yang berfungsi memberi sinyal pada sumsum tulang untuk memproduksi tipe sel darah tertentu.
Dokter bisa memberikan growth factors sintetis pada penderita supaya produksi jumlah sel darahnya dapat meningkat. Contoh obat ini meliputi granulocyte colony stimulating factor (G-CSF), granulocyte-monocyte colony stimulating factor (GM-CSF), and erythropoiesis stimulating agent seperti eritropoietin (EPO).
Prosedur yang juga disebut transplantasi sel punca (stem cell) dan transplantasi hematopoesis sel punca (hematopoietic stem cell transplant - HSCT) ini disarankan untuk penderita anemia aplastik berat.
Transplantasi ini akan menggantikan sumsum tulang yang telah rusak. Dengan begitu, pasien bisa sembuh dari anemia aplastik.
Untuk penderita yang tidak dapat menjalani transplantasi sumsum tulang atau mengalami anemia aplastik akibat penyakit autoimun, imunoterapi bisa menjadi pilihan penanganan.
Prosedur ini dilakukan dengan pemberian obat untuk menekan sistem imun. Dengan ini, sistem imun tidak lagi menyerang sumsum tulang dan produksi sel darah bisa meningkatkan.
Jika tidak ditangani dengan benar, anemia ini bisa menimbulkan komplikasi berupa:
Cara mencegah anemia aplastik tidak diketahui hingga saat ini. Pasalnya, penyebabnya juga belum diketahui secara pasti.
Namun risiko penyakit ini mungkin bisa dikurangi dengan menghindari paparan insektisida, herbisida, pelarut organik, dan bahan-bahan kimia lainnya.
Hubungi dokter bila Anda mengalami gejala dan kondisi di bawah ini ini:
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut ini:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis anemia aplastik agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved